GOPOS.ID, GORONTALO – Inovasi Balai Pengawas Obat dan Makanan (POM) di Gorontalo yang mengubah minuman keras (Miras) jenis Cap Tikus (CT) menjadi hand sanitizer mendapat respon luar biasa dari masyarakat Gorontalo. Tidak terkecuali Gubernur Gorontalo Rusli Habibie dan Kapolda Gorontalo.
Bahkan berkat adanya hand sanitizer ini banyak warga Gorontalo yang berharap mendapatkan untuk digunakan sehari-hari. Mengingat keberadaan hand sanitizer di Gorontalo sudah terbatas. Bahkan kosong di pasaran. Untuk sementara ini Balai POM baru bisa menyediakan Hand Sanitizer untuk kebutuhan rumah sakit dan puskesmas.
Kepala Balai POM di Gorontalo Yudi Noviandi mengungkapkan bahwa sampai hari ini Balai POM baru mampu menghasilkan 7 liter alkohol hasil penyulingan CT yang diberikan Polda Gorontalo. “Dari 40 liter CT yang dihibahkan Polda Gorontalo ke kami. Itu kami olah menjadi alkohol. Hasilnya sehari itu hanya bisa mendapatkan 7 liter,” ucap Yudi.
Dengan pertemuannya dengan Gubernur Gorontalo pada rapat bersama Forkopimda dan Bupati/Walikota se Gorontalo di Aula Rumah Jabatan Gubernur, Jumat (3/4/2020) kemarin, Balai POM akan meningkatkan jumlah produksinya pekan depan menjadi 20 liter perhari.
Dengan jumlah bahan baku 100 liter CT. Bahan pokok CT ini sendiri merupakan bantuan Polda Gorontalo yang disita dari penyelundupan Miras di Gorontalo.
Rencanannya puluhan ton CT yang sudah diamankan Polda Gorontalo akan dihapuskan dari barang bukti. Namun dengan regulasi dan mekanisme yang jelas.
Baca juga:Â 400 Liter CT Disulap jadi Hand Sanitizer, Inovasi BPOM Gorontalo
“Dari pada CT tersebut dimusnahkan, pak Gubernur berinisiatif untuk dihibahkan ke Balai POM untuk diproduksi menjadi Hand Sanitizer. Tetapi harus melalui regulasi dan tanda terima yang jelas. Sehingga tidak bermasalah hukum di kemudian hari,” paparnya.
Untuk kebutuhan sendiri, sejauh ini dikatakan Yudi bahwa Balai POM baru bisa memproduksi untuk permintaan rumah sakit dan layanan kesehatan yang membutuhkan Hand Sanitizer. Sebab dengan produksi 7 liter perhari, jumlah tersebut masih sangat sedikit.
“Untuk masyarakat kami tidak menjual atau membagikan secara bebas. Sebab kita prioritaskan dulu di tempat-tempat layanan kesehatan. Sebab permintaan hand sanitizer sangat tinggi. Terutama untuk rumah sakit,” bebernya.
Nah, bagi pelaku UMKM yang ingin memproduksi Hand Sanitizer dengan bahan CT, Balai POM siap menjadi mentor untuk memberikan pelatihan kepada UMKM.
“Kalau masyarakat ada yang ingin membuat mandiri kita akan bantu. Tetapi saat ini kita belum bisa melayani masyarakat untuk mendapatkan Hand Sanitizer dari CT ini. Nanti setelah produksinya bertambah baru kita berikan secara bertahap,” tandas Yudi. (andi/gopos)