Pandemi virus corona disease (Covid-19) memberi pengaruh terhadap berbagai lini kehidupan masyarakat. Tak terkecuali mereka yang berprofesi sebagai sopir angkot. Namun kondisi itu tak lantas membuat semangat mereka patah arang. Putar kemudi dari mengangkut penumpang menjadi penjual masker menjadi cara mengais rezeki di tengah pandemi.
Fitriyani-Ramlan Tangahu, Kota Gorontalo
Pandemi virus corona (Covid-19) yang melanda tanah air, termasuk di Provinsi Gorontalo, pada awal Maret 2020, memberi dampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat. Para warga yang sebelumnya bebas beraktivitas menjadi terbatas. Hal itu membuat dampak pandemi covid-19 tak hanya di sektor kesehatan saja. Tetapi ikut berpengaruh terhadap kehidupan ekonomi dan pendapatan masyarakat.
Dampak ekonomi akibat pandemi Covid-19 salah satunya dirasakan Syarif Djibu, salah seorang sopir angkutan antar kota dalam provinsi (angkot). Di masa awal-awal pandemi, penumpang yang bisa diangkut Syarif anjlok drastis. Pasalnya, warga saat itu memilih berdiam diri di dalam rumah.
“Penumpang sangat sepi. Bahkan sepanjang hari hanya ada satu dua warga yang keluar rumah,” ucap Syarif mengenang masa awal-awal Pandemi Covid-19.
Penurunan jumlah penumpang secara otomatis ikut berdampak terhadap pendapatan yang diperoleh. Dalam sehari, pria berusia 39 tahun itu hanya bisa meraup Rp200 ribu. Padahal hari-hari sebelumnya Syarif bisa meraih pendapatan Rp800 ribu per hari. Di sisi lain, Syarif harus memastikan kebutuhan hidup keluarganya terpenuhi.
Tuntutan tanggung jawab sebagai kepala rumah tangga, membuat Syarif memutar otak. Bapak dua anak itu lalu putar kemudi. Dari sebelumnya mengankut penumpang, kini beralih sebagai pedagang masker.
Berbekal sebagian simpanan yang dimiliki, Syarif membeli masker jenis scuba, masker kain dan masker Tipe KN95 dari distributor. Selanjutnya masker-masker tersebut dijual secara ecer di pinggir jalan di bundaran patung Saronde, Kota Gorontalo. Satu buah masker scuba dibanderol Rp2.500. sedangkan untuk masker KN95 dibanderol Rp5.000 per buah.
Uniknya, Syarif memiliki metode sendiri dalam menjual masker. Selain memajang di tepi jalan agar mudah, Syarif juga turut menggunakan pengeras suara yang ada di dalam mobil.
“Alhamdulilah pendapatan dari menjual masker ini bisa memenuhi kebutuhan hidup,” ujarnya kepada gopos.id.
Bapak dua anak itu mengaku, pilihannya untuk menjual masker hanya bersifat sementara. Dalam artian bila pandemi Covid-19 telah usai, dan kehidupan masyarakat kembali seperti sediakala, maka dirinya akan menjalani ulang pekerjaan sebagai sopir angkot.
“Untuk bisa menyambung hidup. Kalau habis corona, ya balik lagi. Sebab saat ini jumlah pengguna masker juga mulai berkurang, seiring menurunnya kasus baru covid-19,” ujarnya.(***)