GOPOS.ID, ANKARA – Cakramandala Institute melaksanakan Webinar Spesial Ottoman Talk Series dengan tema “Warisan Diplomasi dan Toleransi Beragama Dinasti Ottoman” pada Selasa (15/09/2020). Webinar tersebut menghadirkan Adhe Nuansa Wibisono (Direktur Eksekutif Cakramandala Institute) sebagai narasumber dan Bima Marcha (Peneliti Manzikert Institute) sebagai moderator.
“Kesultanan Ottoman yang menguasai wilayah Anatolia, Balkan, Timur Tengah dan Afrika Utara selama hampir 600 tahun. Apakah memiliki pengaruh terhadap budaya diplomasi modern? Khususnya praktik diplomasi yang dianut oleh negara-negara pada saat ini?”, pantik Bima mengawali diskusi.
Menanggapi hal tersebut Adhe Nuansa Wibisono menyebutkan bahwa Turki Ottoman memiliki pengaruh yang signifikan dalam perkembangan diplomasi modern.
“Ottoman selama berabad-abad tercatat memiliki misi diplomatik ke berbagai negara di Eropa, Balkan, Afrika Utara dan Timur Tengah. Para utusan tersebut menyampaikan kebijakan Sultan atas kerjasama ekonomi dan politik”, ujarnya.
“Baru pada tahun 1793. Turki Ottoman menempatkan seorang duta besar permanen pertamanya di Inggris. Yusuf Agha Effendi yang menjadi perwakilan diplomasi Ottoman di London. Dia menjadi perwajahan Ottoman untuk menjaga kepentingan dan kedaulatan Ottoman di Inggris Raya. Ternyata sejak masa klasik, Turki Ottoman sudah memiliki Duta Besar,” kata alumnus Universitas Gadjah Mada tersebut.
Kandidat doktor Turkish National Police Academy tersebut juga menyatakan bahwa tradisi diplomasi yang dilakukan oleh negara modern saat ini. Berasal dari tradisi kerajaan-kerajaan di Eropa termasuk Kesultanan Ottoman.
“Ottoman mengadopsi prinsip perwakilan permanen dan timbal balik dalam hubungan diplomasi dengan negara lain. Jadi jika ada negara Eropa yang membuka kantor perwakilannya di Istanbul. Maka Ottoman akan juga membuka perwakilan permanennya di London atau Paris misalnya. Kedutaan Besar Ottoman untuk London sampai sekarang tetap bertahan menjadi Kedutaan Besar Republik Turki untuk Inggris Raya”, ungkapnya.
Wibisono juga menjelaskan bagaimana gagasan-gagasan modernisasi dan westernisasi Eropa juga sampai ke dalam internal Ottoman melalui para Duta Besar. Kemudian memicu lahirnya periode Tanzhimat atau Reformasi.
“Hal menarik lainnya adalah para Duta Besar Ottoman yang ditempatkan ke berbagai ibukota Eropa. Selain menjalankan tugasnya dalam hubungan bilateral. Mereka juga menjadi pelopor modernisasi dengan mempercepat proses westernisasi dan reformasi di dalam tubuh kesultanan yang menjadi awal dari masa Tanzhimat”, pungkasnya.
Webinar Ottoman Talk Series ini diikuti oleh puluhan peserta dari berbagai kota di Turki seperti Istanbul, Ankara, Sakarya, Kastamonu, Bursa, dan Isparta. Selain itu juga terdapat diaspora pelajar dan WNI di Turki, Indonesia, Mesir, Saudi Arabia dan Sudan yang mengikuti kajian ini.
Cakramandala Institute adalah lembaga think tank yang membahas topik sejarah kebudayaan Turki Ottoman, kajian politik dan keamanan internasional serta isu terkini tentang hubungan Indonesia dan Turki. Cakramandala Institute didirikan di Ibukota Ankara pada 1 Juni 2020 bertepatan dengan Hari Lahirnya Pancasila. (rls/andi/gopos)