Aksi panah wayer di wilayah Gorontalo makin meneror. Kenyamanan warga untuk beraktivitas di luar rumah mulai terganggu. Tiga bulan terakhir, sedikitnya sudah ada tiga warga yang menjadi korban penembakan panah wayer.
Jarum jam menunjukkan pukul 23.00 WITA. Denyut aktivitas warga di Kota Gorontalo lambat laun makin mereda. Sebagian besar sudah terlelap dalam mimpinya masing-masing.
Sementara itu di perempatan Jl. Bali dan Jl. Selayar, Kelurahan Paguyaman, Kecamatan Kota Tengah Kota Gorontalo. Jerit seorang perempuan memecah kesunyian. Menangis dan mengerang kesakitan. Sepucuk benda yang terbuat dari besi menancap hingga tembus di paha kanannya. Benda yang belakangan diketahui panah wayer.
Adalah Pinkan Aprilia (17), gadis yang mengalami penembakan panah wayer saat melintas di Jl. Bali, Kelurahan Paguyaman, Kecamatan Kota Tengah, Kota Gorontalo. Gadis berkulit kuning langsat itu menjadi korban ketiga kasus penembakan panah wayer oleh orang tak dikenal (OTK), di wilayah Kota Gorontalo dalam tiga bulan terakhir.
Beberapa hari sebelumnya, pada 30 Oktober 2019, Abrianto Dengo (24), mengalami penembakan panah wayer. Ironinya, peristiwa itu terjadi di depan rumahnya di Jl. Duku, Kelurahan Libuo, Kecamatan Dungingi, Kota Gorontalo. Saat itu Abrianto baru akan menyalakan sepeda motor untuk pergi ke rumah temannya.
Pada 15 September 2019, kasus penembakan panah wayer terjadi di Jl. Palma, Kelurahan Libuo, Kecamatan Dungingi. Muh. Lamami, siswa SMK Negeri 3 Gorontalo ditembak panah wayer oleh OTK. Peristiwa itu terjadi saat Lamami hendak pulang ke rumah di Desa Tenggela, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo.
Baca juga: Kapolda Gorontalo: Kapolres Kota Wajib Ungkap Pelaku Panah Wayer
Rentetan peristiwa penembakan panah wayer oleh OTK itu membuat kenyamanan warga terganggu. Terutama ketika akan beraktivitas di luar rumah pada malam hari. Rasa was-was kerap muncul, apalagi ketika melintas di wilayah yang disebut-sebut rawan terjadinya penembakan panah wayer.
“Terus terang bikin khwatir, karena kejadiannya sewaktu-waktu terjadi. Kemudian sudah banyak juga korban yang kena panah wayer, yang ditembakkan oleh orang tak dikenal,” ujar Aldi, warga Kecamatan Dungingi, Kota Gorontalo.
Sebelumnya, Anggota DPRD Provinsi Gorontalo Adhan Dambea, saat dialog terbuka di warung kopi Mekar, Kota Gorontalo, turut menyentil masalah maraknya aksi panah wayer. Mantan Wali Kota Gorontalo itu mengatakan, salah satu tugas dari pemerintah adalah mewujudkan rasa aman dan nyaman di kalangan masyarakat.
“Sekarang ini teror panah wayer makin marak terjadi, dan salah satu pemicunya adalah karena sudah dipengaruhi minuman keras,” ujar Adhan Dambea, Ahad (3/11/2019).
Karena itu, lanjut Adhan Dambea, pemerintah harus turun tangan langsung untuk mengawasi dan melarang peredaran miras, yang dapat memicu terjadinya tindak kejahatan. Termasuk di dalamnya perilaku panah wayer yang mengkhawatirkan masyarakat.
Baca juga: Melintas di Jl. Bali, Gadis Ini Jadi Korban Panah Wayer
Persaingan Antar Geng
Sementara itu perilaku dan aksi panah wayer marak terjadi di kalangan remaja. Sebagian besar pelaku yang terlibat dalam aksi panah wayer merupakan remaja usia belasan tahun. Bahkan ada yang masih berstatus siswa.
Informasi yang dirangkum gopos.id, maraknya perilaku panah wayer di kalangan remaja dipicu oleh beberapa faktor. Salah satunya, proses pembuatan panah wayer terbilang cukup mudah dilakukan oleh para remaja. Hal itu diperparah dengan mudahnya para remaja mendapatkan bahan baku untuk pembuatan panah wayer.
Penelusuran gopos.id, pembuatan panah wayer ada yang dilakukan secara berkelompok. Dalam artian, sekumpulan remaja melakukan pembuatan panah wayer di sebuah lokasi yang tak diketahui orang banyak. Selain itu ada pula yang dibuat secara sendiri-sendiri.
Faktor lainnya adalah kehadiran geng atau kelompok remaja. Geng-geng ini umumnya beranggotakan 20-40an orang. Ironinya antar geng-geng ini saling bersaing untuk menjadi geng atau kelompok yang “ditakuti”. Persaingan itu yang kemudian membuat pimpinan atau anggota geng kerap membawa senjata tajam. Mulai dari senjata tajam jenis pisau (badik), parang, hingga panah wayer.
Informasi yang diperoleh gopos.id, ada beberapa nama geng/kelompok remaja yang saat ini cukup familiar di perbincangan para remaja dan generasi muda di Kota Gorontalo. Di antaranya The Panter (Pasukan Pantera/Pasukan Terminal Andalas), Malaria (asal Ayula, Bone Bolango), Japot (Jalur Pot-Perlimaan Telaga), serta Rohama (Roh Hantu Malam, Dungingi).
Patroli yang dilaksanakan oleh Polsek Dungingi pada Sabtu (2/11/2019) dini hari berhasil mengamankan empat orang remaja. Dari keempat remaja itu, tiga di antaranya diketahui terkait dengan keberadaan geng. Dua orang mantan anggota geng Romaha. Sementara satu orang lainnya merupakan anggota The Panter.
Baca juga: Patroli Panah Wayer, Polsek Dungingi Amankan 4 Remaja
Di sisi lain, melemahnya pengawasan orang tua dan keluarga menjadi salah satu faktor maraknya terjadi perilaku dan aksi panah wayer di kalangan remaja. Tak jarang di beberapa wilayah Kota Gorontalo kerap dijumpai kelompok remaja yang berkumpul hingga larut malam. Bahkan sampai dini hari. Padahal kelompok remaja tersebut mayoritas usia sekolah.
Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie, berkali-kali mengingatkan pentingnya pengawasan orang tua berkaitan maraknya panah wayer. Bahkan orang nomor satu di Gorontalo itu sempat mengeluarkan instruksi tegas. Bagi pejabat Pemprov Gorontalo yang anak-anaknya terlibat panah wayer, maka siap-siap dinonjobkan.
“Kami mengingatkan kepada para orang tua agar mengawasi anak-anaknya. Bila keluar rumah hingga malam dan pulang, harus dicek. Jangan dibiarkan begitu saja,” kata Rusli Habibie.
Menurut Rusli Habibie, langkah untuk meminimalisir aksi panah wayer di kalangan remaja tidak bisa hanya dibebakan pada aparapat pengaman.
“Peran pengawasan orang yang sangat penting. Apalagi anak-anak yang terlibat dalam panah wayer ini mayoritas siswa/pelajar. Kasihan masa depan mereka bila orang tuanya tidak memerhatikan,” tegas Rusli Habibie.(isno/hasan/andi/aldi/muhajir/azaq/gopos)