Pendidikan menjadi pondasi untuk mempersiapkan masa depan yang cerah. Oleh karena pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi generasi muda penerus dan pembentuk karakter bangsa.
Indra Saud, Gorontalo-Gopos.id
Pulau Mansinam di Kota Manokwari, Papua Barat, merupakan salah satu pulau yang sangat penting di Papua. Pulau yang memiliki luas 2,5 kilometer bujur sangkar ini memiliki alam yang indah dan eksotis. Tak hanya itu, pulau yang dihuni sekitar 3.000 jiwa ini memiliki nilai historis. Di Pulau Mansinam kali pertama injil disebarkan di Tanah Papua.
Dengan keindahan alam yang eksostis serta nilai sejarah religi membuat Pulau Mansinam memiliki daya tarik wisata. Setiap tahun pada 5 Februari, banyak orang berdatangan ke Pulau Mansinam untuk memeringati hari Pekabaran Injil di Tanah Papua.
Namun di balik eksositisme yang ada, kondisi layanan dasar di Pulau Mansinam masih terbatas. Salah satunya menyangkut pendidikan. Meski hanya berjarak sekitar 15 menit dari Kota Manokwari, akses pendidikan baik dari sisi fasilitas maupun materi pembelajaran, oleh anak-anak usia sekolah sangat minim. Dampaknya banyak anak-anak di Pulau Mansinam belum lancar membaca, bahkan mengenali huruf. Padahal ada di antara mereka sudah duduk di jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Situasi tersebut memantik rasa peduli Bhrisco Jordy Dudi Padatu. Pemuda yang lahir dan tumbuh di Manokwari, Papua Barat. Bermula ketika Jordy-sapaan akrab Brischo Jordy-pulang ke Manokwari, usai menimba ilmu di President University, Jakarta. Tepatnya pada 2020. Saat itu, Jordy pergi ke pulau Mansinam dan menemukan anak-anak yang belum bisa membaca dan menulis.
Jordy menemukan situasi tersebut dipengaruhi oleh kondisi akses pendidikan yang terbatas. Terutama dalam hal fasilitas literasi, dan ketersediaan tenaga pengajar. Selain itu kondisi ekonomi masyarakat turut mempengaruhi terbatasnya anak-anak di Pulau Mansinam untuk mengakses pendidikan.
Berangkat dari apa yang dijumpai, Jordy yang mengeyam pendidikan Ekonomi ini membulatkan tekad untuk membantu akses pendidikan bagi anak-anak di Pulau Mansinam. Fokusnya saat itu terbilang sederhana. Yaitu membantu anak-anak di Pulau Mansinam bisa membaca dan menulis. Maka Jordy memutuskan membentuk sebuah gerakan yang diberi nama Papua Future Project.
Gerakan Papua Future Project melibatkan anak-anak muda di Manokwari yang memiliki ketertarikan terhadap literasi membaca. Adapun tujuan yang hendak dicapai yakni pendidikan berkelanjutan. Dengan misi tersebut Jordy dan rekan-rekan volunteer berupaya mendukung pemerataan fasilitas pendidikan di daerah 3 T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Maka dengan konsep tersebut, Jordy melalui Papua Future Project mengembangkan pojok membaca bagi anak-anak di Pulau Mansiman.
“Kami juga berfokus melatih tenaga pendidik lokal terkait pembelajaran holistik. Karena memang pembelajaran di daerah 3 T itu harus holistik dalam artian harus kontekstual. Namun sayangnya guru-guru di pedalaman itu belum mendapatkan pelatihan seputaran kurikulum merdeka, maupun pendidikan holistik,” ungkap Jordy dalam talkshow Good Movement Kisah Inspiratif Penerima SATU Indonesia Awards yang diselenggarakan GNFI Academy, 21 Agustus 2023.
Selain pendidikan formal, Papua Future Project juga turut memberikan pendidikan nonformal. Seperti masalah lingkungan, pengembangan diri, hingga perubahan iklim. Menariknya, pembelajaran dibalut dalam kurikulum kontekstual. Materi diambil kegiatan yang dekat dengan keseharian masyarakat. Termasuk mengintegrasikan nilai adat.
Salah satu bentuk pembelajaran literasi membaca oleh Papua Future Project adalah ular tangga membaca. Dengan cara bermain bersama pelajaran yang diberikan tidak terasa membebani anak-anak.
