GOPOS.ID, GORONTALO – Masyarakat saat ini sementara menunggu kepastian awal ramadan 1442 Hijriyah. Sembari menunggu kepastian 1 Ramadan tahun ini, ada beberapa tradisi yang paling ditunggu masyarakat Gorontalo di ramadan tahun ini.
Pasalnya ramadan tahun lalu, tradisi-tradisi ini sempat dilarang, sebab adanya pandemi Covid-19.
Nah, apakah tradisi-tradisi ini akan kembali dirasakan masyarakat Gorontalo di ramadan tahun ini?
Gopos.id mengulas beberapa tradisi yang sangat ramai dilakukan masyarakat saat melaksanakan ibadah puasa ramadan dan selalu menjadi tradisi di masyarakat.
Jalan Pagi Setelah Salat Subuh
Jalan pagi setelah salat subuh adalah salah satu tradisi yang paling sering dilakukan masyarakat khususnya kaula muda Gorontalo. Berbagai objek wisata di Gorontalo pun sering kali dikunjungi anak muda Gorontalo usai melaksanakan salat subuh. Biasanya waktu yang paling banyak dikunjungi masyarakat yakni pada pukul 05.45 WITA sampai dengan pukul 07.00 WITA. Kemudian lokasi-lokasi yang menjadi favorid masyarakat Gorontalo diantaranya. Center Poin Bone Bolango, Benteng Otanaha Kota Gorontalo, Jembatan Talumolo II, Jembatan Jodoh Telaga, Wisata Hiu Paus, Menara Limboto (Taman Budaya) dan berbagai lokasi yang instagramable untuk kaula muda Gorontalo.
Mo Koko’o (Membangunkan Orang Sahur)
Tradisi Mo Koko’o atau membangunkan orang sahur menjadi tradisi yang rutin dilakukan masyarakat Kelurahan Talumolo, warga Kampung Bugis dan sekitarnya untuk membangunkan sesama muslim untuk menunaikan sahur.
Biasanya sekelompok anak muda di kelurahan ini begadang sampai menunggu waktu sahur, kemudian mereka mengelilingi kampung untuk membangunkan masyarakat untuk santap sahur bagi umat muslim Gorontalo menjalankan ibadah puasa. Namun sejak pandemi tahun lalu, tradisi ini hampir tidak terdengar sampai berakhirnya ramadan tahun lalu.
Buka Puasa Bersama
Momen buka puasa adalah hal yang wajib rasanya bagi masyarakat Gorontalo. Betapa tidak, disini berbagai agenda sudah disiapkan. Baik buka puasa bersama rekan kerja di kantor, maupun menjadi momen nostalgia bagi masyarakat. Mengapa tidak, sejak jauh-jauh hari masyarakat sudah mengagendakan untuk berbuka puasa mulai dari keluarga terdekat, kerabat terdekat, teman kantor, hingga buka puasa bareng alumni SD, SMP, SMA dan kuliah.
Namun tahun 2020 kemarin, buka puasa bersama dilarang pemerintah. Bahkan cafe atau restoran yang mengizinkan operasionalnya buka dan memberi ruang untuk adanya buka puasa bareng, akan mendapat sanksi tegas dari pemerintah.
Yah, mudah-mudahan ramadan tahun ini, buka puasa bersama masih diperbolehkan ya. Soo, dengan mengedepankan protokol kesehatan yang ketat.
Pasar Senggol
Tradisi pembukaan pasar senggol di Kota Gorontalo sangat menyita perhatian masyarakat. Tradisi yang dimulai pada pertengahan ramadan ini sangat diminati oleh seluruh kalangan masyarakat Gorontalo.
Disini ada ratusan pedagang baik dari Gorontalo maupun luar Gorontalo mengadu nasib untuk bisa membuka lapak di pasar senggol yang berada di Kelurahan Biawao dan Siendeng Kota Gorontalo atau kompleks pertokoaan pasar Tua kota Gorontalo.
Namun sampai dengan hari ini, kepastian pembukaan pasar senggol pada ramadan tahun 1442 Hijriyah tahun ini belum bisa dipastikan. Selain masih tingginya kasus covid-19 di provinsi Gorontalo. Pemerintah juga tidak ingin kecolongan jika nantinya terjadi klaster baru jika pasar senggol dibuka. Pemerintah Kota Gorontalo sendiri belum memastikan buka tidaknya pasar senggol di ramadan tahun ini. Walikota Gorontalo masih akan mengadakan rapat bersama dengan Forkopimda untuk memastikan itu. Kita berharap saja, keputusan pemerintah adalah keputusan yang terbaik untuk masyarakatnya yaa.
Malam Tumbilotohe
Tradisi malam tumbilotohe yang jatuh pada malam 27 Ramadan sampai malam 29-30 ramadan menjadi salah satu tradisi paling unik di Provinsi Gorontalo. Yaa, di malam ini, hampir seluruh wilayah di Provinsi Gorontalo menyalakan lampu botol yang menandakan hari kemenangan sebentar lagi tiba.
Dibeberapa tahun lalu, tradisi ini sempat dijadikan festival dan mengundang perhatian berbagai wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Namun adanya pandemi Covid-19 tahun lalu, tradisi ini tidak segeliat tahun tahun sebelumnya. Meski demikian masyarakat Gorontalo antusias untuk tetap melestarikan tradisi yang ada sejak seabad yang lalu itu. (andi/gopos)