GOPOS.ID, LIMBOTO – Solusi terhadap problematika komoditi kelapa tidak bisa hanya dipandang dan dikaji dari satu aspek saja. Pembangunan dan pengembangan komoditi kelapa harus dilihat secara konferehensif, saling berkaitan, dan tidak terpisah satu aspek dengan aspek lainnya.
Tokoh Muda Pemerhati Kelapa Kabupaten Gorontalo, Syarifin Tuhala, mengemukakan dalam permasalahan kelapa ada sebagian pihak yang hanya berpikir parsial. Yaitu pada sisihilir yang berkaitan dengan harga kelapa. Orientasinya adalah menuntut pemerintah menaikkan harga jual kelapa di tingkat petani.
“Kalau mau bicara kelapa harus konferehensif. Mulai dari hulu hingga hilirnya. Harusnya persoalan kelapa ini dibicarakan dari dulu, bukan tiba-tiba datang dan kemudian bicara seolah-olah tidak perhatian pemerintah terhadap petani kelapa,” ujar pria yang akrab disapa Ipin itu.
Menurut Syarifin, antara aspek hulu hingga hilir dalam pengembangan sektor kelapa harus berkesinambungan. Tidak bisa hanya satu aspek saja. Contohnya dari sisi harga saja.
“Pasar (harga) akan apabila ada industri. Sebaliknya, industri akan hadir bila stok kebutuhan produksi tersedia. Nah ini yang coba dibangun dan didorong oleh Ketua KOPEK, yang juga Bupati Gorontalo, Nelson Pomalingo. Yaitu keterpaduan mulai dari sektor produksi sampai sektor industri,” tutur Syarifin.
Lebih lanjut Syarifin menilai subsidi harga jual kelapa adalah saran yang baik. Namun langkah tersebut hanya akan menguntungkan pedagang pengumpul atau pengusaha.
“Salah satu poin penting yang harus kita pahami bahwa perusahan-perusahan besar butuh ribuan ton kelapa. Kalau permintaannya banyak, lalu daerah hanya bisa menyediakan terbatas, bisa saja perusahaan pindah ke daerah lain karena rugi dari sisi operasional,” urai Syarifin yang telah menyerap ilmu pengembangan kelapa di Ajang Coconut Festival Karangasem-Bali.
Baca juga: Job Fair Gemilang 2019: Solusi Kurangi Pengangguran di Kab Gorontalo
Menurut Syarifin, KOPEK telah berupaya berpikir mencari solusi atas permasalahan daerah-daerah penghasil komoditi kelapa. Oleh karena itu KOPEK sudah tak berbicara lagi ketersedian dan kemampuan stok daerah, tetapi lebih meluas. Yaitu kerja bersama seluruh daerah penghasil kelapa Indonesia.
“Bupati Gorontalo dipercayakan mendorong ke arah itu. Jadi semua dirancang maksimal oleh KOPEK,” kata Ipin.
Memang Pemda, kata Syarifin, tidak dapat mengintervensi harga kelapa dunia. Namun melalui KOPEK harapan itu nyata. Yaitu dengan menjalin kerjasama dengan negara negara lain yang juga penghasil dan membutuhkan kelapa seperti Srilanka, India, Tanzania, Hainan dll.
“Hal itu serius dibahas melalui pra seminar, diskursus, workshop, serta seminar. Jadi tak sekadar baca data lewat google dan semacamnya lalu bicara soal penurunan kelapa,” tandas Ipin.(***)