Pandemi virus corona (Covid-19) memberi dampak signifikan terhadap kesehatan maupun ekonomi masyarakat. Hal itu turut dirasakan masyarakat Gorontalo di tanah rantau. Mereka harus bergelut dan bertahan di tengah pandemi di negeri orang.
Putra Tangahu, Manado
Mempertahankan usaha di tengah pandemi Covid-19 bukanlah perkara mudah. Apalagi usaha tersebut digeluti di tanah rantau. Tentu membutuhkan kesabaran serta keuletan yang tinggi.
Begitulah yang dialami Ais Tane, warga Desa Bulota, Kecamatan Telaga Jaya, Kabupaten Gorontalo. Pria berusia 35 tahun itu merupakan pemilik rumah makan JIL-SYA yang berlokasi di Manado. Tepatnya di Jl. Nusantara No.133, Calaca, Kecamatan Wenang, Kota Manado, Sulawesi Utara.
Rumah makan milik Ais berdiri sejak 2016. Setiap harinya Ais berjualan dari pukul 15.00 wita hingga pukul 01.00 Wita. Uniknya, Ais menjual berbagai makanan dengan cita rasa asal Gorontalo. Konsep itu sengaja diusung sebagai pendirian rumah makan.
Tak mudah bagi Ais mendirikan bangunan di antara toko-toko gedung-gedung, pertokoan, rumah makan. Sebab ia dihadapkan persaingan pasar di salah satu kota besar di pulau sulawesi tersebut.
Meski begitu modal pengalaman usaha keluarga yang menggeluti rumah makan di Gorontalo, membuat Ais bersemangat mencari pengalaman di kampung orang.
“Alhamdulillah saya sudah mau 5 tahun di Manado,” ungkap Ais, Kamis (11/2/2021).
Saat ini Ais mempekerjakan sedikitnya 10 orang. Kesemuanya merupakan orang Gorontalo. Awalnya Ais memperkerjakan Karyawan di rumah makan dengan gaji Rp100 ribu per hari.
“Kalau ada rezeki tambahan bisa lebih dari itu,” ucapnya.
Sejak pandemi covid-19, usaha yang digeluti Ais mengalami penurunan drastis.
“Kalau sebelum korona memang lancar tapi karena Covid-19 akhirnya mulai menurun ada kendala,”terang Ais.
“Bahkan Pandemi seperti ini banyak ruginya. Omset perhari bisa sampai Rp4 juta tapi masih kotor, namun sebelum Covid lebih dari itu, ” sambungnya.
Lesunya ekonomi ikut berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh para pekerja.
“Untungnya para karyawan tidak meminta lebih, mereka sudah mengerti dengan keadaan seperti ini,” ucapnya.
Di sisi lain, meski telah melakukan penerapan protokol kesehatan sesuai arahan pemerintah, namun masih saja ada petugas yang menutup sementara.
“Kalau disuruh tutup, ya kami tutup dulu” imbuhnya.
Ais sempat terbesit untuk pulang kampung dan membuka usaha yang sama di Gorontalo. Namun Ais menyadari kondisi yang dialami saat ini tak hanya terjadi di Manado. Tetapi hampir semua daerah akibat pandemi Covid-19. Oleh karena itu, Ais memutuskan tetap bertahan di tengah pandemi di negeri orang.
“Saya berharap situasi akan segera kembali pulih seperti sedia kala,” tandasnya.(***)