GOPOS.ID, GORONTALO – Regenerasi menjadi sebuah hal penting untuk menjamin keberlangsungan atau kelestarian. Hal turut berlaku bagi sulaman karawo yang merupakan produk kerajinan khas Gorontalo. Regenerasi atau pengkaderan perajin karawo menjadi hal mutlak agar karawo tetap lestari dan dikenal sepanjang masa.
Pentingnya regenerasi perajin karawo mendorong Bank Indonesia bersama Pemerintah Provinsi (Pemprov) Gorontalo, dan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Gorontalo berkolaborasi menghadirkan pelatihan bagi perajin karawo. Pelatihan yang dilaksanakan berupa teknik pengirisan, yang merupakan salah satu bagian penting dalam pembuatan sulaman karawo. Pelatihan yang diikuti 30 peserta ini berlangsung di Galeri UMKM Bank Indonesia, Selasa-Kamis (14-16/11/2023).
Adapun perajin karawo yang dilibatkan dalam pelatihan merupakan perajin pemula. Mereka berasal dari Kota Gorontalo, Kabupaten Gorontalo, serta Kabupaten Bone Bolango. Lewat pelatihan, para perajin karawo diharapkan mampu memahami teknik pengirisan yang baik dan benar. Dengan begitu karawo yang dihasilkan memiliki kualitas yang tinggi, serta bernilai ekonomi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo, Dian Nugraha, mengungkapkan permintaan sulaman karawo dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan. Pangsa pasar karawo tidak hanya domestik tetapi sampai ke mancanegara.
“Karawo merupakan produk handmade yang membutuhkan keahlian dan ketekunan yang tinggi. Terutama pada proses mengiris dan menyulam untuk mendapatkan hasil yang terbaik,” tutur Dian Nugraha.
Dian Nugraha menjelaskan, Bank Indonesia ikut bersinergi Pemprov Gorontalo serta stakeholder dalam peningkatan skala produksi dan pengembangan UMKM di bidang fashion karawo. Program pengembangan meliputi aspek manajemen produksi, Sumber Daya Manusia (SDM), keuangan, serta promosi melalui bantuan teknis dan nonteknis.
“Pengembangan dari prinsip SDM dilakukan dengan meningkatkan partisipasi generasi millennial—dengan segala kreativitas yang dimiliki—yang mampu menambah varietas motif dan penggunaan bahan yang menciptakan karawo baru yang unik,” urai Dian Nugraha.
Ketua Dekranasda Provinsi Gorontalo, Fima Agustina, berharap peserta pelatihan bisa mengembangkan kemampuan dalam membuat karawo. Tidak hanya belajar teknik mengiris, namun bisa juga diselingi dengan menyulam bahkan membuat desain motif.
“Saya yakin setiap perajin memiliki ide kreatif dan inovatif untuk mengembangkan motif-motif karawo. Terlebih saat ini pembuatan karawo juga diminati kalangan millennial,” ujar Fima Agustina.
Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Provinsi Gorontalo, Handoyo Sugiharto, mewakili Pj Gubernur Gorontalo, Ismail Pakaya, menekankan salah satu sumber daya yang dapat mempengaruhi kelestarian karawo adalah SDM perajin. Oleh karena itu pelatihan ini sangat penting untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas perajin karawo.(hasan/gopos)