Ditulis – Novalliansyah Abdussamad
PADA sebuah kesempatan, saya mencoba berkomunikasi via WhatsApp (WA) dengan Gubernur Rusli Habibie. Awalnya, saya hanya ingin menyampaikan beberapa aspirasi dan perkembangan terkini di Gorontalo, mengingat saat itu Gubernur sedang menjalankan tugas diluar daerah.
Namun, ada beberapa hal lain juga yang tidak kalah pentingnya terlintas dalam benak saya dan sangat penting untuk saya sampaikan terkait dengan capaian kinerja pemerintah provinsi dilintas sektor.
Hendak ingin segera berkomunikasi, urung saya lakukan mengingat saat itu waktu menunjukkan pukul 20.00 Wita artinya di Jakarta sudah memasuki waktu sholat Isya dan saya menjaga agar tidak mengganggu waktu sholat Gubernur, barulah berselang tiga puluh menit kemudian saya menghubungi Gubernur.
Diawali salam, saya sampaikan beberapa point penting tentang capaian kinerja ditiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD), terutama sektor strategis seperti pertanian, perikanan dan kelautan, pekerjaan umum dan lain sebagainya yang harus diketahui oleh publik.
Walhasil, berharap WA saya dibalas, justru saya kaget mendapat telepon langsung dari Gubernur, panggilan pertama Gubernur tidak sempat diangkat karena handphone saya berada didalam kamar dan posisi saya sedang membaca sebuah majalah diruang tamu.
Saya kembali menghubungi Gubernur via WA dan menyampaikan permohonan maaf karena tidak sempat mengangkat telepon sembari menjelaskan alasannya.
Telepon kedua masuk, dan saya masih dalam keadaan bingung dibarengi sedikit perasaan takut tidak sempat mengangkat telepon pertama dari Gubernur.
Tepat dibunyi dering ketiga saya langsung mengangkat telepon Gubernur, sontak saya terkejut karena sebelum saya menyampaikan salam, Gubernur sudah lebih dulu melakukannya.
“Assalamu Alaikum Noval, saya mohon maaf, bolo maapu (dalam bahasa gorontalo artinya meminta maaf), apa yang ingin kamu sampaikan sudah baik dan saya mohon maaf bukan maksud menggurui kamu, saya sarankan kamu komunikasi dengan kepala bappeda agar apa yang kamu sampaikan nanti ada data-datanya, silahkan ya secepatnya komunikasi dengan bappeda” kata Gubernur.
Hanya dua hal yang bisa saya respon dari perkataan Gubernur, pertama membalas salam dan kedua hanya bisa berkata “iya pak, siap pak”.
Lebih dari itu saya terdiam beberapa saat dan masih kurang percaya dengan apa yang disampaikan oleh Gubernur. Apakah semua Kepala Daerah maupun pejabat melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Gubernur Rusli Habibie ?
Dengan posisi dan jabatannya menasehati bawahannya dengan cara yang tidak semua orang akan percaya, pernahkah terbayangkan pejabat tinggi mau meminta maaf lebih dulu sebelum menasehati dan mengarahkan bawahannya ?
Meski ada kekurangan dan kesalahan tidak lantas membuat Gubernur marah. Secepatnya saya buka WA dan menyampaikan permohonan maaf atas kekurangan saya dan akan segera memperbaiki.
Lagi, lagi dan lagi, Gubernur Rusli Habibie membalasnya dengan kata “bolo maapu waaa”.
Kata-kata maaf dari Gubernur ini menjadi refleksi bagi saya pribadi, saya benar-benar merasa dididik dan mendapatkan ilmu yang luar biasa dari cara komunikasi Gubernur, bahwa jabatan dan kekuasaan adalah alat untuk menjalankan visi dan misi kemanusiaan, bukan untuk bersombong diri, apalagi menunjukkan keangkuhan bagi siapapun.
Semoga Gubernur selalu diberkahi dan dilindungi dalam setiap aktivitasnya. Amin Ya Rabbal Alamin. (*)