GOPOS.ID – Seakan tak ada habisnya. Masalah sampah di Kota Gorontalo makin bikin resah. Sampah menggunung dijumpai dengan mudah di berbagai sudut Kota Gorontalo. Di pinggiran jembatan, lahan kosong, hingga jalan-jalan protokol.
Tumpukan sampah seakan menjadi hal biasa. Padahal hampir saban tahun, Kota Gorontalo menyabet Adipura. Penghargaan yang diberikan kepada daerah yang dinilai berhasil mewujudkan tata lingkungan yang bersih dan asri.
Ironinya sampah yang bertebaran itu menumpuk berhari-hari. Bahkan ada yang sampai seminggu lebih belum juga diangkut. Dampaknya tak hanya mengurangi keindahan wajah Kota Gorontalo, tetapi juga menjadi polusi. Bau tak sedap menyengat, lalat-lalat beterbangan sana-sini.
Data Pengelolaan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup RI menunjukkan pada 2024 jumlah timbulan sampah di Kota Gorontalo mencapai 142 ton per hari. Sementara perhitungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Gorontalo pada Januari 2025 produksi sampah di Kota Gorontalo mengalami kenaikan signifikan.
“Saat ini sampah di Kota Gorontalo sudah mencapai 170 ton hingga 180 ton per hari,” ucap Kepala Bidang Kebersihan, Dinas Lingkungan Hidup Kota Gorontalo, Ansar Ismail.
Sampah dari rumah tangga memiliki porsi terbesar dalam timbulan sampah di Kota Gorontalo dengan persentase mencapai sekitar 37 persen. Lalu sampah perkantoran (sekitar 24 persen), perniagaan dan pasar (masing-masing sekitar 14 persen), serta fasilitas publik sekitar 7 persen.
Untuk pengelolaan sampah, DLH Kota Gorontalo dibekali sebanyak 53 armada pengangkut sampah. Terdiri 20 mobil/truk, 45 container (bak arm roll), dan 23 unit gerobak motor (getor).
“Jumlah ini belum mencukupi untuk mengatasi lonjakan volume sampah yang terus meningkat,” ungkap Ansar Ismail.
Rata-rata armada pengangkut sampah, terutama mobil, sudah uzur alias tua. Bahkan beberapa di antaranya rusak dan belum diperbaiki karena keterbatasan anggaran dan ketersediaan suku cadang. Hanya sebagian armada bisa yang beroperasi untuk menjangkau wilayah Kota Gorontalo.
“Mobil kami sering over kapasitas. Misalnya, dalam satu jalur pengangkutan, kami hanya bisa mengangkut setengah dari volume sampah yang ada karena keterbatasan kapasitas. Akibatnya, masih banyak sampah yang tertinggal,” tutur Ansar Ismail menjelaskan.
“Kalau kita paksakan dikhawatirkan akan terjadi risiko kepada pekerja maupun armada kita,” timpanya.

Mengoptimalkan Fungsi TPS3R
Tempat Pengolahan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) menjadi salah satu strategi yang diterapkan Pemerintah Kota (Pemkot) Gorontalo dalam mengelola persampahan di Kota Gorontalo. Saat ini sudah ada 9 TPS3R yang dibangun Pemkot Gorontalo. Di setiap kecamatan terdapat satu TPS3R.
Sesuai namanya, TPS3R menjadi tempat pemilihan sampah yang dikumpulkan dari tempat pembuangan sampah sementara sebelum dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah-sampah tersebut akan dipilah mana yang masih bisa digunakan kembali, didaur ulang, atau bisa dijual kembali.
Fungsi TPS3R dalam membantu pengolahan sampah cukup signifikan. TPS3R Kota Tengah yang berlokasi di Jl. Selayar, Kelurahan Paguyaman, misalnya. Setiap hari, TPS3R ini mampu menampung hingga 1 ton sampah atau rata-rata 7-8 ton per minggu.
