GOPOS.ID,KOTA GORONTALO – Adanya tudingan jika bantuan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) yang dikucukurkan ke Kabupaten Boalemo. Khususnya di Kecamatan Wonosari di kuasai ‘orang orang berduit’ sehingga menyebabkan antrian di kalangan petani. Mendapat tanggapan serius dari Kepala Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo, Muljady Mario.
Menurut Muljady, antrian penggunaan combine harvester oleh petani di Kecamatan Wonosari dikarenakan keterbatasan alat dan luasnya lahan padi di kecamatan yang dikenal dengan lumbung beras itu.
Penyebab lain, antrian juga disebabkan karena banyak masyarakat petani yang sebelumnya melakukan proses panen secara konvensional sudah beralih ke combine harvester yang oleh warga petani kerap disebut ‘odong odong’ tersebut.
Banyaknya kelompok tani yang meminjam ditambah masa panen yang nyaris berbarengan. Juga menjadi akar polemik yang membuat antrian pemanfaatan layanan alat berat tersebut.
Sebagaimana diketahui, Dinas Pertanian melalui Brigade Alsitan mengalokasikan 10 unit combine harvester khusus digunakan petani di Kecamatan Wonosari.
“Soal katanya dikuasai oleh orang berduit, itu sama sekali tidak benar. Ini kan panennya hampir berbarengan, luasannya di atas 1.000 hektar jadi pasti petani antrian. Perlu juga diingat, alat di brigade itu gratis. Yang dibayar ongkos untuk operator dan BBM sesuai luas lahan panen. Itu pun uangnya dari mereka langsung dibelanjakan tidak masuk ke kami,” beber Muljady.
Muljady menduga, riak riak di Kecamatan Wonosari, Boalemo, terjadi karena ada penarikan alat oleh Brigade Alistan, dari pihak yang meminjam.
Penarikan alat oleh Brigade Alsintan dari pihak peminjam disebabkan durasi peminjaman telah melebihi batas waktu yang seharusnya. Padahal alat tersebut harusnya dipinjamkan bergilir sesuai dengan permohonan ke Dinas Pertanian.
“Selama ini kami mencurigai ada yang ingin menguasai alatnya. Itu tidak bisa. Sehingga untuk mengantisipasi hal hal yang tidak diinginkan, ada alat yang kami tarik. Hal ini yang saya duga mendatangkan fitnah bahwa Alsintan dikuasai orang berduit. Sekali lagi saya sampaikan itu tidak benar. Bahkan faktanya, ada juga alat yang peminjamannya sudah sampai dibawa ke Provinsi Sulawesi Tengah. Dan Itu kita tindaki. Alatnya kami tarik, dan orangnya kita blacklist untuk tidak lagi dipinjamkan,” tegasnya.
Sejak tahun 2015, kata Muljadi, Pemrov Gorontalo tidak lagi membagikan Alsintan kepada petani secara gratis.
Sebagai gantinya, dibentuklah Brigade Alsintan yang bertugas untuk menyimpan, menjaga, merawat dan meminjamkan kepada petani.
Alasannya cukup logis karena jika dibagikan cenderung dikuasai oleh kelompok tertentu seolah – olah sudah jadi haknya dan petani lain tidak bisa meminjam.
Berikutnya, Alsintan yang dibagikan gratis cenderung cepat rusak karena kurangnya rasa memiliki dan perawatan yang tidak teratur. (rls/adm-03/Gopos)