Keterbatasan modal menjadi hambatan yang sempat dialami Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Wanita Tangguh Suwawa (WTS) di Desa Boludawa, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo, yang memproduksi minyak kelapa tradisional. Beruntung hambatan itu mampu teratasi lewat Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang disalurkan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI).
Muhajir, Gorontalo
Santan kental mengalir dari corong mesin pemeras memenuhi sebuah loyang berukuran sedang. Sedikit lagi hampir penuh. Seorang perempuan berjilbab dengan cekatan menggeser loyang yang berisi penuh santan, dan kemudian menempatkan sebuah loyang lainnya yang masih kosong di bawah corong mesin pemeras.
Dengan sedikit ancang-ancang, perempuan berkulit sawo matang itu lalu mengangkat loyang berisi penuh santan. Kemudian menuangkan hingga habis ke sebuah loyang berukuran besar yang di atasnya terdapat saringan. Santan di dalam loyang besar itu akan didiamkan beberapa jam untuk memisahkan air dan minyak santan.
Begitulah sekelumit kesibukan Wisnawati Luadu, Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Wanita Tangguh Suwawa (WTS) di Desa Boludawa, Kecamatan Suwawa, Bone Bolango. KUBE WTS beranggotakan 10 orang yang memproduksi minyak kelapa secara tradisional. Kelompok ini terbentuk sejak 2018.
Pemerasan santan merupakan salah satu proses dalam pembuatan minyak kelapa tradisional. Jumlah santan yang terkumpul akan mempengaruhi jumlah minyak yang bisa dibuat. Karena itu, Wisnawati, dan anggota KUBE WTS sangat selektif memilih kelapa sebagai bahan baku.
“Kita ambil buah yang tua. Selain itu cara memeras juga ikut menentukan,’ ungkap Wisnawati yang ditemui gopos.id, Rabu (13/3/2024).
Pada awal-awal memulai usaha pembuatan minyak kelapa, Wisnawati bersama ibu-ibu rumah tangga (pembuat minyak kelapa) di Desa Boludawa, memeras kelapa secara manual. Mereka menggunakan sepotong kain untuk memeras kelapa yang diparut menjadi santan. Degan cara manual ini, Wisnawati baru mampu memproduksi minyak kelapa berkisar 3-5 botol ukuran 600 mililiter (ml) atau setara 2-3 liter per minggu.
“Kalau dengan mesin peras tentu hasil santannya lebih banyak,” ungkap Wisnawati.
Wisnawati dan ibu-ibu rumah tangga lainnya menyadari proses produksi menggunakan mesin akan memberikan hasil lebih optimal. Tapi masalahnya mereka tak memiliki modal lebih untuk membeli peralatan, termasuk mesin penunjang produksi.
Impian Wisnawati memiliki peralatan mekanis akhirnya terwujud. November 2023, KUBE Wanita Tangguh Suwawa mendapatkan bantuan alat produksi yang berasal dari Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Gorontalo. Bantuan yang diserahkan melalui BRI Unit Suwawa itu cukup komplit. Mulai dari alat parut kelapa, pemeras santan, saringan hingga gerobak dorong. Tak ketinggalan peralatan memasak santan seperti wajan dan tungku kompor gas.
Bantuan peralatan mekanis diberikan sebagai bentuk dukungan BRI untuk pemberdayaan kelompok usaha perempuan. Selain itu merupakan apresiasi bagi KUBE WTS sebagai debitur KUR BRI.
Adanya mesin pemeras kelapa memangkas waktu produksi. Pemerasan manual memakan waktu 15-20 menit untuk parutan kelapa 10 buah. Sementara dengan menggunakan mesin pemeras hanya membutuhkan waktu sekitar 5 menit.
“Kita kerja jadi lebih cepat,” ungkap Wisnawati.
Biaya yang dikeluarkan untuk produksi juga ikut terpotong. Sebelumnya adanya bantuan mesin parut, anggota KUBE WTS harus menyewa mesin parut. Bahkan ada yang memarut secara manual menggunakan parutan tangan. Biaya untuk sewa mesin parut bisa dialihkan untuk pembelian bahan baku kelapa
“Produktifitas kelompok juga ikut meningkat. Alat-alat yang digunakan sudah lebih modern membuat kemudahan untuk produksi,” ujar Wisnawati.
