GOPOS.ID, KOTA GORONTALO – Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, terus mengupayakan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Target yang hendak dicapai pada 2024 yakni 183 per 100 ribu kelahiran hidup.
Kepala Dinas Kesehatan, Provinsi Gorontalo dr. Yana Yanti Suleman mengungkapkan, Indonesia masih memiliki beban masalah kesehatan dalam tingginya angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Tahun 2010 angka kematian ibu (AKI) 346 per 100.000 kelahiran hudup (KH) sensus penduduk 2010, Sedangkan tahun 2015 sebesar 305 per 100.000 KH (SUPAS, 2015).
“Adapun target penurunan AKI pada akhir RPIMN 2020-2024 adalah 183 per 100.000 KH, Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan penurunan angka kematian neonatal ( hidup pada tahun 2012, dan 15 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2017,” ungkap Yana pada pertemuan Konvergensi Penurunan AKI & AKBTingkat Provinsi Gorontalo Tahun 2021 di Hotel Grand Q, Kota Gorontalo, Selasa (28/9/2021).
Yana menerangkan, salah satu upaya dalam percepatan penurunan AKI dan AKB adalah memberikan perhatian serius dalam mengatasi masalah komplikasi pada saat kehamilan, persalinan nifas serta penanganan bayi neonatus (baru dilahirkan, red).
Menurut Yana sebagian komplikasi dapat mengancam jiwa, tetapi sebagian besar komplikasi dapat dicegah dan ditangani. Langkah tersebut antara lain, ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang sesuai, antara lain penggunaan pantograf untuk memantau perkembangan persalinan, dan pelaksanaan manajemen aktif kala III untuk mencegah perdarahan pascasalin. Tenaga kesehatan mampu melakukan identifikasi dini komplikasi. Apabila komplikasi terjadi, tenaga kesehatan dapat memberikan pertolongan pertama dan melakukan tindakan stabilisasi pasien sebelum melakukan rujukan. Proses rujukan efektif, serta pelayanan di Rumah Sakit yang cepat dan tepat gurna.
“Dari laporan SRS tahun 2016, didapatkan penyebab kematian ibu dilsebabkan oleh hipertensi (33%), perdarahan obstetrik (27%), komplikasi non obstetric (15,7%), kömplikasi obstetric lainnya (12%), infeksi (6%) dan lainnya (4,81%),” katanya.
“Untuk penyebab kematian neonatal berdasarkan laporan SRS, 2016 didapatkan kompikasi kejadian inpartum 28,3%, gangguan respiratori dan kardiovaskiulator 21,3%, BBLR/prematur 19%, kelainan bawaan 14%, infeksi 7,2%, tetanus neonatorum 1,2% dan lainnya,” imbuhnya.
Yana membeberkan, kematian ibu hamil dan bersalin serta kematian bayi masih menjadi salah satu permasalahan di Provinsi Gorontalo, hal ini dapat di lihat dari jumlah kematian ibu hamil dan bersalin serta kematian bayi yg ada di kabupaten/kota.
“Peningkatan Jumlah kematian ibu di Gorontalo yaitu pada tahun 2019 sebanyak 40 orang, tahun 2020 sebanyak 56 orang, dan pada tahun 2021 sampai pada bulan September sebanyak 38 orang. Sedangkan jumlah kematian bayi pada tahun 2019 sebanyak 242 bayi, tahun 2020 sebanyak 244 bayi, dan tahun 2021 sampai dengan bulan Juli sebanyak 128 bayi,” bebernya.
Yana menuturkan, untuk menurunkan angka Kematian Ibu dan Bayi perlu di laksanakan intervensi yang dilakukan secara terkoordinir, terpadu, dan bersama sama melaksanakan program pelayanan KIA pada kelompok sasaran prioritas yang ada di provinsi Gorontalo. Dengan tujuan agar dapat membina kerja sama yang terkoordinir dan terpadu bersama Program Lontas dan Lintas Sektor dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing dalam menurunkan AKI & AKB di Provinsi Gorontalo.
“Terkait hal tersebut untuk itu Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo terus mengupayakan penurunan kematian ibu dan bayi dengan berbagai upaya dan inovasi,” tandasnya. (Putra/gopos)