GOPOS.ID, ZLOE – Bagi para pecinta sastra dan film Ada Apa Dengan Cinta 2, nama M. Aan Mansyur pasti tidak terdengar asing di telinga.
Diundang sebagai salah satu narasumber kegiatan Pekan Pendidikan dan Kebudayaan yang digelar di Atrium Citimall Gorontalo, pada Senin (22/4/2019). Ayah dari empat orang anak ini tidak sungkan membagikan perjalanan hidupnya dihadapan ratusan peserta.
BACA JUGA: Alasan Mengapa Buku ‘Kina and Her Fluffy Bunny’, Jadi Rekomendasi Bacaan Anak Masa Kini
“Waktu kecil saya adalah anak yang sangat pemalu. Sempat juga saya dikatakan banci karena sering bergaul dengan anak perempuan. Masa kecil saya banyak dihabiskan di perpustakaan. Dan salah satu alasan saya kabur dari pesantren karena di sana tidak ada perpustakaan,” ujar Aan Mansyur.
Meski tidak banyak berinteraksi dengan orang lain. Pria kelahiran Bone, Sulawesi Selatan ini mengatakan bahwa ketertarikannya terhadap dunia kepenulisan dimulai saat ia mendengarkan Neneknya membacakan dongeng.
BACA JUGA: Serunya Sepeda Air dan Meja Terapung di Wisata Air Talolubutu
“Rasa tertarik saya dalam dunia tulis-menulis dimulai sejak Nenek membacakan dongeng sebelum tidur. Dari situ setiap harinya saya menuliskan cerita di buku diary. Saya juga suka berbalas surat dan puisi dengan Ibu saya,” terangnya pada peserta yang hadir.
Ditanya tentang buku apa saja yang mengubah perjalannya hidupnya. Aan terang-terangan menjawab, buku Story of My Life karya Helen Keller dan Simfoni Dua karya Subagio Sastrowardoyo menjadi buku yang sangat berpengaruh dalam perjalanan hidupnya.(Julianur/gopos)