Oleh : Ali Mobiliu
MEMPREDIKSI nasib seseorang dalam politik, tidak sepenuhnya selalu merujuk pada asumsi-asumsi yang “tersurat” tentang elektoral, elektabilitas, kapasitas bahkan “isi tas”, tapi juga penting membaca isyarat-isyarat tersirat, berdasarkan fenomena dan dimensi lain yang bisa saja, menjadi sumber referensi.
Membaca yang tersurat, adalah sifat bumi, membaca yang tersirat adalah bahasa langit.
Dalam hukum tidak tertulis, sebelum suratan takdir turun bagi setiap yang berpijak di bumi, sudah pasti ada pesan-pesan tersirat sebagai sinyal yang terkirim dan bersumber dari langit. Hanya saja, ada yang menyadarinya, ada juga yang tidak, bergantung pada sejauh mana ketajaman daya nalar, dalam membaca isyarat-isyarat yang tersirat tersebut.
Terkait hal itu, dalam rangka menghadapi Pilkada serentak 2024, ternyata mulai ada isyarat-isyarat yang tersirat, bahwa Prof. Rustam Akili (RA) di Pilkada Kab. Gorontalo (Kabgor) bakal mengikuti jejak kemenangan Prabowo Subianto.
Isyarat yang tersirat pertama, adalah tentang pencalonan Prabowo Subianto pada Pemilihan Presiden dan Prof. Rustam Akili pada Pilkada di Kab. Gorontalo yang cenderung memiliki kesamaan.
Fakta sejarah menyatakan, bahwa sebelum dinyatakan sebagai pemenang pada Pilpres 2024, Prabowo Subianto sebanyak 4 kali masuk dalam bursa pencalonan Pilpres,yakni tahun 2004, 2009, 2014 dan 2019.
Hal itu tidak jauh berbeda dengan Prof. RA yang juga sebanyak 4 kali masuk dalam bursa pencalonan Pilkada di Kab. Gorontalo.
Bahkan kesamaan lainnya, jika Prabowo Subianto pada Pilpres 2004 menjadi calon Wakil Presiden, maka pada Pilkada 2005 di Kab. Gorontalo, RA juga menjadi calon Wakil Bupati yang kala itu mendampingi Sun Biki sebagai calon Bupati atau pasangan Subur.
Pada Pilpres 2019 dan Pilkada di Kab. Gorontalo tahun 2020 lalu, baik Prabowo Subianto dan Prof. Rustam Akili pernah merasakan nyinyiran orang Gorontalo berupa sindiran “Calon Kuat dan Kuat Ba calon”.
Isyarat lainnya, adalah entah kebetulan atau tidak, ternyata penetapan Prabowo- Gibran sebagai Presiden dan Wakil Presiden oleh KPU pasca keputusan MK tanggal 22 Maret 2024, sangat berdekatan dengan hari spesial tanggal kelahiran atau ulang tahun RA,yakni 23 Maret.
Jika demikian adanya, maka paling tidak, RA seakan diberi isyarat untuk mengikuti langkah cerdas Prabowo Subianto yang memilih Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden saat pencalonan Pilpres lalu.
Bukan sebuah kebetulan, tapi menjadi sebuah isyarat gerakan Tuhan bagi Rustam Akili, bahwa di Kab. Gorontalo ternyata ada figur yang hampir sama dengan profil Gibran Rakabuming Raka.
Lebih jelasnya, jika di Pilpres, Prabowo Subianto menggandeng Gibran yang nota bene anak Presiden atau anak Pak Lurah, maka di Kab. Gorontalo, RA bisa saja melirik Mohamad Firmansyah Pomalingo (Imam) anak dari Bupati Prof. Nelson Pomalingo.
Dari segi usia dan dari segi performance, antara Gibran dan Imam tidak hanya sama-sama putra dari orang nomor satu, tapi juga merupakan representasi dari anak muda dan kaum millenial.
