GOPOS.ID, PONELO – Puluhan warga Kecamatan Ponelo Kepulauan (Ponkep), Kabupaten Gorontalo Utara (Gorut) mendatangi lokasi wisata Pulau Saronde, Kamis (26/1/2023).
Kedatangan sejumlah warga tersebut sebagai bentuk protes ke pihak pengelola wisata atas dugaan tidak mengizinkan seorang nelayan masuk ke pulau tersebut.
“Kami kecewa, pihak pengelola Saronde tidak mengizinkan nelayan masuk ke pulau ini. Padahal sekadar meminta pertolongan saat perahu mengalami kecelakaan. Kendati warga hanya datang minta tolong, apa salahnya dibantu,” ujar Wawan Kaharu, salah seorang warga Ponelo Kepulauan.
Ia meminta agar pihak pengelola wisata Pulau Saronde tidak hal demikian kepada nelayan setempat selama mengelola destinasi wisata tersebut.
“Kami hanya berempati dengan kondisi yang menimpa warga. Sehingga kami ingin mengonfirmasi langsung terkait insiden pengusiran yang dilakukan pihak pengelola,” kata dia.
Menanggapi soal insiden itu, pihak pengelola Pulau Saronde, Feranando Thalib mengungkapkan pihaknya kaget ketika didatangi puluhan warga. Bahkan dirinya mengaku sempat dikeroyok.
“Saya tidak ingin terjadi tindakan anarkis. Makanya saya sempat meminta warga untuk berdiskusi dengan baik terkait kondisi yang terjadi,” ungkapnya.
Dirinya mengaku tidak mengusir nelayan tersebut. Bahkan ketika itu mereka masih sempat menawarkan bantuan kepada nelayan tersebut.
“Kami sempat menawarkan bantuan. Memberi baju ganti sebab telah basah, kemudian disuguhkan kopi agar tidak kedinginan,” katanya.
Lebih lanjut Feranando mengatakan, pihaknya hanya meminta agar nelayan tersebut tidak berada di depan penginapan (cottage). Sebab berhubung sedang ada tamu yang menginap.
Sebagai pihak pengelola Pulau Saronde, dia berharap agar warga tidak mempercayai informasi sepihak yang justru menimbulkan keributan.
“Kami siap dimintai keterangan dan melakukan pertemuan dengan pemerintah daerah, warga ponelo dan aparat kepolisian untuk memediasi,” jelasnya.
Kapolres Gorontalo Utara, AKBP Juprisan Pratama Ramadhan Nasution mengatakan terkait kejadian itu, pihaknya telah melakukan upaya mediasi dengan yang bersangkutan dan masyarakat setempat.
“Saya mengimbau masyarakat agar tidak mudah terpancing. Setiap persoalan masih bisa dibicarakan secara musyawarah dan mediasi. Sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bersama,” imbaunya.
Sementara itu Kepala Desa Ponelo, Tommy Buheli mengatakan pihaknya telah berupaya untuk meredam aksi massa. Bahkan dia mengaku dirinya tidak mengetahui aksi tersebut.
“Kami tidak mengetahui aksi tersebut. Namun segera memberi edukasi kepada warga untuk tidak melakukan tindakan anarkis. Jika ada insiden serupa menimpa nelayan, semua harus didiskusikan untuk memecahkan persoalan dengan solusi terbaik,” kata Tommy.
Tommy juga mengatakan pihak Kepolisan dan TNI Angkatan Laut sudah melakukan memediasi untuk meredam massa aksi.
“Kita menggagas pertemuan dengan pihak pengelola Pulau Saronde. Termasuk segera menyurati pemerintah daerah untuk meminta penjelasan atau informasi terkait pengelolaan Pulau Saronde,” pungkasnya.
Aksi protes yang dilakukan warga tersebut dipicu adanya insiden kecelakaan di laut yang dialami salah seorang nelayan bernama Irwan Palilati.
Dimana saat itu sekitar pukul 02.00 Wita, perahu milik Irwan dihantam gelombang hingga menyebabkan kerusakan parah.
“Saya berlindung di Pulau Batu yang ada di depan Pulau Saronde, dengan kondisi perahu yang bocor dan patah akibat dihantam gelombang. Karena kondisi sedang tidak bersahabat, Pulau Saronde menjadi tempat terdekat untuk minta perlindungan dan bantuan,” jelas Irwan.
Irwan menuturkan, sekitar pukul 04.00 Wita, dia berupaya menuju ke Pulau Saronde. Mengingat saat itu air mulai surut sehingga memudahkan menjangkau pulau tersebut.
“Saya kecewa padahal datang merapat ke pulau sekedar minta tolong. Pagi itu, pukul 06.00 Wita datang seorang warga, Wawan Kaharu, kemudian menolong saya untuk pulang ke Pulau Ponelo,” imbuhnya. (Isno/gopos)