Anggota KUBE juga bisa mengelola hingga ratusan butir kelapa dalam seminggu untuk produksi. Naik dua kali lipat dari kondisi sebelum menggunakan peralatan mesin. Demikian pula minyak kelapa yang dihasilkan. Jika sebelumnya setiap anggota KUBE WTS hanya bisa memproduksi 10-15 botol setiap minggu untuk ukuran 600 Ml. Kini setiap anggota KUBE WTS bisa ikut memproduksi mulai 25 botol sampai 40 botol per-minggu. Harga jual minyak kelapa olahan KUBE WTS berkisar Rp20 ribu-Rp25 ribu per botolnya.
Berkenalan dengan KUR BRI
KUBE WTS mulai terbentuk pada 2018. Jauh sebelum itu, Wisnawati bersama beberapa ibu rumah tangga di Desa Boludawa sudah membuat minyak kelapa tradisional. Hasil produksi dijual di beberapa warung terdekat. Selain akses pemasaran yang masih terbatas, produksi yang dihasilkan juga masih tergolong kecil.
Seiring bergulirnya waktu, Wisnawati semakin fokus mengembangkan usaha pembuatan minyak kelapa tradisional. Jumlah produksi terus dinaikkan. Bersamaan dengan itu pengemasan juga ikut dibenahi. Salah satunya pemberian label agar produk minyak kelapa yang dibuat lebih mudah dikenali konsumen.
Pengembangan usaha lewat pembentukan kelompok usaha bersama memberikan dampak positif bagi Wisnawati dan perajin minyak kelapa tradisional lainnya. Produk minyak kelapa yang dihasilkan mulai dikenal banyak orang. Permintaan pelanggan banyak datang dari luar Desa Boludawa. Beberapa di antaranya datang dari wilayah Kota Gorontalo.
Awalnya para anggota KUBE Wanita Tangguh Suwawa masih mampu Situasi itu membuat anggota KUBE WTS mulai kewalahan. Apalagi ketersediaan bahan baku juga kadang tak sebanding dengan kebutuhan.
“Saya lalu memberanikan diri untuk mengajukan pinjaman kredit ke BRI. Saat itu saya dapat KUR dengan nominal pinjaman Rp5 juta,” ungkap Wisnawati.
Pinjaman KUR Rp5 juta sebagian digunakan Wisnawati untuk membeli bahan seperti label dan botol. Sebagian lagi digunakan untuk tambahan modal kepada ibu rumah tangga untuk membeli bahan baku kelapa.
“Jadi beberapa saya yang kasih modal untuk membeli kelapa. Saya juga menyediakan label dan botol untuk kemasan minyak kelapa,” ujar Wisanawati.
Tambahan modal dari pinjaman KUR membuat kegiatan produksi anggota KUBE Wanita Tangguh lebih stabil. Mereka bisa membeli bahan baku lebih banyak, sehingga waktu produksi bisa lebih panjang. Hal itu berdampak pada jumlah minyak kelapa yang dihasilkan. Dalam tiga hari, setiap anggota bisa menghasilkan 10 botol atau setara 6 liter minyak kelapa. Atau rata-rata per minggu bisa menghasilkan lebih kurang 20 botol (12 liter) minyak kelapa.
Wisnawati juga berperan dalam memasarkan hasil produksi anggota kelompok dan tidak pernah memotong hasil penjualan untuk kebutuhan akomodasi perjalanan Wisanawati.
Setiap anggota KUBE berproduksi sendiri-sendiri, agar bisa diketahui hasil produksi masing-masing. Hasil produksi setiap anggota dikumpulkan kepada Wisnawati selaku ketua kelompok untuk dipasarkan. Kemasan yang diberi label dijual di perkantoran pemerintah. Sedangkan botol tanpa kemasan dijual ke pasar.
Keuntungan penjualan disisihkan Wisnawati untuk mencicil kredit. Wisnawati telah mengajukan sebanyak lima kali kredit kepada BRI tanpa satupun mengalami macet.
“Alhamdulillah malah lebih saya sering setor. Jadi malah lebih dari target,” urainya.
Perempuan Tangguh, Bantu Kuatkan Ekonomi Keluarga
Sebagai ketua kelompok, Wisnawati memang telah mendapat kepercayaan penuh dari anggotanya berkat kegigihan dan dorongan yang dia berikan dalam memberdayakan anggota kelompok untuk produksi minyak kelapa.
