Oleh:
Nurlia Djafar, Sitti Roskina Mas, Abdul Haris Panai
(Penulis adalah Mahasiswa dan Dosen Program Doktor Pendidikan pada Universitas Negeri Gorontalo)
Setiap negara mengembangkan sistem pendidikan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan penduduk. Keyakinan akan pentingnya pendidikan yang dapat mengubah peradapan manusia kepada pembentukan sistem pendidikan dirasa dapat menjadi sarana untuk usaha pencapaian tujuan pendidikan. Saat ini jika dilihat dari berbagai sistem pendidikan di dunia terdapat kesamaan dalam hal prinsip pendidikan meskipun terdapat perbedaan di berbagai tingkatan dan teknis pelaksanaan. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi berbagai negara dengan tingkat perkembangan yang berbeda secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan sistem pendidikan di masing – masing negara. Diperlukan sebuah kesadaran untuk melakukan studi komparatif terhadap sistem pendidikan berbagai negara sebagai upaya untuk membandingkan sistem pendidikan yang ada dengan sistem pendidikan yang lainnya. Dengan adanya studi komparatif maka diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan dan perbaikan pendidikan. Studi komparatif ini selain digunakan untuk kaji banding, juga digunakan untuk melakukan penilaian terhadap komponen dari sistem pendidikan suatu negara. Dalam makalah ini, penulis mencoba untuk melakukan penilaian terhadap beberapa negara maju jika dilihat dalam dari sistem pendidikan yang berlaku yaitu antara Negara Jepang dan China dari aspek sejarahnya. Proses penilaian ini bertujuan untuk mengkaji perbedaan berdasarkan prinsip studi perbandingan dan memberikan deskripsi sebagai hasil yang diharapkan menjadi kontribusi sebagai saran untuk perkembangan sistem pendidikan di Indonesia yang lebih baik.
Sejarah Pembentukan Sistem Pendidikan Tinggi Program Sarjana (S1) Di Jepang
Sejarah pendidikan Negara Jepang secara umum dapat dibagi dalam dua periode yaitu sebelum perang dunia ke dua dan setelah perang dunia kedua. Sebelum perang dunia ke dua kebijakan pendidikan negara Jepang dirangkum dalam salinan Naskah Kekaisaran mengenai pendidikan yang disebut dengan Imperial Rescript on Education. Materi atau pelajaran yang diajarkan cenderung mengajarkan pada kesetiaan dan kepatuhan dari generasi kegenerasi dengan tetap memperhatikan dan menerapkan nilai-nilai estetika (Arifin, 2003).
Perbandingan antara sistem pendidikan tinggi program sarjana (S1) di Jepang dan China dapat dilihat dari berbagai aspek, termasuk sejarah. Meskipun kedua negara memiliki sejarah panjang dalam bidang pendidikan, ada perbedaan signifikan dalam perkembangan sistem pendidikan tinggi mereka. Di jepang banyak dipengaruhi oleh tradisi kuno. Jepang telah mengadopsi banyak elemen dari sistem pendidikan Tiongkok kuno, terutama selama periode Nara dan Heian. Sistem pendidikan klasik di Jepang terutama didasarkan pada konsep-konsep dari filsafat Konfusius. Sistem pendidikan klasik di Jepang, terutama didasarkan pada konsep-konsep dari filsafat Konfusius, mencakup pengaruh yang signifikan dari ajaran Konfusianisme dalam pembentukan sistem pendidikan di Jepang. Konfusianisme, yang didirikan oleh Konfusius pada abad ke-6 SM, lebih merupakan petunjuk tingkah laku berdasarkan moral daripada suatu bentuk iman kepercayaan tertentu. Ajaran Konfusianisme menekankan etika, cinta akan kebenaran, tata-krama, dan kepemimpinan yang bijaksana, yang disusun untuk memberikan inspirasi dan melestarikan pengelolaan keluarga dan masyarakat secara tepat.
