GOPOS.ID, GORONTALO – Anggota Komisi VIII DPR RI sedang memperjuangkan sirene banjir ke Badan Nssional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Menurutnya, alat itu sangat dibutuhkan sebagai deteksi dini warga di bantaran sungai Bone saat musim penghujan.
“Kami sedang berupaya ke BNPB agar bisa dibantu dengan alat itu. Saya minta juga nanti dari BPBD bisa melayangkan surat untuk bermohon ke BNPB. Alatnya cukup mahal dan kita berharap tidak hanya satu tapi di beberapa titik,” jelas istri Gubernur Gorontalo Rusli Habibie itu saat meninjau korban banjir di posko pengungsian gedung Bele li Mbui, Kota Gorontalo, Sabtu (4/7/2020).
Alat itu diharapkan bisa diletakkan di hulu sungai Bone dan Sungai Bulango.
Jika ketinggian air mencapai titik tertentu maka sirene akan berbunyi sehingga warga bantaran sungai bisa bersiap jika sewaktu-waktu banjir menerjang.
“Kita juga masih butuh perahu karet untuk evakuasi, ini yang coba kita kawal di pemerintah pusat,” imbuhnya.
Ketua TP PKK itu sejak Sabtu pagi sudah berada di BLM. Ia turun membantu Tagana di dapur umum yang menyiapkan makanan bagi pengungsi. Idah juga turun ke sejumlah kelurahan untuk membagikan makanan bagi warga.
Banjir yang terjadi Jumat kemarin melanda empat kecamatan di Kota Gorontalo yakni Kota Timur, Kota Selatan, Hulondalangi dan Kota Barat.
Di Bone Bolango melanda empat kecamatan yakni Suwawa, Suwawa Timur, Suwawa Selatan dan Botupingge. Sementara Kabupaten Boalemo melanda dua kecamatan yakni Tilamuta dan Dulupi.
Dari catatan BPBD Provinsi Gorontalo pada Jumat malam, ada tujuh titik pengungsian di Kota Gorontalo. Rinciannya Bele li Mbui 400 jiwa, SDN 38 335 Jiwa, Kantor Pertanahan Kota 60 jiwa, Kesdim 178 jiwa.
Ada juga di Kelurahan Padebuolo 650 jiwa, Kelurahan Botu 1000 jiwa dan masjid Arraudah 100 jiwa. (rls/adm-01/gopos)