GOPOS.ID, GORONTALO – Faktor penyakit yang disebabkan oleh nyamuk di musim hujan meningkat dibandingkan musim panas. Hal ini disebabkan oleh tingginya populasi nyamuk saat musim hujan. Termasuk populasi nyamuk aedes aegylti, yang menjadi penyebar utama penyakit demam berdarah (DBD).
Berkenaan dengan itu, Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo melalui Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Mengiangatkan masyarakat untuk melaksanakan konsep 3M+ yaitu menutup, menguras, membersihkan dan plusnya adalah mencegah gigitan nyamuk.
Hal ini disampaikan langsung oleh Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, dr. Irma Cahyani saat dikonfirmasi oleh gopos.id di kantornya, Jumat (3/1/2020).
“Kalau musim hujan itu risiko tinggi penyakit karena faktor nyamuk. Ini disebabkan populasi nyamuk itu meningkat saat hujan,” ujar dr. Irma
Meningkatnya populasi nyamuk saat hujan dijelaskan dr. Irma, karena telur-telur nyamuk yang berada di tempat-tempat kering selama musim kemarau itu menetas. Sehingga di musim telur-telur menetas dengan cepat.
Baca juga:Â DBD Capai Angka 329 Kasus, Gubernur Imbau Warga Galakkan PSN
“Telur nyamuk itu bisa bertahan hingga enam bulan di tempat yang kering. begitu musim hujan tempat-tempat itu terisi air. Semua telur-telur itu kemudian menetas,” papar dr. Irma
“Ketika populasi nyamuk meningkat. Otomatis nyamuk sebagai faktor binatang pembawa penyakit seperti demam berdarah, malaria, dan chikungunya itu akan meningkat. Jika ada satu saja yang DBD kemudian banyak nyamuk yang aedes. Otomatis banyak nyamuk yang bisa menularkan penyakit itu. jadi kaitaanya ke situ,” lanjut dr. Irma mejelaskan.
Walaupun sebenarnya menurut dr. Irma kalau pengendalian populasi nyamuk itu sebelum musim hujan. Kerena kalau sudah musim hujan itu sudah terlanjur. Populasi nyamuk sudah banyak.
“Seharusnya pembersian jentik nyamuk itu harus dilakukan sebelum musim hujan. Jadi pembersian ini harus dilakukan setiap tahun. Mulai dari kaleng-kaleng, gelas air minum kemasan dan apa saja yang bisa menampung air harus dibersihkan,” ungkapnya
Namun kembali dr. Irma menekankan untuk mengantisipasi terjadi penyakit yang disebabkan nyamuk. Masyarakat harus melaksanakan 3M+.
“Pertama yaitu menutup tempat-tempat penampungan air seperti sumur dan tong. Agar nyamuk tidak masuk untuk bertelur di situ. Ke dua menguras, jadi bukan dibuang airnya tapi dikuras. dikuras alias disikat karena telur nyamuk itu menempel di dinding bak mandi. jadi bak mandi itu harus disikat. Kemudain ketiga membersihkan barang-barang bekas atau menggunakan kembali. kalau sudah tidak dipakai harus dibuang pada tempatnya,” terangnya.
Sementara untuk plus (+) maksudnya menurut dr. Irma itu banyak. Mulai dari menghindari gigitan nyamuk dengan losion anti nyamuk atau semacamnya. Memakai pakaian yang panjang, jangan berkeluaran di jam-jam yang banyak nyamuk misalnya petang dan malam. Jangan menggantung pakaian di belakang pintu dan menanam tanaman yang tidak disukai nyamuk seperti bunga lafendel
Di samping itu, dr. Irma menilai pengendalian yang dilakukan oleh teman-teman dinkes provinsi maupun kabupaten/kota sudah baik dan aktif dalam mensosialisasikan gerakan jumantik (juru pemantau jentik). Jadi seminggu sekali ada yang harus membersihkan rumah yang biasa ditempati oleh nyamuk untuk bertelur.
“Sekarang teman-teman di kabupaten/kota berkaca dari tahun lalu. Bulan begini itu biasanya sudah ada kejadian luar bisa (KLB). Tapi alhamdulillah sampai sekarang belum ada,” ungkapnya (muhajir/gopos)