GOPOS.ID, GORONTALO – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) mulai mengkhawatirkan di Gorontalo. Selang 17 hari di Januari 2019 ini, sudah 147 kasus DBD terjadi. Dimana 2 penderita meninggal dunia.
Dari data yang dirangkum gopos.id, bahwa kasus tertinggi terjadi di Kabupaten Gorontalo dengan jumlah kasus mencapai 53 penderita.
Kemudian disusul Pohuwato 36 kasus, Gorontalo Utara 24 kasus, Bone Bolango 21 kasus, Kota Gorontalo 7 kasus dan Boalemo 6 kasus. Namun kasus DBD di Kota Gorontalo sudah memakan korban sebanyak 2 orang. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat, sebab baru memasuki pekan ketiga di bulan Januari.
Sebelumnya di tahun 2016 kasus DBD di provinsi Gorontalo tercatat mencapai 742 kasus, kemudian di 2017 jumlahnya menurun menjadi 452 kasus.
Namun di 2018 jumlah penderita DBD kembali meningkat menjadi 906 penderita. Nah, pemerintah harus mewaspadai tahun 2019 ini. Sebab di awal tahun ini, kasus DBD sudah dibuka dengan angka 147 kasus.
Menurut Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular di Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, dr. Irma Cahyani Ranti DBD disebabkan oleh virus Dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Virus tersebut akan masuk ke aliran darah manusia melalui gigitan nyamuk. Biasanya, jenis nyamuk ini menggigit di pagi hari sampai sore menjelang petang.
Baca juga : Awas! DBD Mulai Mengintai, 2018 Terjadi 14 Kasus Kematian
Penularan virus Dengue terjadi bila seseorang yang terinfeksi digigit oleh nyamuk perantara. Virus dari orang yang terinfeksi akan dibawa oleh nyamuk, dan menginfeksi orang lain yang digigit nyamuk tersebut. Kemudian virus Dengue hanya menular melalui nyamuk, dan tidak dari orang ke orang.
“Biasanya diperubahan musim seperti ini, lonjakan kasusnya meningkat. Sebab banyak genangan air yang menjadi tempat bertelurnya nyamuk Aedes aegypti ini,” ucapnya.
Dijelaskan dr. Irma bahwa virus Dengue terbagi menjadi empat tipe, yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Ketika seseorang terinfeksi salah satu tipe virus Dengue dan berhasil pulih, maka tubuhnya akan membentuk kekebalan seumur hidup terhadap tipe virus tersebut.
Namun kekebalan terhadap salah satu virus tidak menutup kemungkinan terjadinya infeksi oleh tipe virus Dengue yang lain. Bahkan, seseorang yang pernah terinfeksi virus Dengue lebih berisiko terinfeksi untuk kedua kalinya.
“Selain pernah mengalami infeksi virus Dengue, faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena demam berdarah adalah tinggal atau bepergian ke daerah tropis. Demam berdarah juga lebih berisiko dialami oleh bayi, anak-anak, lansia, dan orang dengan kekebalan tubuh lemah,” paparnya.
Untuk itu, pada pergantian musim seperti saat ini, masyarakat diminta untuk berperan aktif dalam mencegah agar tidak terjadinya penyebaran DBD di wilayah masing-masing.
Minimal membuang air yang terdapat dalam baskom, vas bunga, ember, dan wadah lain yang dapat menampung air berpotensi menjadi tempat nyamuk bersarang.
Baca juga : Januari, 2 Penderita DBD di Kota Meninggal, 7 Orang Positif
Rajin-rajinlah membersihkan tempat-tempat tersebut setidaknya dua kali seminggu untuk mengurangi risiko munculnya nyamuk pembawa demam berdarah.
“Intinya adalah tindakan pencegahan dengan Pemberantas Sarang Nyamuk (PSN) dan 3M plus,” tegasnya.
3M plus yang dimaksud yakni menutup semua tampungan air atau sumber air, menguras bak mandi, mendaur ulang barang bekas, menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan.
Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat tidur, memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah, serta menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk.
Upaya lain yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya DBD yaitu, menggalakkan gerakan satu rumah satu jumantik (juru pemantau jentik).
Jika di setiap rumah ada satu anggota keluarga yang menjadi jumantik, diharapkan dapat mencegah kasus demam berdarah.
Baca juga : Angka Kematian Ibu Turun dalam 2 Tahun Terakhir
“Upaya pencegahan DBD ini relatif ampuh. Dan dibeberapa daerah sudah berhasil memberantas DBD dengan program Jumantik ini,” katanya.
Diharapkan dengan informasi tersebut, masyarakat bisa lebih waspada lagi sedini mungkin agar DBD di Provinsi Gorontalo tidak bertambah. Serta menekan angka kematian akibat DBD ini. (ndi)