GOPOS.ID, GORONTALO – Nasib malang harus menimpa Mawar (11). Gadis belia yang masih duduk di bangku kelas 5 Sekolah Dasar (SD) itu harus menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan oleh temannya sendiri.
Diusia yang masih sangat belia itu Mawar dipaksa oleh 7 orang temannya untuk melakukan adegan yang tidak senonoh di sela-sela jam istirahat ke dua di sekolahnya.
“Jam istirahat ke dua itu waktu solat Zuhur. Anak saya yang kebetulan tidak membawa alat solat kemudian diberikan sanksi untuk menyapu kelas bersama beberapa teman perempuannya oleh gurunya,” kata Melati, ibu Mawar menceritakan kejadian yang menimpa anaknya itu.
Sesampainya di ruang kelas, Mawar mendapati ada 7 orang teman lawan jenisnya sibuk menghirup lem dan sebagian lain sedang asyik main game. Di tengah situasi yang minim pengawasan guru itulah kejadian dugaan pelecehan terhadap Mawar dilakukan oleh 7 orang temannya.
“Dua orang teman anak saya disuruh keluar kelas secara paksa oleh para pelaku. Sedangkan anak saya ditahan di dalam kelas dan ruangan kelas dikunci. Untuk menahan agar teman anak saya tidak bisa membuka pintu, pelaku mengganjal pintu dengan kursi dan meja,” ucap Melati.
Saat pintu kelas ditutup itulah, kata Ibu Mawar, satu persatu pelaku mulai membuka kancing celana dan menurunkan celana mereka hingga ke paha. Sebagian lain menahan tangan Mawar dan berusaha mengangkat rok yang dikenakan oleh Mawar.
Mawar saat itu yang tertinggal sendirian di dalam kelas dengan sekuat tenaga berusaha untuk membela dirinya. Sambil sesekali berpegangan kuat di meja guru untuk mempertahankan harga dirinya.
“Tidak hanya mengangkat rok anak saya, sebagian ada yang mendorong kepala anak saya dan mengarahkan kepalanya ke kemaluan pelaku. Beberapa pelaku ada yang membujuk anak saya untuk menghisap kemaluan mereka dengan kata-kata bahwa hal itu adalah surga,” ujarnya.
Beruntung, saat itu Mawar bisa melarikan diri dari tindakan bejat para pelaku. Meskipun begitu, Mawar harus menerima beberapa luka cakaran dibagian lengan tanganna dan dua kacing kemejanya harus copot akibat ditarik oleh para pelaku.
Bukan Kali Pertama Dilecehkan
Kejadian pada hari kamis ini menurut pengakuan Melati bukan kali pertama. Sebelumnya, pada hari selasa Mawar juga diperlakukan serupa oleh temannya di ruang kelas yang berbeda.
Kejadian yang dialami Mawar pada hari selasa juga terjadi pada jam istirahat ke dua. Berbeda dengan kejadian yang pada hari kamis, di hari selasa Mawar diperlakuan demikian oleh satu orang kawannya.
“Di dalam kelas itu ada tiga orang, tapi yang melakukan hal tidak baik itu hanya satu orang,” kata Melati.
Saat itu, pelaku juga sudah sempat menurunkan celananya hingga ke bagian Paha. Pada kejadian hari selasa tersebut, Mawar mengaku kesulitan untuk keluar dari ruang kelas karena engsel pintu di ruangan tersebut sudah rusak.
Beruntung saat itu, ada yang membukakan pintu dari luar sehingga Mawar bisa kabur dan melarikan diri. Melati mendapatkan informasi perihal kejadian ini dari teman-teman Mawar.
“Saat sampai di rumah, Mawar itu hanya diam saja. Yang menceritakan kejadian ini adalah teman-teman anak saya yang saat itu ada di lokasi kejadian,” ungkapnya.
Di-Bully dan Dilecehkan
Melati mengungkapkan dirinya pernah mendatangi pihak sekolah perihal tindakan pelecehan ini pada tahun 2023. Saat itu Mawar masih duduk dibangku kelas 4. Ini merupakan kejadian pelecehan yang pertama kali dialami Mawar.
“Jadi kalau ditotal, sebenarnya sudah tiga kali anak saya dilecehkan oleh teman-temannya ini di sekolah,” kata Melati.
Sayangnya, menurut Melati, saat mendatangi sekolah pada tahun 2023 silam dirinya mendapat jawaban yang terkesan menyepelkan tindakan seperti ini. Menurut Melati, tindakan guru hanya memberikan peringatan ringan dan tidak pernah memberikan sanksi kepada para pelaku.