Dalam konteks pendidikan di Jepang, pengaruh Konfusianisme tercermin dalam nilai-nilai moral, etika, dan kepemimpinan yang diajarkan dalam sistem pendidikan klasik. Selain itu, ajaran Konfusianisme juga memengaruhi sistem administrasi sipil, upacara, dan pengembangan sistem pendidikan di Jepang. Meskipun tidak tersedia informasi spesifik mengenai implementasi ajaran Konfusianisme dalam sistem pendidikan klasik Jepang, pengaruhnya dapat dilihat dalam nilai-nilai yang ditekankan dalam pendidikan tradisional Jepang. Selanjutnya dipengaruhi oleh Periode Meiji : Zaman Meiji merupakan suatu masa pemerintahan di Jepang pada tahun 1868 sampai dengan 1912. Kebijaksanaan politik yang dijalankan dalam modernisasi pendidikan pada masa Meiji dapat diketahui dengan dilaksanakannya sistem pendidikan yang disebut Gakusei yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Jepang (1872) yang memuat rencana sistem pendidikan secara umum. Pemerintahan ini ditandai dengan perubahan besar-besaran mengenai kehidupan masyarakat Jepang. Perubahan paling utama adalah dibukanya kembali negara Jepang terhadap bangsa-bangsa asing. Setelah 2,5 tahun Jepang menutup diri karena politik pemerintahan Tokugawa yang akhirnya menyadari ternyata mereka tertinggal kemajuannya akibat politik isolasi yang dijalankan Tokugawa. Perubahan terbesar yang dilakukan pemerintah Meiji untuk mewujudkan negara industri adalah dengan melaksanakan pembaharuan pendidikan, yaitu dengan melancarkan kebijakan pendidikan wajib (Gimu Kyoiku) secara nasional.
Pada masa sebelum Meiji di Jepang sudah ada lembaga pendidikan Terakoya yang diperuntukkan bagi pendidikan rakyat biasa. Setelah masa Meiji, barulah dikembangkan sistem pendidikan Barat. Sistem tersebut masuk ke Jepang dipengaruhi oleh adanya perubahan politik pada masa itu. Akibat diadakannya politik pintu terbuka, maka saat masa itu banyak para pelajar Jepang dikirim ke Barat. Kebijaksanaan politik yang dijalankan dalam modernisasi pendidikan pada masa Meiji dapat diketahui dengan dilaksanakannya sistem pendidikan yang disebut Gakusei yang 4 dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Jepang (1872) yang memuat rencana sistem pendidikan secara umum. Sistem pendidikan tersebut diatur dan dilaksanakan seluruhnya oleh Departemen Pendidikan yang juga membuat kurikulum dan buku pelajaran berdasarkan buku-buku Barat yang diberlakukan sama untuk seluruh Jepang. Pada pedoman sistem pendidikan Barat ini diadakan pembangunan Sekolah Dasar sekitar 53.000 buah yang menerapkan sistem pendidikan Barat bagi anak-anak yang berusia 8 tahun hingga 14 tahun. Selain itu dibangun pula sekolah menengah dan universitas-universitas.
Berikutnya pada awal abad ke-20, Jepang mendirikan universitas-universitas modern berdasarkan model Barat. Universitas Tokyo, didirikan pada tahun 1877, menjadi lembaga pendidikan tinggi terkemuka dan mengadopsi model Eropa dan Amerika. Jepang kemudian mengembangkan sistem pendidikan tinggi yang fokus pada riset dan inovasi, menyumbang banyak terhadap kemajuan teknologi dan sains. Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, Jepang meningkatkan fokusnya pada riset sains dan teknologi. Banyak universitas Jepang mendapat pengakuan internasional dalam bidang riset tertentu, terutama dalam teknologi informasi, teknik, dan ilmu kedokteran. Pemerintah Jepang mengakui peran penting pendidikan tinggi dalam mendorong inovasi ekonomi dan pembangunan teknologi. Perguruan tinggi dan universitas di Jepang terus mendapatkan dukungan untuk menjalankan penelitian dan proyek inovatif.
