GOPOS.ID, GORONTALO – Produksi beras Provinsi Gorontalo sepanjang 2024 mengalami penurunan. Situasi tersebut sejalan dengan menurunnya luas panen padi dalam kurun waktu 2024.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo melaporkan, hasil survei Kerangka Sampel Area (KSA) realisasi luas panen padi Januari-Desember 2024 mencapai sekitar 46,95 ribu hektare. Jumlah tersebut menurun 2,66 ribu hektare (5,36 persen) dibandingkan 2023 yang sebesar 49,61 ribu hektare.
Kepala BPS Provinsi Gorontalo, Mukhamad Mukhanif, menjelaskan puncak panen padi pada 2024 mengalami pergeseran dibandingkan puncak panen padi pada 2023. Puncak panen padi pada 2023 terjadi pada Januari, sedangkan puncak panen padi pada 2024 terjadi pada September.
“Luas panen padi pada September 2024 adalah sebesar 11,49 ribu hektare, sedangkan pada Januari 2023 luas panen padi mencapai 9,44 ribu hektare,” terang Mukhamad Mukhanif.
Penurunan luas panen ikut berdampak pada produksi padi di Gorontalo. Sepanjang Januari hingga Desember 2024, produksi padi di Gorontalo mencapai 234,86 ribu ton Gabah Kering Giling (GKG). Dibandingkan produksi 2023, jumlah tersebut menurun sebanyak 16,57 ribu ton GKG atau sekitar 6,59 persen. Pada 2023, jumlah produksi padi di Gorontalo sebanyak 251,43 ribu ton GKG.
“Produksi padi tertinggi pada 2024 terjadi pada September, yaitu sebesar 63,34 ribu ton GKG, sementara produksi terendah terjadi pada Juli, yaitu sekitar 3,33 ribu ton GKG,” terang Mukhanif.
Lebih rinci Mukhanif menjelaskan, penurunan produksi padi pada 2024 terjadi di beberapa wilayah potensi penghasil padi seperti Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, dan Kota Gorontalo. Di sisi lain, terdapat beberapa kabupaten/kota yang mengalami kenaikan produksi padi, misalnya Kabupaten Boalemo, Kabupaten Pohuwato, dan Kabupaten Gorontalo Utara.
“Tiga kabupaten/ kota dengan total produksi padi (GKG) tertinggi pada 2024 adalah Kabupaten Gorontalo, Kabupaten Boalemo, dan Kabupaten Pohuwato. Tiga kabupaten/kota dengan produksi padi terendah yaitu Kabupaten Gorontalo Utara, Kabupaten Bone Bolango, dan Kota Gorontalo,” urai Mukhanif.
Sementara itu jika produksi padi dikonversikan menjadi beras untuk konsumsi pangan penduduk, maka produksi padi sepanjang Januari hingga Desember 2024 setara dengan 131,14 ribu ton beras. Jumlah ini mengalami penurunan sebesar 9,25 ribu ton atau sekitar 6,59 persen dibandingkan 2023 sebesar 140,39 ribu ton.
“Produksi beras tertinggi pada 2024 terjadi pada September, yaitu sebesar 35,37 ribu ton. Sementara itu, produksi beras terendah terjadi pada Bulan Juli, yaitu sebesar 1,86 ribu ton,” kata Mukhanif menerangkan.
Potensi 2025
Sementara itu pada 2025 luas panen padi di Provinsi Gorontalo pada Januari 2025 mencapai 2,97 ribu hektare, dan potensi panen sepanjang Februari hingga April 2025 diperkirakan seluas 20,34 ribu hektare. Dengan demikian, total luas panen padi pada Subround Januari−April 2025 diperkirakan mencapai 23,31 ribu hektare, atau mengalami kenaikan sekitar 5,05 ribu hektare (27,66 persen) dibandingkan luas panen padi pada Subround Januari−April 2024 yang sebesar 18,26 ribu hektare
Demikian pula produksi padi. Pada Januari 2025 diperkirakan sebesar 15,88 ribu ton GKG, dan potensi produksi padi sepanjang Februari hingga April 2025 mencapai 102,99 ribu ton GKG.
“Dengan demikian, total potensi produksi padi pada Subround Januari−April 2025 diperkirakan mencapai 118,86 ribu ton GKG. Mengalami kenaikan sekitar 29,69 ribu ton GKG atau 33,29 persen dibandingkan 2024 yang sebesar 89,18 ribu ton GKG,” tutur Mukhanif.
Selanjutnya untuk produksi beras pada Januari 2025 diperkirakan sebanyak 8,87 ribu ton beras, dan potensi produksi beras sepanjang Februari hingga April 2025 ialah sebesar 57,5 ribu ton. Potensi produksi beras pada Subround Januari−April 2024 diperkirakan mencapai 66,37 ribu ton beras atau mengalami kenaikan sebesar 16,58 ribu ton (sebesar33,29 persen) dibandingkan dengan produksi beras pada Januari−April 2024 yang sebesar 49,79 ton beras.(hasan/gopos)