GOPOS.ID – Produsen perlengkapan outdor, Eiger, menjadi bulan-bulanan warganet. Itu setelah perusahaan asal Bandung, Jawa Barat, mengirim surat keberatan atas review produk youtuber, Dian Widiyanarko atau @duniadian.
Surat tertanggal 23 Januari 2020 itu menyatakan keberatan atas review kacamata Eiger Kerato | Cocok Jadi Kacamata Sepeda oleh Dian Widiyanarko. Ada tiga point yang menjadi keberatan pihak PT Eigerindo Multi Produk Industri, pemegang merek Eiger.
Pertama, kualitas video review yang kurang bagus dari segi pengambilan video yang dapat menyebabkan produk Eiger berbeda baik dari segi warna, bahan, dan detail aksesoris menjadi terlihat kurang jelas.
Kedua, adanya suara di luar video utama yang dapat mengganggu (noise) sehingga informasi tak jelas bagi konsumen.
Selanjutnya, ketiga setting lokasi yang kurang proper bagi pengambilan video.
Atas keberatan itu, pihak Eiger meminta agar Dian Widiyanarko memperbaiki, dan/atau menghapus video review di akun Youtube miliknya.
Surat keberatan yang dilayangkan Eiger, membuat Dian Widiyanarko kaget. Alasannya ia membuat konten review kacamata Eiger tanpa dibayar (endorse) atau iklan. Ia pun membeli kacamata itu dengan biaya pribadi, dan mereview menggunakan peralatan sendiri.
“Malah seharusnya anda berterima kasih, dapat promosi gratis ke 37 ribu subsicribes. Wong video tonenya positif,” tulis Dian dalam akun @duniadian.
Baca juga: Miris, Bocah SD di Gorontalo Diduga Dihamili Kakak Ipar
Dian yang mengaku konsumen Eiger sejak lama itu menyatakan tak akan menghapus video reviewnya. Bahkan Dian menyertakan cuplikan (Screenshoot) komentar warganet yang membeli produk kacamata Eiger Kerato lantaran video review miliknya.
Sementara itu CEO PT Eigerindo Multi Produk Industri, Ronny Lukito, menyampaikan permohonan maaf atas masalah yang terjadi. Melalui surat peryataan yang diunggah akun @eigeradventure, Ronny mengakui pihaknya yang mengirimkan surat keberatan kepada youtuber, Dian Widiyanarko.
“Kami sadari, apa yang kami lakukan tidak tepat dan salah,” tulis Ronny Lukito.
Menurut Ronny Lukito, pihaknya pada dasarnya ingin memberi masukan kepada reviewer agar lebih baik lagi.
“Tetapi sekali lagi, kami menyadari bahwa cara penyampaian kami salah,” ujar Ronny.(adm-02/gopos)