GOPOS.ID, GORONTALO – Penanganan limba medis B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) menjadi sangat penting dalam setiap pelayanan kesehatan. Terutama di Rumah Sakit. Jika salah menangani, maka akan berakibat fatal bagi pelayanan kesehatan tersebut.
Untuk dapat mengelola maupun memilah limba B3 dengan baik, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Hasri Ainun Habibie menerapkan reward and punishment bagi masing-masing ke penanggung jawab ruangan. Terhitung sejak Januari-Maret kemarin, program ini sudah dijalankan tanpa sepengetahuan dari masing-masing penanggung jawab ruangan. Keberhasilan penilaian ini juga berkat kerjasama dengan penanggung jawab kesehatan lingkungan RSUD Ainun Habibie, Daendels Bagit,SKM.
“Kita sengaja tidak memberitahu kepada mereka (penanggung jawab ruangan) untuk reward ini. Kita melihat sejauh mana mereka (petugas) untuk dapat memilah limba B3 ini. hasinya dinilai oleh pak Daendels Bagit sebagai penanggung jawab kesehatan lingkungan RSUD Ainun Habibie. Beliau yang melakukan kontrol kepatuhan pemilahan sampah B3 di rumah sakit. Kami mencoba agar program ini bisa menjadi pilot project dan percontohan pemilahan sampah B3 oleh petugas kesehatan,” ucap Kepala Seksi Keperawatan, RSUD Ainun Habibie, Ns Arifandy Pelealu M.Kep.
Lanjut dikatakan Arifandi bahwa apa yang dilakukan RSUD Ainun Habibie sebagai salah satu bentuk inovasi dalam meningkatkan mutu pelayanan. Sehingga butuh reward kepada tenaga kesehatan yang sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Menurut Fandi
“Adapun punishment yang kita berlakukan kepada mereka (petugas ruangan) adalah bentuk motivasi untuk meningkatkan kinerja. Sehingga untuk selanjutnya harus benar-benar teliti dan bersemangat lagi bekerja,” tuturnya.
Sementara itu, Direktur RSUD Ainun Habibie, dr. Yana Yanti Suleman mendorong agar setiap pegawai di lingkung RS untuk dapat meningkatkan mutu serta inovasi untuk peningkatan pelayanan di RS Ainun. Untuk Reward yang diberikan tersebut dikatakan dr. Yana akan terus berlanjut setiap tiga bulan sekali.
“Nantinya kita ada juga reward individual yang kami berikan. Ada 12 kategori, yang masih kami rancang poin-poin penilaiannya. Kami berharap ketika RS ini menjadi BLUD, sistem yang terbangun itu sudah jalan sejak awal,” kata dr. Yana. (andi/gopos)