Usianya tak lagi muda. Namun ia tak pantang menyerah. Berbekal peralatan sol sepatu dan sendal, Udin tekun menjalani profesinya yang sudah berjalan 30 tahun.
Ramlan Tangahu, Kota Selatan
Waktu menunjukkan pukul 12.30 Wita, Kamis (20/8/2020). Aktivitas di Pasar Sentral Kota Gorontalo mulai agak lengang. Hanya ada satu dua orang yang lalu lalang sambil membawa tentengan belanja.
Di ujung Jl. Setia Budi, Kelurahan Limba U1, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo duduk pria paru baya. Di depannya berjejer rapi gulungan benang. Ada berwarna hitam, putih, dan coklat. Beberapa buah sepatu juga ikut berjejer di antara gulungan benang itu.
Udin, demikian sapaan pria paru baya itu. Udin merupakan salah seorang tukang sol (jahit, red) sepatu dan sendal yang mangkal di kompleks Pasar Sentral Kota Gorontalo. Tepatnya di area belakang pasar tradisional terbesar di Kota Gorontalo.
Selepas pukul 06.00 pagi, Udin mulai menjalani aktivitas sebagai tukang sol sepatu. Dari rumahnya di Kelurahan Wongkaditi Barat, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo, Udin beranjak menuju ke Pasar Sentral Kota Gorontalo. Menggunakan bentor, becak motor yang merupakan kendaraan umum khas Gorontalo.
Profesi tukang sol telah dimulai Udin sejak 30 tahun lampau. Sebelum hadirnya Pasar Sentral Kota Gorontalo, yang akan segera direnovasi menjadi pasar tradisional modern. Keahlian sol sepatu dan sendal dipelajari bapak tiga anak itu secara autodidak. Pun demikian peralatan sol, yakni jarum dan beberapa perlengkapan lainnya turut dibuat sendiri.
“Dari pagi sampai sore di sini. Sebelum ada Pasar Sentral, saya sudah ada di sini,” kata Udin.
Baca juga: Berstatus Terlapor Kasus Asusila, Pria 51 Tahun di Telaga Nekat Minum Racun
Jasa service sol yang ditawarkan Udin bervariasi. Untuk service jahit sepatu sebesar Rp20 ribu per pasang. Sendal sebesar Rp15 ribu per pasang. Sedangkan untuk kerusakan lainnya hingga penggantian sol, biayanya tergantung tingkat kerusakan.
Jumlah pesanan yang diterima Udin setiap hari tak menentu. Bila lagi banyak, pria berusia 55 tahun bisa menerima order hingga 100 pasang sepatu/sendal. Sebaliknya bila sepi, orderan yang diterima berkisar 5-10 pasang sepatu/sendal.
Seperti pada situasi pandemi virus corona (covid-19) saat ini. Pandemi yang melanda Gorontalo sejak April 2020 itu berimbas signifikan terhadap usaha yang dilakoni Udin.
“Sebelum corona bisa di atas Rp150 ribu per hari. Sekarang ini paling tinggi Rp150 ribu, sering juga kurang dari itu,” tutur pria berkulit sawo matang itu.
Di usia yang mulai senja, Udin terus melakoni profesinya sebagai tukang sol. Langkah itu dilakukan agar dapur di rumahnya tetap ngebul alias berasap. Udin tak mau menggantungkan hidupnya pada orang lain. Tak terkecuali adanya bantuan dari pemerintah, meski dalam setiap pendataan namanya masuk.
“Hanya didata terus tapi tidak ada,” ujarnya sembari tersenyum kecil.
Sejalan rencana Pemerintah Kota Gorontalo yang akan merenovasi Pasar Sentral, Udin menaruh harapan. Kelak setelah renovasi, keberadaannya mereka sebagai tukang sol tetap mendapatkan perhatian.
“Mohon bisa diperhatikan kami-kami ini. Sebab (usaha) ini yang bisa menghidupi kami,” ujarnya penuh harap.(***)