“Awas aa, masih mo bagitu lagi ngoni,” kata Melati menirukan teguran guru pada para pelaku.
Bahkan saat dimediasi oleh pihak sekolah pada kasus yang kedua, Melati mengakui pihak sekolah kerap menyudutkan anaknya yang notabene sebagai korban. Hal ini menjadi hal yang sangat disayangkan oleh Melati dan keluarganya.
“Kata pihak sekolah, anak saya yang sering bermain. Harusnya tanggapan pihak sekolah tidak seperti itu dalam menanggapi kasus serius seperti ini,” ungkapnya.
Beberapa hari sebelum mendapatkan perlakuan pelecehan tersebut, kata Melati, putri kesayangannya itu sempat dirundung oleh teman-teman perempuannya. Anak saya saat itu dipukuli oleh beberapa orang.
“Salah satu pelaku perundungan tersebut adalah anak Kepala Sekolah,” ungkap Melati.
Kata Melati, hal ini kemudian membuat anaknya takut melaporkan kejadian pelecehan seksual. Anaknya kerap merasa takut karena akan dibully dan dipukuli oleh teman-temannya.
“Saat kejadian hari kamis itu, anak saya juga sempat mendapat ancaman dari pelaku,” ungkapnya.
Respon Pihak Sekolah
Melati mengaku pihaknya kecewa dengan responn sekolah. Hal ini sudah pernah terjadi pada tahun 2023, harusnya kejadian semacam ini sudah bisa diminimalisir untuk tidak terjadi lagi.
Kekecewaanya makin diperparah saat mediasi pada hari jumat pasca kejadian yang menimpa putrinya di hari kamis. Mediasi yang turut menghadirkan Koordinator Wilayah (Korwil) itu justru makin menyudutkan putrinya sebagai korban kekerasan seksual.
Tidak hanya itu, waktu kejadian yang masih jam sekolah mengindikasikan minimnya pengawasan dari pihak sekolah di jam-jam tertentu.
“Semua pelaku pelecehan itu adalah murid laki-laki. Tidak ada alasan bagi mereka untuk tidak solat karena mereka harusnya bisa solat dengan hanya mengenakan seragam sekolah,” ungkap Melati.
Saat mediasi yang dilakukan oleh pihak sekolah, Melati juga kerap dihalang-halangi untuk membuat laporan ke pihak berwajib. Melati diminta untuk berpikir dua kali dan memikirkan perihal nama baik sekolah saat hendak membuat laporan.
“Secara terang-terangan mereka meminta saya untuk berpikir dua kali. ‘inga kamari saya’, begitu kata Korwil yang hadir saat itu,” ucap Melati.
Saat dikonfirmasi, pihak sekolah membantah apa kronologi yang disebutkan oleh Melati. Menurut pihak sekolah, dugaan pelecehan kepada Mawar itu tidak benar. Tidak hanya itu, kronologi yang diceritakan oleh Melati sudah berlebihan.
“Tidak seperti itu ceritanya,” kata pihak sekolah.
Bahkan pihak sekolah menyebutkan dugaan para pelaku sudah membuka celana hingga ke bagian paha tidak benar. Menurut Pihak sekolah, para pelaku tidak pernah membuka celananya. Selain itu, para pelaku juga tidak melakukan pelecehan sebagaimana dituduhkan.
Perihal upaya pihak sekolah menghalang-halangi orang tua korban untuk membuat laporan ke pihak berwajib juga tidak benar. Pihak sekolah menyebutkan, pihak sekolah hanya meminta agar orang tua menyelesaikan permasalahan di sekolah terlebih dahulu.
“Maksud kami diselesaikan dulu di internal sekolah, karena kejadiannya di sekolah. Setelah itu, orang tua masih keberatan atau tidak, silakan buat laporan,” kata pihak sekolah. (Abin/Gopos)
Wali kelas, Kepala Sekolah dan Korwil juga harus turut bertanggungjawab… Kalau perlu pecat saja mereka… Mereka lebih mementingkan nama baik sekolah dibanding keselamatan korban… Oknum guru dgn mindset seperti ini tidak pantas menjadi guru…
Pecat semua guru bobrok yg lebih mementingkan nama baik sekolah dibanding kepentingan korban… Mereka bukan guru, tapi penjahat anak yg sebenarnya…
Klaw jdi pa qt pe anak bgni so lma qt lpor.tda ada kata damai.msalahnya mental ini ksiang mo trauma smpe bsar dia.dpe guru itu prlu dipriksa jga.biar le skalipun anak kepsek klaw slah ttap slah..