GOPOS.ID, GORONTALO – Seorang warga Desa Mongolato, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, SR diduga terjangkit antraks. Warga tersebut mengeluhkan rasa gatal di sejumlah bagian tubuh disertai sakit kepala, dan demam.
Gejala yang dialami SR itu muncul setelah enam ekor ternak kambing yang dipeliharanya mati mendadak dalam waktu yang berbeda-beda. SR memelihara enam ekor ternak kambing yang dibelinya seminggu sebelum lebaran Iduladha. Kambing-kambing tersebut dibelinya di Kelurahan Huangobotu, Kecamatan Dungingi, Kota Gorontalo.
Beberapa setelah memelihara, satu per satu ternak kambing milik SR mati. SR turut sempat menyembelih dan mengkonsumsi salah seekor ternak kambing yang dipeliharanya. Ternak kambing tersebut disembelih lantaran sakit dan tak mau makan lagi.
Beberapa hari setelah mengkonsumsi daging kambing, pegawai honorer di lingkungan Pemkot Gorontalo itu merasakan gatal ditubuhnya, yang kemudian disertai demam dan sakit kepala. SR diduga terjangkit antraks. SR lalu dirujuk di Rumah Sakit Aloe Soboe (RSAS) untuk mendapatkan perawatan lanjutan.
Sementara itu Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo sesaat setelah mengetahui gejala yang dialami, SR, langsung menugaskan Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) Laboratorium Veteriner, Bidang Peternakan. Tim Laboratorium Veteriner turun ke lokasi untuk melakukan pengecekan, Kamis (29/8/2019).
“Beberapa minggu lalu, enam kambing lain yang memang ia pelihara mulai kurang nafsu makan dan sakit-sakitan. Satu ekor sempat disembelih untuk dikonsumsi. Dua ekor lain disembil dan dijual di daerah Kabupaten Pohuwato dan Boalemo,” terang Kepala UPTD Labvet Agustina Kilapong.
Baca juga: Lihat Pegawai Pemprov Gorontalo Merokok, Foto, Dapat Hadiah Rp1 Juta
Pihak Labvet sudah mengambil sampel daging yang dikonsumsi dan masih tersimpan di lemari pendingin.
“Belum bisa kami pastikan apakah yang bersangkutan positif antraks. Sampel daging masih harus diperiksa dan yang bersangkutan masih berstatus suspek antraks,” kata Agustina.
Direncanakan, Jumat, 30/8/2019, tim dari Labvet akan kembali turun untuk pelayanan kesehatan hewan.
“Semua ternak radius satu kilometer dari TKP akan diberikan antibiotik untuk mencegah penularan yang lebih massif,” tandas Agustina Kilapong.(adm-02/gopos)