Sejarah Pembentukan Sistem Pendidikan Tinggi Program Sarjana (S1) Di China
Pendidikan tinggi di China dimulai dengan berdirinya universitas negeri pertama di tahun 1896 (Joen Parningotan Purba, 2019). Pendidikan di China memiliki sejarah yang sangat panjang, dengan konsep konfusianisme sebagai dasar pendidikan tradisional. Sistem pendidikan Tiongkok klasik didasarkan pada ujian kekaisaran yang ketat. Setelah Revolusi Xinhai pada tahun 1911, Tiongkok memasuki era Republik dan mencoba mengadopsi model pendidikan Barat.
Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, China mengalami periode transformasi besar-besaran yang melibatkan modernisasi pendidikan. Perguruan tinggi modern mulai didirikan, sering kali didasarkan pada model Barat. Banyak di antaranya didirikan oleh misionaris Barat dan memiliki kurikulum yang mencakup studi ilmiah dan humaniora modern. Selama periode Mao Zedong, fokus utama adalah pendidikan sosialis dan pembangunan sosialisme. Sejak Reformasi dan Pembukaan pada akhir 1970-an, Tiongkok telah mengalami perubahan besar di sektor pendidikan. Pendidikan tinggi berkembang pesat, dengan pembentukan banyak universitas dan perguruan tinggi. Setelah runtuhnya kekaisaran Tiongkok, pada awal abad ke-20, era Republik Tiongkok memperkenalkan berbagai reformasi pendidikan, termasuk pendirian universitas-universitas baru. Perguruan tinggi semakin terbuka bagi berbagai lapisan masyarakat, dan program-program sarjana mulai ditawarkan dalam berbagai disiplin ilmu. Tiongkok, seperti Jepang, kini memasukkan fokus besar pada riset dan pengembangan dalam pendidikan tinggi.
Sejak akhir abad ke-20 hingga awal abad ke-21, China telah mengalami ledakan dalam jumlah perguruan tinggi dan jumlah siswa yang mengikuti pendidikan tinggi. Program sarjana menjadi semakin umum, dan banyak universitas di seluruh China menawarkan berbagai program sarjana dalam berbagai disiplin ilmu. Pemerintah China terus berinvestasi dalam pembangunan pendidikan tinggi, dengan tujuan meningkatkan kualitas dan reputasi universitas-universitasnya secara internasional. Ini termasuk peningkatan fokus pada penelitian dan inovasi dalam program-program sarjana.
Kesimpulannya Jepang terpengaruh oleh modernisasi Barat dan mengadopsi model pendidikan tinggi yang mirip dengan Barat, China memiliki sejarah panjang dalam pendidikan tinggi dan mengalami modernisasi yang dipengaruhi oleh ideologi komunis serta fokus pada pembangunan ekonomi dan teknologi. Kedua negara telah menghasilkan sistem pendidikan tinggi yang kuat dengan pengaruh dan karakteristik masing-masing.
Referensi
Agustiar Syah Nur, (2001), Perbandingan system pendidikan, Bandung : Lubuk
Agung
H.A.R Tilaar, (1994), Manajemen pendidikan nasional, Bandung : Rosdakarya
Ary, G. (1996), Administrasi Sekolah : Administrasi Pendidikan Mikro. Jakarta :
Rineka Cipta
Atmodiwirto, Soebagio, (2000), Manajemen Pendidikan Indonesia, Jakarta :
Ardadizya jaya
Engkoswara, (1987), Dasar-dasar Administrasi Pendidikan, Jakarta ; Dirjen
Dikti Depdikbud
https://jasso.or.id/study-in-japan/program-sarjana-s-1.html di akses 29 februari 2024 Pukul 08.00 WITA
Syakhrani Wahab Abdul, (2022), Journal Of Education Sistem Pendidikan Di Negara china, hal (413-420)