Ani Ladini anggota kelompok produksi minyak kelapa tradisional bersyukur bisa merintis bersama Wisanawati usaha minyak kelapa tradisional. Perempuan 50 tahun ini mengatakan, dirinya bisa memproduksi 10 botol untuk produksi selama tiga hari.
“Tergantung kelapa yang kita produksi berapa. Jadi kadang kita kumpul dulu kelapanya nanti setelah itu kita olah,” ujar Ani.
Ani merupakan pendatang di Kabupaten Bone Bolango. Dia ikut bersama suaminya dan menetap di Suwawa. Ani merupakan seorang keturunan Bugis, Sulawesi Selatan. Dia mengaku bersyukur dengan adanya pemberdayaan ekonomi yang dilakukan BRI turut mendorong adanya produktifitas yang dilakukan oleh para perempuan rumah tangga sehingga menyelamatkan ekonomi keluarga.
“Apalagi saya sekarang bantu ekonomi keluarga. Suami saya sudah tidak bisa bekerja karena sakit. Hadirnya BRI mendorong perempuan tangguh dalam menyelamatkan ekonomi keluarga,” ujar Ani.
Tidak hanya Ani, Rumiyana anggota produksi minyak kelapa tradisional juga menyampaikan hal yang sama. Menurut dia, kebutuhan ekonomi keluarga saat ini memerlukan peran perempuan.
“Suami saya kerja kadang tidak. Biasanya di proyek bangunan bisanya naik di tambang. Tapi juga tidak menetap hasilnya kadang ada, kadang juga tidak ada,” ujarnya.
Melalui kelompok perempuan tangguh klaster minyak kelapa tradisional ini, mereka berharap dorongan peningkatan ekonomi bisa ikut meningkat.
Melangkah Maju Bersama BRI
Melangkah maju bersama Bank Rakyat Indonesia (BRI) tidak hanya sebatas tagline tanpa makna. Hal ini dibuktikan dengan komitmen BRI dalam menjalankan program pemberdayaan ekonomi masyarakat hingga menyentuh pada peningkatan ekonomi kelompok usaha perempuan.
Otting Rajasa, Depthead Logistic and General Affair (LGA) Regional Office Manado menjelaskan, pemberian bantuan berupa CSR kepada kelompok usaha yang telah menjadi binaan BRI. Program ini merupakan tanggung jawab sosial dari BRI terutama dalam pelaksanaan program binaan yang dikenal dengan nama BRI Peduli.
“Jadi KUBE WTS memang telah lama menjadi klaster binaan BRI. Intinya CSR ini memberi manfaat untuk masyarakat,” ujar Otting Rajasa.
Pipit Wulansaru Soeli, Junior Associate Mantri BRI Unit Suwawa mengatakan Program CSR BRI ini adalah bantuan BRI Pusat kepada kelompok atau klaster binaan BRI. Adapun syarat menjadi anggota klaster binaan BRI adalah kelompok yang memiliki anggota berjumlah 10 orang.
“Jadi terkhusus kelompok di desa ini dapat bantuan dari Pusat dipilih langsung oleh RO Manado kalau tidak salah kemarin itu Rp100 juta untuk keberlangsungan klaster wanita tangguh melalui dana CSR,” ujar Pipit Wulansaru Soeli, Junior Associate Mantri BRI Unit Suwawa.
Pipit menjelaskan, dana CSR ini disalurkan dalam bentuk alat-alat produksi supaya memudahkan kelompok wanita tanggung di Desa Boludawa untuk bisa berkembang dan meningkat dari segi produksi.
Lebih lanjut, Pipit menjelaskan bawa di tahun 2022 kemarin nilai KUR yang disalurkan oleh BRI sebesar Rp945 Miliar di Gorontalo.
“KUR merupakan hak masyarakat. Menjadi hak ketika sesuai ketentuan BRI misalnya dia punya usaha 6 bulan sampai 1 tahun berjalan dibuktikan suket usaha dari desa, aman BI cheking,” ujarnya.
Pipit menegaskan bahwa BRI memiliki peran besar dalam ekonomi masyarakat.
“Ini komitmen BRI dengan mengusung tema memberi makna untuk Indonesia menyalurkan KUR modal kerja, modal usaha untuk masyarakat supaya masyarakat tumbuh kembang bersama BRI,” ujarnya.(*)