Nama Nurhayati Saidi sempat populer di jagat media sosial Maret 2023. Perempuan yang kesehariannya berprofesi sebagai guru honorer ini sempat mempromosikan menjual ginjalnya di media sosial. Aksi warga Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo ini terdorong kondisinya yang tak lagi memiliki cukup uang untuk kebutuhan anaknya yang sedang bersekolah.
Yusuf Konoli, Boalemo
Awal Maret 2023, Nurhayati begitu sibuk dari biasanya. Selepas menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai guru honorer di Sekolah Dasar (SD) Negeri 14 Botumoito, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo, Nurhayati mondar-mandir menemui sejumlah orang. Mulai dari rekan-rekannya hingga kerabat dan kenalan.
Sayangnya, usaha yang dilakukan perempuan berkacamata tersebut belum sesuai harapan. Niatnya agar dipinjamkan sejumlah uang belum bisa terpenuhi.
“Saat itu saya tidak memiliki uang, sehingga rela meminjam sana sini. Akan tetapi tidak mendapat sama sekali,” ungkap Nurhayati kepada gopos.id, Kamis (9/3/2023).
Sedianya niat untuk meminjam uang tidak akan terbesit di hati Nurhyati. Sebab sejak menjelang akhir Februari dia sudah berharap honor dari tugas yang telah dilaksanakan akan cair. Paling tidak, Nurhayati berpikir, awal Maret 2023 nanti ia bisa menerima honor rapelan Januari-Februari berkisar Rp1,8 juta. Setiap bulannya besaran honor Nurhayati Rp970 ribu.
Sayangnya harapan itu masih sebatas angan-angan. Di awal Maret, perempuan yang tinggal di Kecamatan Tilamuta, Kabupaten Boalemo, ini belum mendapatkan kepastian kapan honor yang dinantikan akan cair. Di sisi lain, Nurhyati harus memutar otak untuk memenuhi kebutuhan sekolah anaknya yang duduk di SMP. Saat itu, pengakuan Nurhayati, sang anak mendapat tugas dari sekolah membeli sebuah kue.
“Saya kasihan tidak ada uang untuk membeli pesanan dari sekolah itu,” tutur Nurhayati.
Sebelum terbesit untuk memposting di media sosial untuk menjual ginjal, Nurhayati sempat memutar otak mencari pinjaman. Ibu tiga anak ini sempat mendatangi rumah saudaranya yang ada di Kota Gorontalo. Dengan mengendarai sepeda motor, Nurhayati menempuh jarak lebih dari 100 kilometer dari Tilamuta, Kabupaten Boalemo, menuju Kota Gorontalo.
“Saya tidak berhasil bertemu dengan saudara saya, sehingga saya pun pulang dengan tangan kosong,” cerita Nurhyati.
Dalam kondisi yang kian terhimpit, Ahad (5/3/2023) malam, Nurhyati lalu mem-posting untuk menjual ginjalnya di akun facebook miliknya. Alasannya ia sudah sudah tak memiliki apapun untuk membiayai anaknya. Sejak kali pertama di-posting reaksi netizen yang membacanya pun ramai.
“Saya rela menjual ginjal asalkan kebutuhan anak-anak terpenuhi, mereka (anak-anak_red),” ungkap Nurhayati.
Di akhir pembicaraan dengan gopos, Nurhayati kembali menekankan bila postingan dirinya yang berniat menjual ginjal bukan sekadar ingin viral. Hal itu semata-mata dilakukan karena faktor ekonomi tidak mencukupi, karena gaji berprofesi guru honorer tidak mampu membiayai kebutuhan anak-anaknya.
“Alhamdulillah gaji saya sudah di cairkan oleh daerah, selama dua bulan ini,” tutup Nurhayati
Assisten 3 Setda Boalemo, Rahmat Biya, membenarkan postingan sempat viral di media sosial tersebut.
“Benar, postingan itu heboh status Facebook seorang guru honorer perempuan. Namun, begitu kami cross cek terkait pokok masalahnya, ternyata dalam proses pencairan saat itu,” Rahmat
Rahmat mengungkapkan, proses pencairan gaji guru ini lambat, dikarenakan jumlah tenaga honorer di Dinas Pendidikan yang cukup banyak, berbeda dengan OPD lain yang hanya berjumlah 50 hingga 100 orang. Kalau di Dikpora itu, tenaga honornya berjumlah kurang lebih 1.000 orang, termasuk guru honorer itu.
“Nah, kemarin berdasarkan edaran Menpan-RB, kita juga tak dibenarkan merekrut tenaga baru di awal tahun, mengganti yang sudah tidak aktif, atau pun menambah jumlah,” ungkap Rahmat
Dirinya mengaku, proses verifikasi sendiri ada di BKD, karena banyaknya jumlah honorer di Dikpora, membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Ini yang kemudian juga menjadi salah satu faktor finalisasinya menyita waktu.
“Tapi memang tahun ini agak terlambat, tahun-tahun kemarin tepat waktu. Januari itu kan ditagih Februari, begitu juga Februari, tagihannya Maret,” ujarnya.
Menanggapi jual ginjal, menurut Rahmat, hal ini merupakan ekspresi dari honorer terkait karena yang bersangkutan juga terdesak ekonomi untuk memenuhi kebutuhannya.
“Sebagai manusia, tentu kami Pemerintah Daerah juga merasakan prihatin. Jual ginjal itu saya pikir sebagai bentuk ekspresinya dari yang bersangkutan. Tapi Alhamdulillah, saat ini semua gaji guru honor sudah dibayar,” tutup Rahmat.(***)