GOPOS.ID, GORONTALO – Fenomena maraknya menghirup lem di kalangan remaja dan anak-anak, turut menjadi perhatian Badan Nasional Narkotika Provinsi (BNNP) Gorontalo. Berkaitan hal itu, BNNP Gorontalo turut sediakan layanan pemulihan/rehabilitasi bagi anak yang kecanduan lem.
Kepala Seksi Pasca Rehab BNNP Gorontalo, Lee Chandra Wahidji, menjelaskan perawatan dan layanan rehabilitasi terhadap pasien yang mengalami kecanduan zat adiktif dilakukan sesuai hasil assessment (pengujian, red). Hal itu untuk mengecek atau mengukur tingkat kecanduan pasien.
“Kategori yang akan di-assessment meliputi tingkat A dan B yang masuk dalam kategori pemula atau coba-coba. Kemudian tingkat C dan D yang masuk dalam kategori pecandu. Khusus yang masuk kategori pecandu memiliki tingkat perawatan khusus,” ujar Lee Chandra.
Menurut Lee Chandra, apabila hasil assessment menunjukkan tingkat C atau D, maka pasien yang bersangkutan akan dirujuk rawat inap. Sebab, tingkat kecanduan terhadap zat adiktif pasien tersebut sudah sangat tinggi.
“Pasien akan ditangani oleh Klinik Pratama Rawat di BNNP Gorontalo,” kata Lee Chandra.
“Jadi kita memang memiliki klinik rawat jalan dan rawat inap khusus, untuk para pecandu yang tingkat pemakaianya masih ringan,” sambungnya
Jika pasien akan dirawat jalan, maka harus mengikuti 8 kali konseling. Selain itu pasien akan mengikuti beberapa metode rehabilitasi yang dilaksanakan BNNP. Setelah program rehabilitasi rawat jalan, akan dilanjutkan pada tahap pasca rehabilitasi.
“Pasca rehabilitasi ada 7 kali pertemuan selama 2 bulan. Mereka akan diberikan pelatihan mengenai cara mencegah kekambuhan,” tutur perempuan berjilbab itu.
Baca juga: Passing Grade SKD CPNS 2019 Turun, Jumlah Soal Berubah
Selain itu Lee Chandra juga menambahkan, BNNP turut fokus pada proses pasca rehabilitasi, karena banyak ditemukan kasus pasien yang telah sembuh kembali kecanduan.
“Dia bisa suatu saat akan muncul kembali, dan ini kita juga tekankan kepada orang tua. Kita juga menggelar seminar pengembangan diri bagi si pasien, selama dua kali dengan mengundang fasilitator dari luar atau bahkan psikolog anak,” tambahnya.
Ada juga Family Support Group, yaitu akan turut mengundang juga orang tua. Hal ini bertujuan untuk mengoptimalkan kembali, peran orang tua untuk kembali melakukan penjagaan terhadap anak, setelah berhasil diobati.
“Sehingga, peran orang tua, juga sangat tekankan untuk membantu proses penyembuhan anak,” imbau Lee Chandra.(Aldy/gopos)