Airnya begitu jernih dan membentang luas. Di kelilingi bukit-bukit yang rimbun dengan pepohonan hijau. Gemercik air berpadu dengan kicau burung. Tenang dan menyejukkan.
Muhajir Matulu, Patilanggio
Sederet tempat wisata terhampar di Kabupaten Pohuwato, Gorontalo. Selain Pohon Cinta dan Pulau Lahe yang memesona, Kabupaten Pohuwato juga memiliki danau buatan yang tak kalah memikat. Namanya Embung Iloheluma.
Embung Iloheluma terletak di Desa Iloheluma, Kecamatan Patillangio, Kabupaten Pohuwato. Dari pusat Kota Marisa (ibu kota Kabupaten Pohuwato), jarak menuju ke Desa Iloheluma lebih kurang 15 kilometer. Dapat ditempuh menggunakan mobil atau sepeda motor.
Baca juga: BKN Umumkan Jadwal dan Lokasi SKB untuk CPNS 2019, Cek Disini!
Ahad, 16 Agustus 2020, gopos.id dan beberapa rekan jurnalis berkesempatan mengunjungi Embung Iloheluma. Dari pusat Kota Marisa, kami menuju Desa Iloheluma dengan mengendarai sepeda motor. Perjalanan ditempuh lebih kurang 30 menit. Melintasi jalan Trans Sulawesi.
Setelah melewati Polsek Patilanggio, kami terus menyusuri jalan desa Iloheluma. Hingga di pertigaan yang di salah satu sisinya terdapat pos kamling, kami lalu berbelok ke arah kanan. Perjalanan menuju ke lokasi kali ini agak menanjak, dengan kondisi aspal yang mulus. Tak berapa jauh kami mendapati lagi pertigaan. Di lokasi tersebut, kami berbelok ke arah kiri.
Bagi yang baru akan berkunjung, tak perlu khwatir. Selain jalan Masyarakat desa setempat sangat ramah untuk menunjukkan arah jalan menuju lokasi embung.
Lebih kurang 30 menit menempuh perjalanan di jalan aspal, gopos.id dan beberapa rekan jurnalis tiba di kawasan perkebunan milik warga setempat. Kali ini jalan menuju ke lokasi Embung Iloheluma sedikit memacu adrenalin. Jalan yang harus dilintasi adalah jalan tanah bebatuan. Untungnya kondisi jalan tidak mendatar alias datar.
Bagi pengunjung yang menggunakan mobil, sebaiknya pilih mobil yang bisa offroad. Bila tidak, maka pengunjung harus rela berjalan kaki. Setidaknya memakan waktu 30 menit berjalan kaki.
Hamparan tanaman jagung yang luas dan deretan pepohonan kelapa di sisi kiri dan kanan, menemani perjalanan gopos.id dan rekan-rekan jurnalis, menyusuri jalanan tanah berbatu-batu. Selain itu dijumpai pula tanaman pisang dan cabe yang begitu subur.
Sebuah sungai kecil dijumpai dalam perjalanan menuju ke lokasi embung Iloheluma. Tak usah khawatir. Meski tak ada jembatan, aliran sungai tak dalam dan tak deras. Bisa dilewati dengan kendaraan sepeda motor.
Lebih kurang 15 menit telah berlalu. Perjalanan kami pun telah sampai. Oh ya, kami berangkat dari Kota Marisa sore hari. Sehingga saat tiba di lokasi, matahari sudah terbenam.
Tanpa banyak buang waktu. Setelah rehat sejenak, kami segera memutuskan untuk mendirikan tenda. Lalu mengumpulkan ranting kayu. Membuat api unggun untuk menghangatkan tubuh. Maklum udara dingin di Embung Iloheluma saat malam hari terasa begitu menusuk kulit.
Baca juga: Ada Gambar Pakaian Adat Gorontalo di Uang Pecahan Rp75 Ribu
Setelah mendirikan tenda, api unggun mulai dinyalakan. Beberapa rekan jurnalis menyiapkan jagung manis, yang dibawa saat perjalanan menuju Desa Iloheluma. Rekan lainnya sibuk mencari ikan. Menggunakan panah yang terbuat dari sepotong besi kecil.
Sajian jagung dan ikan bakar menjadi santapan kami malam itu. Tak lupa pula secangkir kopi bersama hangatnya api unggun. Menemani canda tawa kami mengarungi malam dengan cahaya bulan sabit yang berkilau di permukaan air Embung Iloheluma.
Nyala api unggun mulai mengecil. Udara dingin membawa rasa kantuk. Satu per satu beranjak masuk ke dalam tenda. Selanjutnya terlelap bersama harmoni derik jangkrik, dan kerlap-kelip bintang.
Ramai kicau burung memecah kesunyian. Menandai pagi telah tiba. Embung Iloheluma mulai memamerkan kemolekannya. Air begitu jernih membentang luas. Memenuhi relung di antara perbukitan nan hijau. Di ufuk Timur, sang mentari mulai menampakkan diri. Mengusir kabut tipis yang menyelimuti rongga-rongga perbukitan. Sesekali angin bertiup sepoi-sepoi. Berlari diiringi hawa sejuk, serta riak-riak kecil yang memantulkan kerlap-kerlap cahaya jingga di atas permukaan air. Sebuah serpihan surga yang begitu menakjubkan.
Beberapa saat setelah menikmati panorama yang tersaji, gopos.id bersama rekan-rekan jurnalis menjajal kesejukan air Embung Iloheluma. Yakni mandi bersama di bagian saluran pembuangan yang menyerupai sungai kecil. Tak lupa pula mencoba sensasi mendayung rakit di tengah embung. Kesejukan air Embung Ilohulema membuat waktu seakan berlari. Tak terasa, jam sudah menunjukkan 08.00 Wita. Sinar matahari perlahan makin terasa hangat.
Baca juga: Tiga Ketua BEM di Gorontalo Reaktif Rapid Tes
Usai mengganti pakaian, gopos.id bersama-sama rekan-rekan jurnalis kembali membereskan semua perlengkapan. Berpacu dengan waktu untuk kembali menjalani rutinitas.
Fendi Hasan, salah seorang pemuda Desa Ilehelomua, berharap Embung Iloheluma bisa menjadi destinasi wisata. Terutama wisatawan pecinta alam. Terkait hal itu pembangunan infrastruktur penunjang sangat dibutuhkan. Salah satunya akses jalan, agar lebih mudah untuk dilalui.
“Masyarakat sekitar juga harus diedukasi bagaimana mengelola potensi ini, agar dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat,” ujarnya.
Tak kalah pentingnya, Fendi menekankan mengenai kelestarian alam di kawasan Embung Iloheluma. “Wisatawan yang berkunjung diharapkan tidak membuang sampah sembarangan dan tidak mengotori Embung Iloheluma,” imbau Fendi.
Ops… Hampir lupa. Embung Iloheluma juga dikenal dengan sebutan Embung Harapan. Nama itu tersemat, konon siapa yang menaruh harapan maka akan terkabul. Terlepas dari itu, Embung Iloheluma memang layak juga disebut dengan Embung Harapan. Sebab, pesona yang dimilikinya membuat orang yang berkunjung berharap bisa datang kembali. (*)