Isyarat lainnya dari membaca yang tersirat atas prediksi kemenangan Rustam Akili di Pilkada Kab. Gorontalo, adalah, antara Prabowo Subianto dan Rustam Akili pada momentum yang hampir bersamaan, meraih anugrah tertinggi dalam karir keduanya.
Yakni Prabowo Subianto meraih kenaikan pangkat ‘Jenderal bintang empat” dan Rustam Akili juga, mendapatkan predikat sebagai Profesor atau Guru Besar sebagai puncak karir (Jenderal bintang empatnya) seorang akademisi.
Tidak hanya itu saja, dari hasil penerawangan berdasarkan ilmu numerologi, ternyata antara tanggal,bulan dan tahun kelahiran Prabowo Subianto dengan Rustam Akili, memiliki kesamaan dengan urutan jabatan Presiden dan Bupati Gorontalo.
Tanggal lahir,bulan dan tahun kelahiran Prabowo Subianto menghasilkan angka 8 yang ternyata ia terpilih menjadi Presiden ke-8 Republik Indonesia.
Hal itu juga, berlaku bagi Rustam Akili yang ternyata, bila dilihat dari tanggal,bulan dan tahun kelahirannya menghasilkan angka 9 yang notabene pemilihan Bupati pada Pilkada di Kab. Gorontalo tahun 2024 ini, adalah pemilihan Bupati definitif yang ke-9.
Isyarat-isyarat dari membaca yang tersirat tersebut, ternyata tidak dimiliki oleh bakal calon Bupati Gorontalo lainnya yang akan maju pada Pilkada di Kab. Gorontalo tahun 2024 ini.
Hal ini sekali lagi, menjadi isyarat penting, bahwa RA berpotensi akan mengikuti jejak Prabowo Subianto meraih kemenangan dalam kontestasi Pilkada di Kab. Gorontalo
Isyarat-isyarat tersirat yang bersumber dari dimensi yang berbeda ini, boleh disebut, merupakan sebuah petunjuk dan arah bagi Rustam Akili agar cerdas dalam mengambil langkah-langkah politik yang tidak jauh berbeda dengan langkah politik Prabowo di Pilpres lalu.
Menariknya lagi, antara isyarat yang tersirat dengan tingkat elektoral, elektabilitas RA maupun realitas politik di Kab. Gorontalo, ternyata memiliki korelasi yang selaras, seiring-sejalan dan saling menunjang.
Dari realitas politik misalnya dan jika disandingkan dengan bakal calon lainnya yang umumnya pendatang baru, RA masih lebih unggul, minimal ia sudah memiliki modal suara 60 ribuan yang ia raup pada Pilkada 2020 lalu.
Selain itu, pada sosok RA, keberlanjutan kepemimpinan “Sang Profesor” yang berlatar belakang akademisi sebagai sumber kebanggaan masyarakat tetap terpatri.
Apalagi jika kemudian, RA memilih Wakil Bupati yang tepat dan tidak jauh dari “Gedung Putih”, mengikuti langkah politik Prabowo yang merekrut “putra mahkota” orang nomor satu, maka selesai sudah, “oke-oke gass”.
Yang terpenting, adalah RA tidak boleh goyah, fokus dan tetap kuat dan tetap berikhtiar dengan usaha dan doa yang mampu mengguncang “arsy”nya Sang Maha Pencipta.
Hal itu penting menjadi rujukan, karena menurut riwayat, bahwa ketetapan yang tertulis dalam Lauhul Mahfudz sebagai ‘Takdir” bisa saja terhapus atau tergantikan, jika tidak mawas diri dan berikhtiar dalam usaha dan doa. Hal itu sebagaimana sabda Nabi Muhamad SAW yang artinya :
“Tiada yang bisa mengubah takdir selain doa dan tiada yang bisa memanjangkan umur kecuali perbuatan baik.” Semoga.(***)