GOPOS.ID, KOTA GORONTALO – Sebanyak 300 mamasa aksi, yang tergabung dalam aliansi mahasiswa dan pemuda Gorontalo melakukan unjuk rasa di beberapa titik yang ada di wilayah Kota Gorontalo, Senin (18/10/2021).
Aksi para demonstran ini sebagai bentuk ketidakpercayaan aparat penegak hukum atau Polri dalam menangani sebuah kasus. Mereka melayangkan mosi tidak percaya kepada Polri serta menyayangkan ketidakhadiran Gubernur Gorontalo dan Kapolda Gorontalo pada aksi tersebut.
Beberapa poin menjadi tuntutan para demonstran, diantaranya meminta aparat kepolisian lebih humanis dan dalam bertindak, tidak bersifat menekan, mengekang, menahan atau menindas, mahasiswa dan rakyat.
Kemudian Isu pendidikan, dan Reformasi di korupsi. Tiga Isu tersebut menjadi kekhawatiran mahasiswa Gorontalo dan menuntut pemerintah provinsi dalam hal ini gubernur Gorontalo, serta Kapolda Gorontalo untuk hadir ditengah-tengah masa aksi.
“Represifitas seharusnya dihilangkan oleh aparat kepolisian terkhususnya di Gorontalo. Kemudian masalah pendidikan. Yang sampai dengan sekarang seharunsya ada refleksi pemerintah yang bukan hanya pada ekonomi tetapi juga pada pendidikan,” kata koordinatr lapangan aksi Glendi pada orasinya.
Dijelaskan Glendi, masa aksi merupakan gabungan dari beberapa mahasiswa IAIN Sultan Amai Gorontalo, dan Universitas Negeri Gorontalo, dan beberapa organisasi ekstra kampus.
Para demonstran memulai aksi tersebut sejak pukul 10.00 hingga selesai 17.00 WITA. Bergerak dari Universitas Negeri Gorontalo (UNG) Menuju bundaran saronde. Glendi menyayangkan ketidakhadiran Gubernur, dan Kapolda saat aksi berlangsung.
“Tentunya gerakan yang kami agendakan benar-benar untuk kepentingan rakyat sepenuhnya. Kami bergerak dari depan UNG, titik aksi bundaran saronde, dan titik aksi terakhir simpang empat Panjaitan,” pungkasnya. (Sari/gopos)