GOPOS.ID, MARISA – Sejumlah warga mengeluhkan pelayanan klinik Prima Farma yang merupakan tempat praktek dokter anak di Desa Buntulia Jaya, Kecamatan Duhiadaa, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo. Hal itu juga buntut dari sikap sang dokter yang dinilai tidak patut dalam melakukan pelayanan sesuai dengan profesinya.
Hal itu diungkapkan Refly Yusuf warga Desa Maleo, Kecamatan Paguat, Pohuwato saat membawa anaknya berobat di klinik tersebut pada Senin malam (30/10/2023).
Ceritanya, Refly bersama istrinya hendak membawa anaknya berobat di praktek dokter spesialis anak di klinik Prima Farma, yakni dokter Dian Ikagustina Tambunan, sekitar pukul 19.00 Wita. Saat itu anaknya Refly diketahui mengalami sakit demam, mata bengkak, juga amandel.
Tiba di tempat praktek, Refly mendapat nomor antrian 10 yang diberikan oleh asisten dokter. Diketahui, praktek dokter anak itu memang dibatasi hanya 10 pasien per harinya untuk dilayani.
Saat menunggu antrian yang begitu lama, Refly sempat keluar bersama anaknya dan berselang 40 menit kemudian Refly kembali ke tempat praktek dokter anak tersebut. Saat kembali itu, yang dilayani oleh dokter baru nomor antrian 3.
Merasa ada yang aneh, Refly pun menanyakan kepada orang tua pasien lain yang memegang antrian nomor 5. Orang tua tersebut kemudian mengatakan bahwa sang dokter mengutamakan pasien tanpa nomor antrian.
Karena merasa diperlakukan tidak adil, orang tua lainnya dengan nomor antrian 9 protes kepada asisten dokter hingga orang tua tersebut pulang tak jadi berobat.
Refly kemudian berinisiatif menanyakan kepada petugas apotek terkait dengan pelayanan dokter Dian Tambunan, dokter spesialis anak itu, terutama layanan pasien yang tidak menggunakan nomor antrian.
Refly pun sempat melontarkan kalimat, bahwa jangan sampai kejadian seperti akan viral di media sosial. Rupanya penyampaian itu didengar asisten dokter dan dilaporkan kepada dokter Dian Tambunan. Beberapa menit kemudian, dokter Dian Tambunan pun keluar dengan suara lantang menyemprot orang tua pasien.
“Kau mo kase viral saya? Kau tau ini bukan institusi, ini praktek saya, jadi suka-suka saya mo menerima pasien, jadi terserah saya,” ungkap Refly, menirukan penyampaian sang dokter.
Refly saat itu pun diam dan tak ingin memperpanjang masalah. Dan ketika giliran anaknya mendapatkan pelayanan setelah 3 jam menunggu, Refly kaget ketika sang dokter tidak ingin memeriksa anaknya yang sedang sakit. Bahkan sang dokter meminta Refly untuk mencari tempat praktek dokter lain.
“Bawa saja ti pak pe anak, saya sudah hilang mood ba periksa anaknya bapak. Saya so tidak mo dapa depe saki kalo so model begini,” timpal dokter Dian Tambunan saat itu.
“Saya sangat menyesalkan ini, anak kami tidak dilayani. Sebenarnya kan dokter marah sama saya, bukan anak saya. Dokter urusan dengan saya, bukan dengan anak saya,” kecam Refly.
Dikonfirmasi terpisah, dokter spesialis anak, Dian Ikagustina Tambunan rupanya tidak membantah hal itu. Kepada Gopos.id, dokter Dian beralasan mendahulukan pasien tanpa nomor antrian karena telah janjian sejak pagi harinya.
“Dua pasien masuk tanpa menggunakan nomor antrian memang sudah janjian dengan saya, mereka (pasien) bukan tidak punya antrian, tapi saya memang yang menyuruhnya masuk,” ujar dr Dian Tambunan, Selasa (31/10/2023).
Dia juga mengaku mendapat ancaman dari Refly, sang orang tua pasien, dengan dalih ingin memviralkan pelayanan di kliniknya. Olehnya, hal itu langsung membuatnya keluar dari ruangan praktek menemui Refly.
“Mendengar perkataan itu saya keluar, saya lihat sudah antrian nomor 7. Saya bilang ‘Bapak mau memviralkan saya? Bapak, maaf ini adalah tempat praktek, jadi terserah saya,” sanggah dr Dian.
Malah sang dokter mengatakan bahwa jika dalam melaksanakan tugasnya sebagai dokter anak, yang harus diobati bukan hanya penyakit anaknya, tetapi psikologi orang tuanya pula.
“Kita mengobati bukan hanya penyakit anak saja, tetapi juga psikologis orang tuanya. Saya tahu psikologi orang tuanya, tapi jangan ancam saya,” tandasnya.(Yusuf/Gopos)