GOPOS.ID, GORONTALO – Provinsi Gorontalo mengalami inflasi sebesar 0,57 persen pada periode Desember 2024 secara month to month (mtm) terhadap November 2024. Inflasi Gorontalo lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional pada Desember 2024 sebesar 0,44 persen.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo, Mukhamad Mukhanif, menjelaskan kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau mengalami inflasi cukup tinggi pada Desember 2024. Yakni sebesar 1,59 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 0,57 persen (dari 11 kelompok pengeluaran).
“Adapun lima teratas komoditas penyumbang inflasi pada Desember 2024 yakni ikan selar/ikan tude, tomat, bawang merah, daging ayam ras, serta ikan layang/ikan benggol,” ungkap Mukhamad Mukhanif saat merilis Berita Resmi Statistik Januari 2024, Kamis (2/1/2025).
Sementara itu komoditas cabai rawit memberikan andil terhadap deflasi sebesar 0,21 persen pada Desember 2024. Disusul Terong (-0,03), beras (-0,03), ikan asap (-0,03) dan limau (-0,02).
Meski pada Desember 2024 mengalami inflasi, perkembangan inflasi Gorontalo secara tahunan Year on Year (yoy) mengalami deflasi 0,79 persen. Angka ini menempatkan Provinsi Gorontalo sebagai satu-satunya provinsi di tanah air yang mengalami deflasi pada 2024.
“Angka deflasi 0,79 persen ini juga merupakan yang pertama kali sepanjang berdirinya Provinsi Gorontalo,” ujar Mukhanif.
Mukhanif menjelaskan, deflasi bisa saja menggambarkan menurunnya daya beli masyarakat jika terjadi secara berturut-turut. Adapun sepanjang 2024 deflasi Gorontalo tidak terjadi berturut-turut. Faktor utama yang mempengaruhi terjadinya deflasi 0,79 persen (yoy) yakni adanya beberapa komoditas tertentu yang memiliki andil cukup tinggi terhadap inflasi. Salah satunya cabai rawit.
“Cabai rawit di Gorontalo memberikan efek cukup dominan terhadap perkembangan inflasi,” kata Mukhanif menjelaskan.
Cabai rawit, menurut Mukhatif, ketika harganya naik maka angka inflasi di Gorontalo akan naik. Demikian pula sebaliknya, ketika harga turun maka memberikan pengaruh yang signifikan terhadap angka inflasi.
“Ciri khasnya masyarakat Gorontalo yakni pemakan cabai, sehingga harga cabai akan memberikan pengaruh signifikan dalam pengeluaran masyarakat,” ujar Mukhanif.
Mukhanif mengatakan, perlu kajian lebih lanjut berkaitan cabai rawit terhadap deflasi Gorontalo. Apa karena faktor cuaca yang mendukung sehingga produksi melimpah? Apa karena adanya gerakan menanam sendiri yang sudah masanya dipetik sehingga akses ke pasar lebih berkurang? Atau mungkin karena stok tersedia cukup banyak?
“Memang sesuai pemantauan teman-teman di lapangan ada kecenderungan stok di pasar cukup banyak, tetapi itu masih perlu dilakukan penelusuran dan kajian lebih lanjut,” tutur Mukhanif.
sudah masanya di tanam sendiri sudah dipetik sehingga akses ke pasar
Sementara itu Plt Asisten Bidang Ekonomi Pembangunan Setda Provinsi Gorontalo, M. Jamal Nganro, menjelaskan dari sisi suplai dan permintaan untuk komoditas cabai rawit di Gorontalo sepanjang 2024 relatif normal. Hal ini menyebabkan fluktuasi harga cabai rawit di Gorontalo cenderung stabil.
“Berbeda dengan situasi 2023, harga cabai rawit di Gorontalo menebus angka Rp150 ribu per kilogram. Selama 2024, tidak terdapat lonjakan harga cabai yang signifikan,” kata Jamal Nganro.
Menurut Jamal Nganro, pemerintah kabupaten/kota dan provinsi, termasuk instansi vertikal di Provinsi Gorontalo juga berkolaborasi dalam rangka pengendalian inflasi di Provinsi Gorontalo. Salah satu program yang dijalankan adalah menjaga ketersediaan dan pasokan cabai rawit yang merupakan komoditas utama penyumbang inflasi di Gorontalo.(hasan/gopos)