GOPOS.ID, GORONTALO – Business and Partnership Matching World Coconut Day 2023 Kabupaten Gorontalo menggagas Nilai dan Inovasi Kelapa Berkelanjutan.
Salah satu langkah kangkrit untuk mendorong pengembangan industri kelapanya, Kabupaten Gorontalo bersama International Coconut Community (ICC) dan Dewan Kelapa Indonesia (DEKINDO) menyelenggarakan kegiatan World Coconut Day (WCD) bertempat di Kabupaten Gorontalo, Jumat 22/9/2023.
World Coconut Day 2023 bertujuan antara lain mendorong sinergi pemerintah pusat dan daerah, pelaku usaha, petani dan peneliti dalam pengelolaan tata kelola kelapa nasional serta mendorong promosi, pemasaran produk kelapa UKM dan investasi kelapa dari hulu hingga hilir dengan | memanfaatkan kerja sama ICC, Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
Agenda utama dalam World Coconut Day adalah Business and Partnership Matching yang mengangkat tema Accelerating Sustainable Coconut Value Chain as Indonesia’s Nature Based Innovation Portfolio, Bersama Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) dan Koalisi Ekonomi Membumi (KEM), kegiatan ini berupaya mempertemukan para pelaku usaha terkurasi khususnya komoditas kelapa dengan para mitra seperti buyers/traders, investor, dan enabler. Dengan harapan dapat tercipta potensi kerjasama dalam bentuk transaksi, pendanaan, bantuan teknis, akses jaringan, dan kolaborasi potensial lainnya.
Di sisi lain, Business & Partnership Matching ini juga menjadi kesempatan dimulainya penyusunan Peta Jalan atau Roadmap Kelapa Berkelanjutan di Indonesia yang akan menjadi basis dari pengembangan portfolio kelapa terintegrasi di Indonesia dan akses pendanaan dan investasi baik dari dana publik maupun dana swasta.
Nelson Pomalingo, Bupati Gorontalo mengatakan “World Coconut Day akan menjadi momentum awal untuk menjalin berbagai kolaborasi bisnis yang serius dan berdampak yang sejalan dengan komitmen pemerintah daerah untuk mendorong pembangunan yang lestari dan berkelanjutan. Dengan mempromosikan rantai nilai yang berkelanjutan, World Coconut Day bertujuan untuk meningkatkan akses pasar, membangun kepercayaan konsumen, dan memastikan keberlanjutan sosial dan lingkungan, dan ekonomi lestari dari industri kelapa” ujar Nelson.
Dalam kesempatan ini pula, PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Gorontalo yang merupakan anggota dari LTKL, KEM, serta Koalisi Pemerintah Daerah Penghasil Kelapa (Kopek), untuk mendukung peningkatan produktivitas komoditas kelapa berkelanjutan di Indonesia melalui sistem green financing serta edukasi literasi keuangan dan digital. Peluncuran kerjasama ini dilakukan di Gorontalo, Sulawesi Utara bertepatan dengan World Coconut Day (WCD) 2023.
Gita Syahrani, Dewan Pengurus Koalisi Ekonomi Membumi, mengatakan “Sebagai koalisi yang bertujuan menumbuhkan semangat bisnis dan investasi lestari, akses pendanaan sering menjadi tantangan bagi para pelaku usaha dalam ekosistem binaan anggota kami. Padahal, sektor yang digeluti para pelaku usaha ini merupakan sektor penting bagi Indonesia agar mampu meningkatkan ketangguhannya pada krisis iklim termasuk untuk komoditas kelapa. Keberadaan pembiayaan inovatif yang bisa digunakan untuk mendongkrak kemampuan produksi berkelanjutan dan pengolahan produk/jasa bernilai tambah perlu jadi bagian kunci dalam Roadmap Kelapa Berkelanjutan,” ujar Gita.
Kolaborasi ini juga sejalan dengan arahan Presiden dan Kementerian Pertanian untuk pengembangan. lahan kelapa genjah guna memperkuat sektor pertanian menghadapi krisis pangan global dan menciptakan pendapatan rumah tangga di masa mendatang.
Ristika Putri, Kepala Sekretariat Interim Lingkar Temu Kabupaten Lestari, menjelaskan “Kolaborasi adalah kunci dalam mewujudkan industri kelapa berkelanjutan. LTKL menyambut baik kerjasama yang melibatkan multipihak dalam mendukung ekonomi lestari, sejalan dengan nilai LTKL. Kegiatan World Coconut Day bagi kami membangkitkan lagi geliat inovasi ekonomi berbasis alam,” ujar Ristika.
Kelapa sebenarnya sudah jadi komoditas ekspor yang menarik di beberapa negara di dunia. Pada tingkatan global saja nilai pasar kelapa mencapai USD 38,58 miliar pada tahun 2030 kelak. Angka ini didapat dari pertumbuhan yang diharapkan sekitar 8,4% CAGR dari tahun 2023 hingga 2030.Â
Peningkatan nilai ini didapat dari kelapa itu sendiri yang kini olahannya memiliki banyak variasi produk. Perlu diketahui bahwa lebih dari 90% produksi kelapa berasal dari negara-negara berkembang, termasuk Filipina, India, Brasil, Sri Lanka dan tentunya Indonesia. Masifnya komoditi ini juga didukung dengan luasnya perkebunan kelapa di Indonesia yang mencapai 3,7 juta hektar, yang merupakan salah satu yang terbesar di dunia (Suhascaryo & Yudiantoro, 2021).Â
Makanya tak heran negeri ini jadi negara nomor satu yang jadi produsen kelapa dunia, Indonesia juga jadi negara eksportir kelapa butir nomor satu di dunia, dan negara nomor dua yang paling banyak ekspor kelapa parut/kering hingga minyak kelapa di dunia. Tentunya fakta ini membuat kita jadi bangga buatan Indonesia.
Potensi inilah yang bisa jadi ladang emas dari sebuah kelapa. Selama periode 2022-2026, Indonesia diperkirakan masih akan memiliki surplus kelapa (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal, Kementerian Pertanian, 2022). Ke depannya industri kelapa dapat menjadi salah satu komoditas yang bertransformasi sebagai industri komoditas pertanian berkelanjutan yang dapat dikembangkan sebagai upaya adaptasi, restorasi maupun konservasi kawasan ekosistem penting baik di kawasan hutan maupun pesisir. (Putra/Gopos)