GOPOS.ID, GORONTALO – Tersangka Pembunuhan di Jl. Panjaitan, K alias Tono membeberkan aksinya. Lelaki berusia 34 tahun itu mengaku, ia mengambil pisau dapur di atas kulkas di dalam rumah keluarga Yohanes Pangkong. Tujuannya jaga diri. Tapi ironinya, dengan pisau tersebut Tono malah menghabisi nyawa Simon Pangkong dan Sintiawati Horiyono.
Pengakuan Tono itu disampaikan Kapolres Gorontalo Kota AKBP Robin Lumban Raja,SIK.,MSi pada jumpa pers di lantai I, Mapolres Gorontalo Kota, Sabtu (23/3/2019) malam. Dalam jumpa pers, Tono ikut dihadirkan. Wajahnya ditutupi menggunakan masker ninja dan mengenakan kaos biru bertuliskan TAHANAN. Tono diapit beberapa personel Kepolisian.
“Tersangka K alias T telah mengakui perbuatannya,” kata Robin Lumban Raja.
Hasil interogasi awal, tersangka Tono masuk ke dalam rumah keluarga Yohanes Pangkong pada Senin (18/3/2019) pukul 01.35 Wita. Tono masuk dari arah depan dengan cara memanjat pagar rumah. Agar tak diketahui, Tono mengunakan baju lengan panjang untuk menutupi mukanya. Bentuknya seperti ninja.
“Setelah itu pelaku naik ke tong penampungan. Kemudian memutuskan kamera CCTV (Closed Circuit Television) di bagian garasi,” ujar Robin Lumban Raja.
Baca juga: Motif Pembunuhan di Jl. Panjaitan, Kapolres: Ini Murni Pencurian
Selanjutnya, Tono masuk ke dalam rumah dengan mencongkel pintu sebelah kiri rumah menggunakan linggis. “Begitu masuk di dalam rumah, niat pelaku adalah mengambil uang,” kata Robin Lumban Raja.
Di lantai 1, Tono berusaha menemukan uang tapi gagal. Ia hanya mendapati sebuah handphone milik Sintiawati yang terletak di atas meja makan. Setelah mengambil handphone tersebut, Tono lantas naik ke lantai. Sama halnya di lantai 1, yakni mencari uang. Tapi niat Tono itu lagi-lagi gagal.
Pria berkulit sawo matang itu lantas kembali turun ke lantai. Di saat itu ia mendapati sebuah pisau dapur yang terletak di atas kulkas di dalam dapur.
“Karena tak menemukan barang yang dicari, pelaku turun ke bawah. Di lantai satu pelaku mendapati dan mengambil pisau dapur yang terletak di atas kulkas,” ujar Robin Lumban Raja.
“Pengakuan tersangka, pisau itu diambil untuk menjaga diri apabila kepergok tuan rumah,” sambung Robin menambahkan.
Setelah mengambil pisau, Tono kembali naik ke lantai 2. Ia menuju ke kamar Simon. Kondisi kamar cukup gelap karena lampu penerangan dimatikan. Pria ber-KTP Kota Makassar, Sulawesi Selatan itu kembali berusaha mencari uang di dalam kamar Simon.
Baca juga : Pelaku Pembunuhan Jl. Panjaitan Dibekuk di Sulsel
Di saat Tono berada di dalam kamar Simon, Sintiawati terbangun. Perempuan yang genap berusia 70 tahun pada 18 Maret 2019 melihat pintu samping rumah sudah terbuka. Sintiawati berteriak kaget. Membangunkan sang suami, Yohanes Pangkong dan anak perempuannya, Imelda pangkong. Yohanes keluar rumah untuk mengecek keadaan pekarangan.
“Ibu Sintiawati lalu naik ke lantai dua untuk membangunkan anaknya Simon Pangkong. Hal itu membuat pelaku menjadi panik,” ungkap Robin Lumban Raja.
Saat Simon Pangkong terbangun, Tono beraksi. Dia menikam Simon menggunakan pisau dapur, yang diambilnya di atas kulkas. Usai menganiaya Simon, Tono berusaha kabur. Tapi baru hendak keluar kamar, Tono berpapasan Sintiawati. Sintiawati hendak masuk kamar membangunkan Simon.
Tono makin panik. Ia menganiaya Sintiawati. Menusuk tubuh perempuan paruh baya itu berkali-kali. Dalam kondisi terluka, Sintiawati lari ke lantai satu. Meminta pertolongan Yohanes dan Imelda.
Di dalam kamar di lantai dua. Simon yang dalam kondisi terluka berusaha bangkit. Ia menyalakan lampu kamar dan kemudian bergulat dengan Tono.
“Dalam perkelahian itu, pelaku menikam korban Simon hingga tewas di tempat kejadian,” ungkap Robin Lumban Raja.
Baca juga: Pelaku Pembunuhan di Jl. Panjaitan Terancam 15 Tahun Penjara
Selanjutnya Tono lari ke lantai 1, yang kemudian bertemu dengan Yohanes dan Imelda. Tono menyerang Yohanes dan Imelda. Usai menganiaaya Yohanes dan Imelda, Tono lantas menuju ke kamar Imelda. Saat itu Imelda sedang berupaya menghubungi suaminya. Tono merampas handphone milik Imelda kemudian membanting di lantai.
“Ibu Imelda dan pelaku terlibat perkelahian. Ibu Imelda berhasil menarik baju penutup wajah pelaku dan membuang pisau pelaku,” urai Robin Lumban Raja.
Setelah berhasil merampas dan membuang pisau yang digenggam Tono, Imelda kemudian mengurung Tono di kamar kecil dalam kamar. Imelda keluar kamar meminta pertolongan warga sekitar. Di saat itu Tono berhasil keluar dari kamar kecil. Ia kemudian kabur dengan memanjat pohon mangga di samping rumah. Selajutnya melarikan diri ke arah belakang rumah.
Menurut Robin Lumban Raja, dari hasil olah TKP, handphone milik Sintiawati yang berhasil dibawa Tono ditemukan di Jl. Cokroaminoto.
“Di TKP, ditemukan pula sandal pelaku, tali yang terkena darah, sepasang kaos kaki. Kaos kaki dipakai pelaku menutupi tangan ketika beraksi,” ungkap Robin.
Tono diketahui sebagai terduga pelaku setelah Polres Gorontalo Kota mengumpulkan data-data digital serta pemeriksaan saksi. Salah satu yang mencurigakan, gaya berjalan Tono yang khas. Kemudian ada salah seorang warga setempat yang mengenali persis ciri-ciri Tono.
“Data ini semakin dipertegas ketika kita membawa barang bukti foto serta rekaman CCTV kepada korban Imelda. Dari situ kita mendapatkan penegasan bahwa pelakunya sudah kita kantongi identitasnya 100 persen,” beber Robin Lumban Raja.
Menurut Robin Lumban Raja, antara korban Imelda dan Tono saling mengenali. Saat petugas Polres Gorontalo Kota memerlihatkan wajah yang bersangkutan, Imelda langsung mengetahui. Pelaku adalah orang yang bekerja sebagai tukang kunci di depan rumahnya.
“Setelah melakukan aksinya, pelaku masih sempat berada di Gorontalo dan bekerja selama dua hari. Setela itu kabur ke daerah Sulawesi Selatan menggunakan angkutan darat,” kata Robin Lumban Raja.(andi/adm-02/gopos)