GOPOS.ID, BONE BOLANGO – Aktivis sekaligus salah satu ketua peguyuban mahasiswa di Bone Bolango, Fahrul Wahidji, melontarkan kritik tajam terhadap pernyataan-pernyataan lawan politik salah satu pendukung pasangan calon (paslon) bupati yang menyebut bahwa program dari pasangan Ismet Mile dan Risman Tolingguhu (IRIS) tidak realistis.Â
Fahrul menilai kritik tersebut sebagai upaya yang tidak produktif dan cenderung kekanak-kanakan.
Menurut Fahrul, dalam setiap kontestasi politik, semua pihak memiliki hak yang sama untuk menyampaikan program dan gagasan mereka kepada masyarakat, sebagaimana diatur dalam undang-undang dan peraturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) maupun Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu).Â
Ia menegaskan bahwa kebebasan berekspresi dalam kampanye adalah bagian dari demokrasi yang harus dihargai.
“Saya melihat serangan seperti ini menunjukkan ketidakmampuan mereka menjual nama paslon atau calon bupatinya sendiri, sehingga terpaksa menyerang program dan bahkan individu dari pihak lain. Ini tidak mencerminkan semangat demokrasi yang sehat,” ujar Fahrul Wahidji.
Fahrul juga menyinggung bahwa program andalan dari pasangan IRIS, yaitu “Dua Ekor Sapi per Kepala Keluarga”, bukanlah janji kosong. Program ini merupakan pengembangan dari kebijakan yang pernah sukses dilaksanakan oleh Ismet Mile saat menjabat sebagai Bupati Bone Bolango pada periode 2005-2010.Â
Kala itu, Ismet dikenal dengan julukan “Si Gembala Sapi”, karena program “Sapi untuk Rakyat” berhasil meningkatkan taraf hidup masyarakat pedesaan.
“Kritik yang menyebut program ini tidak realistis mengabaikan fakta sejarah bahwa program serupa pernah dijalankan dengan baik dan menjadi ciri khas Pak Ismet. Sebaliknya, program ini justru menunjukkan keberanian untuk melanjutkan kebijakan yang sudah terbukti bermanfaat,” tambah Fahrul.
Lebih lanjut, Fahrul mengecam serangan terhadap Fanly Katili, pengacara dari pasangan IRIS, yang dinilai bersifat personal dan tidak relevan dengan substansi kampanye. Fahrul menilai tindakan tersebut sebagai upaya melemahkan lawan politik dengan cara yang tidak konstruktif.
“Mereka menyerang nama Fanly Katili, mengklaim bahwa beliau adalah pakar, tetapi bagi saya dan banyak aktivis serta pemuda di Bone Bolango, kami tidak mengenalnya sebagai sosok yang menonjol di Gorontalo apalagi Bone Bolango. Ini hanya menunjukkan bahwa serangan tersebut lebih bersifat kekanak-kanakan daripada memberikan kritik yang berbobot,” tandasnya.
Fahrul mengajak semua pihak untuk fokus pada isu-isu yang relevan dan program-program yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ia menyarankan agar pendukung paslon lain tidak hanya menyerang program kompetitor, tetapi juga memberikan solusi konkret untuk masalah yang dihadapi oleh masyarakat Bone Bolango.
“Kita seharusnya mengedepankan gagasan dan program yang pro-rakyat. Kampanye bukanlah ajang untuk menjatuhkan lawan secara pribadi, melainkan kesempatan untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat melalui kebijakan yang realistis dan dapat diimplementasikan,” tutup Fahrul. (Putra/Gopos)