Sistem belajar dari rumah tak hanya menuntut kemandirian peserta didik untuk memahami materi pelajaran. Kreativitas guru dalam menyampaikan bahan aja juga sangat penting. Apalagi bagi para guru yang melayani pendidikan siswa berkebutuhan khusus.
Arif Bina, Gorontalo
Lebih sebulan sudah. Sistem belajar dari rumah diberlakukan oleh Pemerintah. Mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Termasuk sekolah bagi siswa berkebutuhan khusus atau akrab disebut Sekolah Luar Biasa (SLB).
Berbeda dengan sekolah umum, penyelenggaraan belajar dari rumah untuk siswa berkebutuhan khusus di SLB, harus pula dilakukan secara khusus. Apalagi pembelajarannya dilakukan memanfat dalam jaringan (daring) atau online. Hal itu sebagaimana dilakukan Kepala SLB Negeri di Bone Bolango, Hamka Lahay,S.Pd.,M.Pd.
Dengan memanfaatkan teknologi informasi, Hamka mendistribusikan pelajaran daring kepada anak-anak didik sesuai kebutuhan masing-masing.
“Untuk tunanetra kita kirim rekaman untuk bisa didengar langsung. Tunarungu kita kirim dalam bentuk tulisan. Sedangkan tunadaksa bisa rekaman atau tulisan ini bisa lebih mudah,” ujar Hamka.
Baca juga: Rektor UNG Beri Kelonggaran Pembayaran Uang Kuliah
Hamka mengakui, kali pertama menerapkan metode belajar daring banyak hambatan dan kendala yang dihadapi. Namun hal itu tak menghambat langkah Hamka untuk menerapkan metode pembelajaran daring. Langkah yang ditempuh adalah mengajak orang tua berperan serta aktif mendampingi anak-anak. Terutama anak-anak penyandang tunagrahita.
“Salah satu kesulitan kita belajar daring adalah jaringan (internet, red), keterbatasan akses dan minimnya pengetahuan anak-anak dalam menggunakan smartphone. Jangankan anak didik, sebagian guru juga ada yang kurang mampu menggunakan smartphone. Sementara metode daring menuntut kita untuk bisa menguasainya,” tutur Hamka saat diwawancarai, Sabtu (18/04/20).
Dibandingkan pertemuan tatap muka, bagi Hamka, pembelajaran metode daring untuk siswa berkebutuhan khusus kurang efektif. Selain keterbatasan guru, pembelajaran daring kurang efektif karna tidak diikuti seluruh siswa yang terdaftar.
“Dari total 67 siswa yang terdaftar, saat ini yang aktif mengikuti pembelajaran metode daring hanya 20 orang,” tandasnya
Ia pun berharap seiring pemberlakuan pembelajaran metode daring ini, pemerintah bisa memberikan perhatian yang dapat menunjang pembelajaran bagi anak-anak penyandang disabilitas.(***)