GOPOS.ID, GORONTALO – Kesuksesan meniti karir sebagai sportcoach atau pelatih olahraga di Negeri Belanda, tak membuat Faisal Farhan Hiola, lupa akan tanah leluluhurnya, Gorontalo. Sebaliknya, kesuksesan yang diraih tersebut membuat pemuda multitalenta ini terdorong untuk mengabdi di tanah leluhur Gorontalo.
Tentu niat tersebut tidak datang begitu saja. Pria yang akrab disapa Fais Nemsa ini senantiasa teringat pesan seorang gurunya. “Seseorang yang mampu memiliki masa muda maka akan mendapatkan masa depan”. Perkataan sang guru tersebut menjadi inspirasi sekaligus pendorong semangat bagi Fais untuk senantiasa berbuat baik. Yakni dengan membimbing dan mengajarkan olahraga kepada anak-anak dan remaja. Terutama para anak-anak yang mengalami tekanan atau mendapatkan perlakuan yang tak baik di dalam lingkungan keluarga.
“Sejak usia 16 tahun saya mempunyai impian untuk berarti dan berkontribusi untuk lingkungan masyarakat,” ungkap Fais Nemsa.
Fais Nemsa juga turut memberikan bimbingan bagi anak-anak autis atau mereka yang mengalami problem sosial.
“Syukur alhamdulillah sejak 2008 sampai dengan sekarang saya masih mendidik mereka dengan generasi berbeda dari berbagai bangsa,” ujar Fais Nemsa.
Fais juga aktif mempromosikan keindahan alam dan pariwisata Indonesia. Terutama keindahan alam dan pariwisata yang dimiliki tanah kelahiran leluhurnya Gorontalo.
“Apa yang dimiliki saat ini, ingin saya lakukan di tempat kedua orang tua dilahirkan. Biar bagaimanapun, dalam diri saya mengalir darah gorontalo. Sejauh-jauhnya kita berada suatu saat akan kembali dimana sebenarnya saya berasal,” tuturnya.
Fais mengakui bila perasaan untuk mengabdi di tanah leluhur telah lama berkecamuk dalam benaknya.
“Mungkin ini saatnya saya telah dipanggil oleh leluhur ‘ayo segera pulang nak, berbuat dan mengabdilah untuk daerah ini,” ungkapnya.
Tentang Fais Nemsa
Fais Nemsa merupakan sosok pemuda yang dikenal multitalenta dan lihai memainkan berbagai jurus silat Cimande adalah anak dari pasangan Zarlin Halida Zakaria asal Batudaa, Kabupaten Gorontalo dan Yunus Hiola dari Botupingge Kabupaten Bone Bolango.
“Mendiang ayah saya adalah seorang Imam di Organisasi Muslim Indonesia bernama PPME (Persatuan Pemuda Muslim Eropa) di Rotterdam. Ayah mengajarkan Islam syariah, Achlaaq dan Quran. Ibu saya bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit di Makassar yang dikelola oleh Belanda sebelum dia datang ke Belanda,” ungkapnya.
Fais menceritakan kegiatannya yang begitu padat, mulai dari bekerja sebagai sportcoach, pelatih cardio boxing dan pelatih motivasi dan mental terutama untuk remaja.
“Sesekali saya bekerja di sunday’s sebagai mentor bagi Anak Muslim Indonesia di PPME Rotterdam. Pelajaran Iqra dan Pendidikan Sosial adalah mata pelajaran penting yang saya ajarkan kepada mereka,” tuturnya.(hasan/gopos)