GOPOS.ID, GORONTALO – Salah satu penyebab anak mengalami stunting (kekerdilan), karena tingginya angka kelahiran secara prematur.
Untuk mencegah hal tersebut, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo mendorong agar asupan gizi ibu hamil harus dijaga untuk menghasilkan generasi cerdas penerus bangsa.
Hal ini terungkap pada dialog kesehatan dalam rangka peringatan Hari Gizi Nasional yang jatuh setiap tanggal 25 Januari itu. Mengambil tema ‘Bersama Membangun Gizi Menuju Bangsa Sehat’ dialog ini dihadiri Kepala Seksi Kesehatan Keluarga, Pengendalian Penduduk, KB dan Gizi, Dinas Kesehatan Provinsi Goporontalo, Syafiin S. Napu, serta Ketua DPD Persagi Provinsi Gorontalo Suryanto Soleman, SST di Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, Rabu (30/1/2019).
Menurut Suryanto Suleman Ketua Persatuan Ahli Gizi Provinsi Gorontalo bahwa pihaknya terus mengkampanyekan pentingnya pemenuhan gizi masyarakat di Provinsi Gorontalo. Baginya, kasus stunting tak cuma berakibat Gizi Buruk, Gizi kurang, tapi juga Obesitas.
“Adapun pelaksanaan hari gizi Nasional akan difokuskan pada peningkatan pengetahuan masyarakat, terutama orang tua dalam memberikan asupan gizi, saat dalam kandungan maupun pada balita,” ungkapnya.
Tak hanya itu, ia juga mengajak seluruh masyarakat, untuk gemar mengkonsumsi sayur dan buah yang sehat, dan gizi seimbang. “Agar tercipta sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas,” tuturnya.
Baca juga :Â Dikes Provinsi Tangani Korban Banjir Boalemo
Sementara itu, disampaikan Syafiin Napu bahwa meski kelahiran pramatur menyebabkan anak menjadi stunting, namun tapi tidak semua kelahiran prematur akan mengalami stunting.
“Di tiap kegiatan posyandu ada kelas ibu hamil. Nah, di kelas ibu hamil ini terdapat petugas gizi yang memberikan edukasi kepada ibu-ibu hamil, apabila bayi terlahir BBLR (Berat badan lahir rendah) harus dipenuhi asupan gizinya dengan Asi ekslusif,” ucapnya.
Asi ekslusif penting untuk semua anak BBLR, sebab mengandung banyak gizi yang dibutuhkan bayi. Sehingga membantu penurunan kasus stunting.
“Pemberian sufor pada bayi akan berdampak pada pemenuhan gizi bayi dan balita. Kemarin kami telah menganalisa kematian bayi masih cukup tinggi di Gorontalo. Ternyata penyebab paling tinggi adalah prematur. Segera setelah bayi lahir lakukan pemberian ASI yaitu IMD (inisiasi menyusui dini),” tambahnya.
Menurutnya sejauh ini banyak tenaga kesehatan di kabupaten/kota melakukan gerakan timbang ulang untuk memastikan kembali lokus stunting sesuai riskesdas 2013 apa masih ada atau tidak.
Dan seperti yang dilaporkan bahwa penurunan di Pohuwato semula 30an kasus sekarang tinggal 20an. Malah dari hasil TSG tahun 2017, kalau lokus stuntingnya hanya tiga daerah berdasar pada data pemantauan status gizi 2017. Terjadi peningkatan kasus di Kota dari kabupaten lokus.
Baca juga :Zona Integritas, RSUD Hasri Ainun Habibie Wujudkan Wilayah Bebas Korupsi
“Ini yang kita telah sampaikan ke Dinas Kota untuk dievaluasi. Kemudian, pengaruh ekonomi dan lingkungan. Iya, sebab beberapa kali kita menemukan tingkat ekonomi keluarga dan lingkungan menyebabkan stunting tersebut,” jelasnya.
Lingkungan yang kurang bersih menyebabkan diare dan asupan gizi yang rendah, sehingga terjadi gizi buruk.
“Adapun langkah pemerintah untuk pencegahan kasus ini pada awal sebelum hamil pada waktu pencatatan pernikahan melalui KUA dan puskesmas. Dengan setiap calon pengantin akan dilakukan pencatatan pranikah bila sudah ada rekomendasi dari puskes,” paparnya.
Di puskesmas petugas memberikan suntikan TT. Bila calon pengantin tersebut diperiksa ada anemia, maka diperbaiki dulu gizinya. Baru setelah itu bisa menikah, sehingga ketika melahirkan nanti anaknya tidak stunting,” tandasnya. (ndi)