”Setelah sampah itu masuk ke dalam TPS3R kemudian akan dilakukan pemilahan dan pengepresan sampah,” kata Ketua TPS3R Kota Tengah, Surya Kono, Selasa (18/2/2025).
“Di sini (TPS3R) belum ada daru ulang, karena daur ulang dilakukan di pabrik,” imbuhnya.
Namun fungsi signifikan TPS3R ini belum sepenuhnya ditopang oleh sumber daya manusia (SDM) yang memadai, termasuk dukungan peralatan serta modal usaha. Saat ini jumlah pekerja yang ada di TPS3R Kota Tengah hanya ada dua orang.
”Sekarqang operator (mesin pres) tidak ada, lagi pulang kampung. Kalau orang Gorontalo tidak ada yang mau kerja,” ungkap Surya.
Tak hanya itu, mesin diesel yang menggerakan mesin pengepresan sampah itu ternyata juga sudah rusak sejak lama. Surya bahkan sempat meminjam mesin dari luar untuk mengoperasikan pengepresan sampah.
Sementara itu terkait proses pemilahan dan pengepresan sampah, pengelola TPS3R baru bisa menyampaikan sosialisasi ringkas kepada masyarakat soal pemilahan sampah rumah.
“Kalau bimbingan teknis belum. Penyampaian secara singkat saja kepada masyarakat soal pemilahan mana sampah organik dan non organik,” kata Surya.
Pemilahan di Tingkat Rumah Tangga
Peran serta masyarakat menjadi salah kunci penting dalam pengelolaan sampah di Kota Gorontalo. Namun, peran serta tersebut belum berjalan optimal. Terutama dalam pemilahan sampah di tingkat rumah tangga. Sebagian besar sampah yang dibuang dari rumah tangga masih bercampur antara sampah organik dan nonorganik.
“Ada beberapa yang dipilah, seperti kertas kardus atau besi, atau peralatan yang tak terpakai lagi karena bisa dijual lagi ke pengumpul barang bekas. Untuk sampah lainnya masih satu tempat,” ungkap Ira, salah satu ibu rumah tangga.
“Soalnya kalau mau pisah kadang kala petugas pengangkut sampah lama datang. Lama tergantung di pagar, kucing dan tikus somo bongkar-bongkar sehingga jadi berceceran,” timpalnya.
Bimbingan teknis dan pelatihan bagi masyarakat tentang pemilihan sampah hendaknya dilakukan secara berkesinambungan dan terstruktur. Mulai dari tingkat kecamatan, kelurahan hingga di tingkat RT/RW. Dengan begitu pemilahan sampah di tingkat rumah tangga menjadi sebuah kebiasaan.
Kabid Kebersihan DLH Kota Gorontalo, Ansar Ismail, mengungkapkan peran serta masyarakat seperti melakukan pemilahan sampah di tingkat rumah tangga akan sangat membantu dalam pengelolaan sampah di Kota Gorontalo.
“Kami butuh peran serta masyarakat sebab kita juga keterbatasan armada,” katanya.
Tak kalah pentingnya pula iuran sampah dalam rangka menopang operasional pengelolaan sampah. Saat ini, di Kota Gorontalos sudah diterapkan sistem pembayaran sampah secara nontunai yang terkirim langsung ke rekening resmi DLH Kota Gorontalo.
“Jika masyarakat bersedia membayar iuran sampah, itu akan sangat membantu kami dalam proses pengangkutan dan meningkatkan anggaran untuk pengelolaan sampah yang lebih baik,” jelasnya.
Sebagai upaya peningkatan pelayanan, Dinas Lingkungan Hidup Kota Gorontalo menyediakan layanan pengaduan bagi masyarakat yang ingin menyampaikan keluhan terkait kebersihan. “Masyarakat bisa menghubungi Dinas Lingkungan Hidup atau pengawas lainnya jika ada masalah terkait sampah di lingkungan mereka,” tutupnya.(Maryam/Rama/Putra/gopos)