GOPOS.ID, GORONTALO – Seorang siswa Sekolah Menengah Kejuruan Negeri di Gorontalo, harus dilarikan ke rumah sakit Aloei Saboe dalam kondisi tak sadarkan diri dan mulut berbusa, Selasa (10/9/2024) malam.
Korban mengalami kondisi itu setelah mengonsumsi minuman keras bersama empat rekannya di dalam lingkungan sekolah. Peristiwa itu bermula ketika korban dan rekan-rekannya meminta izin keluar sekolah dalam rangka pengurusan ijazah di Kelas IX. Sekembalinya ke sekolah, kelima rekan sebaya itu mengonsumsi miras di salah satu gedung dalam lingkungan sekolah.
Ironinya saat dalam kondisi di bawah pengaruh minuman berakohol, korban mendapat perlakuan yang kurang baik dari rekan-rekannya. Ia guyur dengan air, bahkan sempat mengalami tindakan fisik. Tindakan yang dialami korban itu pun menjadi viral setelah video rekaman mengenai kondisi korban beredar luas di media sosial.
Orang tua korban, mengaku, saat membawa korban ke rumah sakit, kondisnya dalam keadaan tak sadarkan diri dan mulut berbusa.
“Saya sangat menyesalkan kejadian itu masih di jam sekolah. Lebih dari itu, kejadiannya juga masih dalam lingkungan sekolah,” katanya
Hal ini, katanya, memberikan indikasi bahwa adanya pengawasan yang minim dari pihak sekolah. Sehingga, pihaknya menuntut pertanggung jawaban pihak sekolah atas hal ini.
“Pihak sekolah harus bertanggung jawab atas hal itu. Yang patut dievaluasi oleh pihak sekolah juga jumlah guru. Jangan sampai 1 guru mengawasi lebih dari 50 murid. Ini tidak wajar dan menimbulkan celah seperti ini,” katanya.
Terpisah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, Zulkarnain saat dikonfirmasi membenarkan hal tersebut. Zulkarnain mengakui bahwa pihak sekolah sebelumnya tidak menduga bahwa kelima siswanya akan melakukan tindakan berlebihan itu.
“Sebelumnya mereka minta izin keluar sekolah untuk mengurus ijazah untuk melengkapi berkas administarifnya. Sepulangnya dari mengurus ijazah,” katanya.
Lebih jauh, Zulkarnain juga tidak menampik kalau pihaknya kecolongan. Selama mereka menegak miras di lingkungan sekolah, tidak ada satu guru pun yang melihat hal itu.
Saat dikonfirmasi terkait penganiayaan, Zulkarnain mengatakan pihaknya telah melakukan klarifikasi dan membantah hal tersebut. Menurutnya, pemukulan yang terjadi bukan karena kesengajaan karena ingin mengainiaya tapi untuk menyadarkan korban.
“Jadi, mereka ini sudah ketakutan karena perbuatannya akan diketahui oleh pihak sekolah. Sehingga, korban ini mereka sadarkan dengan cara-cara seperti yang beredar itu,” katanya. (Abin/gopos)