Kreativitas Nurman Farieka Ramdhany membawa sebuah inovasi besar dalam industri sepatu. Pria asal Bandung, Jawa Barat ini, mampu mengubah kulit ceker ayam menjadi kulit bahan baku sepatu. Menggantikan eksotisme kulit ular atau buaya.
Lia Tama, Gopos.id
Sepatu kulit terkenal akan kemewahan dan keunikannya. Apalagi kulit yang digunakan untuk membuat sepatu memiliki eksostime (keindahan) yang tinggi. Seperti kulit ular dan buaya. Tak heran sepatu dari kulit ular atau kulit buaya memiliki harga yang tinggi pula.
Namun siapa sangka di balik kemewahan yang tinggi tersebut, kulit ular kebanyakan diperoleh dari perburuan liar. Aktivitas tersebut berlangsung sejak beberapa waktu lalu hingga saat ini. Hal itu tentunya bisa berdampak terhadap keseimbangan dan kelestarian ekosistem alam.
Berangkat dari keresahan aksi perburuan liar untuk mendapatkan kulit eksotik, seorang pemuda dari Bandung, Jawa Barat, Nurman Farieka Ramdhany, tergerak melahirkan sebuah inovasi. Mengolah kulit ceker atau kaki ayam menjadi bahan baku sepatu.
Kulit ceker ayam? Sekilas memang terdengar agak aneh. Bahkan bagi sebagian orang dianggap tak mungkin. Tapi Nurman Farieka telah membuktikan. Kulit ceker ayam menjadi sebuah sepatu. Produknya bernama Hirka.
Inovasi Nurman Farieka membuat kulit ceker ayam menjadi bahan baku sepatu dimulai sejak 2012. Langkah Nurman tersebut sejatinya meneruskan gagasan yang dirintis sang ayah, Fatah Faturahman, sekitar 20 tahun silam. Saat itu ayah Nurman mencoba melakukan penyamakan kulit ceker ayam. Tapi hasil percobaan hanya dibiarkan begitu saja.
Didorong oleh keresahan akan perburuan liar untuk mendapatkan kulit eksotik, Nurman Farieka lalu meneruskan kembali gagasan sang ayah. Berinovasi mengembangkan material utama kulit ceker ayam sebagai alternatif kulit eksotik dari ular dan buaya.
Setelah melewati ratusan kali percobaan dan riset yang cukup panjang, Nurman akhirnya berhasil membuat kulit ceker ayam menjadi bahan baku sepatu. Produksi sepatu berbahan baku kulit ceker ayam mulai dilakukan Nurman. Saat itu jumlah produksi yang dihasilkan masih terbatas. Sebanyak 100 pasang setiap bulannya. Hal itu dikarenakan pembuatan kulit ceker ayam menjadi bahan baku sepatu membutuhkan waktu yang cukup panjang. Dimulai dari proses penyamakan hingga pewarnaan. Memakan waktu lebih kurang dua minggu.
Pada 2017, produk sepatu berbahan kulit ceker ayam menjadi populer. Itu setelah Nurman membawa Hirka Shoes ke pameran INACRAFT. Para pegunjung dibuat heran dan terkesima mengetahui bila kulit yang digunakan pada sepatu buatan Nurman/Hirka Shoes, adalah kulit ceker ayam. Alhasil permintaan sepatu kulit ceker ayam mengalami peningkatan. Produksi yang dihasilkan Nurman ikut pula meningkat, menjadi 200 pasang per bulan.
Demikian pula jangkauan pemasaran. Selain di wilayah Indonesia, pemasaran sepatu kulit ceker ayam telah menembus pasar dunia. Seperti Malaysia, Brasil, Prancis, Hongkong, dan Singapura.
Riset Panjang dan Percobaan Berkali-kali
Inovasi mengolah kulit ceker ayam menjadi bahan baku sepatu bukanlah hal mudah. Kulit ceker ayam yang digunakan sebagai bahan baku sepatu tak langsung jadi. Penelitian (riset) dibarengi percobaan demi percobaan berkali-kali dilakukan Nurman Farieka Ramdhany agar mendapatkan hasil yang sesuai. Tentu biaya yang dikeluarkan untuk melakukan semua itu tak sedikit.
Di tengah perjalanan melakukan riset, Nurman diliputi rasa khawatir. Kemungkinan produk yang dibuatnya diterima pasar bagaimana? Akan dipasarkan di mana dan bagaimana? Sederet pertanyaan tersebut sempat membuat Nurman ragu dan takut. Namun optimisme membuat sesuatu yang terbaik tetap berkobar di dada Nurman.
“Kita riset mulai dari material sampai jadi produk dan di distribusikan itu 4 tahun prosesnya itu empat tahun. Dalam empat tahun perjalanan keraguan muncul yang tadi ditakutkan oleh keluarga dan teman-teman. Tapi Alhamdulillah dapat dilewati,” kata Nurman dalam diskusi virtual Good Movement “Inspirasi dari Kisah Sukses”: Membangun Masa Depan Melalui Kewirausahaan Bersama Penerima SATU Indonesia Awards, yang diselenggarakan GNFI Academy, Senin (2/10/2023).
Menurut Nurman, salah satu faktor yang turut mendorong ia untuk terus mengembangkan kulit ceker ayam menjadi bahan baku sepatu yaitu adany isu produk luar (sepatu asal China) yang akan masuk ke Indonesia. Harga produk tersebut ditawarkan dengan harga terjangkau.
“Maka kita coba deliver dengan baik. Tidak hanya eksotik-nya dari ceker ayam, tetapi juga luxury-nya, eksklusif-nya,” ungkap Nurman.
Di sisi lain, Nurman mengakui bila banyak orang dan konsumen yang kaget mengetahui bila kulit yang digunakan untuk material sepatu berasal dari kulit ceker ayam. Beragam tanggapan muncul dari konsumen.
“Banyak yang memberikan respon positif. Produk kita diapresiasi lebih oleh warga internasional,” ungkap Nurman.
SATU Indonesia Awards
Inovasi Nurman Farieka yang mengembangkan kulit ceker ayam menjadi bahan baku sepatu mampu ikut membantu para perajin sepatu tetap berproduksi. Dampak dan manfaat ekonomi ikut pula dirasakan perajin sepatu. Atas inovasi dan manfaat yang dihasilkan tersebut, Nurman dianugerahi penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Bidang Kewirausahaan pada 2019.
Nurman mengungkapkan rasa syukur mendapat apresiasi SATU Indonesia Awards. Baginya, apresiasi dari Astra ini semangat baru dalam melahirkan inovasi dan produk yang lebih baik lagi.
Nurman mengaku memiliki impian sekaligus target yang hendak dicapai. Yaitu membawa Hirka Shoes menjadi produk dengan luxury brand layaknya Gucci, Luis Vuitton, dan sebagainya.
“Fokus kita menaikkan brand equity,” ujar Nurman. (***)