SEPERTI biasa dibangunkan dari lelap tidur yang barusan, merenung sedikit, untuk memastikan sudah pada posisi on menuju meja makan untuk sahur.
Bersahur dalam rangka puasa sudah menjadi suatu rutinitas tahunan. Namum untuk puasa tahun ini agak berberbeda karena diramaikan dengan pandemi virus yang mencengangkan.
Tahun ini puasa awal dengan Rektor baru, yang selama 10 tahun lebih dengan rektor yang lain. Dijalani dengan banyaknya prestasi yg diakhiri dengan proses pergantian yang rumit, sehingga yang lalu adalah kenangan untuk Rektor kenangan.
Semua cerita ini di kampus peradaban terbuka dalam dekor yang indah, rapi, dan semua civitas akademik. Bahkan orang luar kampus pun yang liar sangat tahu dan paham apa kejadian yang terjadi dan menjadi sebuah kenangan untuk rektor kenagan masa lalu.
Rektor itu akan menceritakan dan menghadirkan, sebuah peradaban pemikiran dan kemudian meniscayakan realitas (membuktikan prestasi).
Amanah rektor merupakan posisi terhormat di insititusi akademik, yang penuh dengan syarat perdebatan dan kritik, karena kampus adalah ruang yang tepat untuk saling menguji pemikiran.
Kritik dan penggugatan paradigma nyaris terjadi diruang kampus, sebab disinilah hegemoni dan oligarki intelektual diabaikan.
Berpretasi disaat dan di ruang rumit. Pandemi virus memberikan gejala yg tidak biasa diruang kelas.
Tidak sekadar itu, ruang yang lain pun kena imbas dan bahkan gejalanya menjadi jadi. Mencengankan semua warga bumi yang tidak hanya sebatas pada ruang bagi yang sakit kena dampak tapi untuk semua ruangan yang tidak dan jauh kena dampak.
Mengawali tahun kepempinan dengan terpampangnya rencana agenda besar, kegiatan terhormat, workshop penting untuk menghadirkan episode berderajat tinggi mengangkat UNG ke tempat yang terhormat.
Bahu membahu dengan semua perangkatnya yang baru dicharge, dunia diperhadapkan dengan arus angin Wuhan yang masuk dan tanpa kecuali menuju UNG.
Pada posisi rektor yang baru, gelombang pandemi ini menggemparan. Meski runutan dari tingkatan tertinggi pendidikan di negeri ini. Rektor kita segera menyikapinya. Episode ini penting untuk menunjukan kepada semua warga tanpa kecuali.
Sebagai warga universitas/kampus (mahasiswa dan dosen) senantiasa mensupport ditengah persitiwa yg tidak dikehendaki namun tetap menjawab UNG ke episode-episode keemasaan.
Pembelajaran daring, penanganan mahasiswa, praktikum, KKS, riset-riset, pengabdian masyarakat, pengelolaan administrasi, keuangan, tata kelola yang direncanakn saat visi misi, penyesuaian kondisi dengan kondisi sekitar. Internal dan eksternal gorontalo, kebijakan pemerintah tentang PSBB. Semua target yang direncanakan dan diharapkan diolah agar tidak salah penanganan.
Bantuan sembako mahasiswa, bantuan paket data, mengorganisir yang potensi terpapar, semua dilakukan. Kepempinan dan pimpinan yg berprestasi jawabnya.
Baca juga: Kuliah dari Rumah, UNG Sudah Distribusi Kuota Data 20 GB untuk Mahasiswa
Segala prestasi menjadi cerita yang menyenangkan dan dituliskan dalam sejarah. Ingatan publik tertanam rapi tentang prestasi yang ditorehkan dengan harapan do’a kebaikan menyertai orang-orang yang telah memberikan ini untuk masa depan UNG dan kita.
Berbagai interaksi dan dinamika pemikiran yang yang melahirkan kemajuan dan pembaharuan disela-sela sulit menjadi suatu catatan sendiri yang dikenang dari Rektor yang berprestasi. Ini awal langkah menuju waktu yang akan datang..
Keheningan hati dan kerja keras pikiran untuk mengangkat derajat universitas dari titik terendah hingga titik tertinggi. Kini dengan segala prestasi kita sedikit berani bicara kepada dunia tanpa kecuali menjadi hal yang tidak bisa ditawar untuk UNG.
Adakah prestasi ditengah suasana yg tidak mendukung seperti ini ?
Pretasi terbaik dalam kampus adalah mampu melahirkan kemapanan kita semua yang penuh manfaat.
Ataukah kita harus menunggu setelah sang pengganggu pergi sambil tertawa? Orang hebat dan berprestasi akan di tuliskan dalam sejarah.
Mari tenang, tetap bekerja, biarkan yang lain menghitung dan menganalisi kejadian pandemi, namun kita tetap ada dalam suasan tidak bersama, karena pandemi dan satu nafas untuk UNG yang unggul dan berdaya saing. (*)