GOPOS.ID, GORONTALO – Musim kemarau yang kurang lebih berlangsung tiga bulan dan disertai angin kencang terjadi di provinsi Gorontalo. Keadaan ini pun berimbas pada peningkatan harga beberapa komoditi sehingga menyebabkan kota Gorontalo pada bulan Agustus 2019 mengalami inflasi sebesar 0,71 persen.
Berdasarkan data resmi yang diperoleh gopos.id dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo. Inflasi di Gorontalo terjadi akibat kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 132,42 di bulan Juli 2019 menjadi 133,36 di bulan Agustus 2019.
Diantara komoditas utama penyumbang inflasi di kota Gorontalo pada bulan Agustus yaitu Cabai Rawit (0,1939 persen), Selar/Tude (0,1802 persen), Layang/Benggol (0,1645 persen) dan Ekor Kuning (0,1403 persen).
Sementar komoditas utama penyumbang deflasi pada bulan Agustus kemarin antara lain Tomat Sayur (-0,2001 persen), Bawang Merah (-0,1813 persen) dan Angkutan Udara (-0,0879 persen).
Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Gorontalo, Herum Fajarwati mengungkapkan bahwa inflasi yang terjadi bulan Agustus merupakan inflasi tertinggi kedua di Gorontalo selama tahun 2019 setelah bulan Mei yang menjelang idul fitri.
“Kalau bulan Agustus ini yah memang ada kenaikan beberapa harga komoditi,” ujar Herum Fajarwati kepada awak media saat press release berita resmi BPS Provinsi Gorontalo, Senin (2/9/2019) berlangsung di ruang Vicon BPS.
Lebih lanjut Herum menegaskan bahwa inflasi yang terjadi masih dalam keadaan normal. Karena pergerakan harga masih dikatakan terkendali dan sampai bulan ini masih dibawah target nasional.
“Kita inflasinya masih dibawah tiga, namun kita masih tetap harus waspada. Karena kita masih ada empat bulan menjelang akhir tahun. Di sana ada peringatan tahun baru dan Hari Natal serta kemarau yang diperkirakan masih terus berlanjut,” tandasnya (muhajir/gopos)