Selangkah demi selangkah. Program literasi yang dilakukan Jordy melalui Papua Future Project memberikan hasil positif. Anak-anak di Pulau Mansinam mulai mampu membaca dan menulis.
“Mereka sudah bisa menulis nama saya lalu nama mereka. Ini sebuah kebahagiaan tersendiri bagi kami,” kata Jordy.
Dalam pembelajaran, Papua Future Projcet bekerja sama dengan para pakar/ahli dan bekerja sama dengan beberapa NGO. Seperti Unicef Indonesia. Kolaborasi dibangun untuk membuat pembelajaran holistik seperti kepedulian lingkungan, memperkuat basic literasi, pemanfaatan teknologi, bahasa inggris, karakter dan sebagainya.
“Kita berupaya pendidikan itu bukan sekadar informasi tetapi menjadi jawaban atau problem solving di masyarakat yang adat. Ini juga harapan aku Papua Future Project ini menjadi wadah untuk anak-anak berpartisipasi secara aktif,” beber Jordy.
Dukungan SATU Indonesia
Perjalanan Bhrisco Jordy Dudi Padatu mendorong literasi membaca dan menulis untuk anak-anak di Papua melalui Papua Future Project bukan sebuah perjalanan yang mulus tanpa rintangan. Sebaliknya berbagai tantangan mewarnai perjalanan Jordy menapaki perjalanan Papua Future Project selangkah demi selangkah.
Salah satu tantangan yang cukup berat yang dihadapi Jordy adalah minimnya ketertarikan anak-anak muda papua untuk menjadi volunteer. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya kondisi medan yang berada di wilayah terpencil atau jauh dari pusat perkotaan. Memang tak mudah mengajak anak-anak muda yang biasa hidup di wilayah perkotaan untuk beraktivitas di daerah yang serba terbatas.
Tantangan lain adalah terbatasnya sumber daya yang dimiliki. Hal ini membuat Papua Future Project saat itu baru bisa menjangkau satu wilayah, yakni di Pulau Mansinam.
Beruntung di tengah menghadapi beragam tantangan, Jordy mendapat dukungan dari Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2022. Ia menjadi salah satu penerima penghargaan SATU Indonesia Award di bidang pendidikan.
“SATU Indonesia Awards ini memberikan dukungan positif terhadap program yang dilaksanakan oleh Papua Future Project,” ungkap Jordy.
Dengan adanya dukungan SATU Indonesia Awards, kini program yang dilaksanakan oleh Jordy dan kawan-kawan dalam Papua Future Project bisa menjangkau 14 kampung di wilayah Papua Barat dan Papua Barat Daya. Wilayah tersebut tersebar di 8 kabupaten/kota.
“Ada sekitar 725 anak yang sudah mendapatkan hasil dari program-program kami. Program kami membangun pojok membaca, kemudian kelas belajar, dan kami sudah melibatkan kurang lebih 250 anak muda se-Indonesia untuk berpartisipasi aktif sebagai volunteer online maupun offline,” urai Jordy.
Dari Komunitas Menjadi Lembaga
Langkah positif dan berbagai pencapaian membuat Jordy dan kawan-kawan makin bersemangat menjalankan program literasi untuk anak-anak Papua. Oleh karena itu mereka berupaya agar Papua Future Project yang saat ini berbentuk sebuah komunitas ke depannya menjadi sebuah lembaga.
Upaya tersebut dilakukan agar jangkauan dan dampak yang dihasilkan dari program Papua Future Project semakin luas.
“Untuk membahas persoalan pendidikan di Papua itu sangat kompleks. Mulai dari sisi geografisnya, fasilitas, tenaga pendidik, karena pada dasarnya pendidikan di Papua starting poinnya berbeda,” ujar Jordy.
Ia berharap kerja sama seluruh stake holder terkait dapat terbangun. Berbicara pendidikan itu perlu sekali kerja sama stake holder dari tingkatan terkecil hingga pemerintah pusat itu harus saling bekerja sama untuk melihat persoalan di daerah tersebut.
“Kami berharap komunitas ini tak berhenti di sini saja, tetapi juga menjangkau banyak kampung-kampung, mau target di 2025 sudah 100 kampung yang bangun itu membutuhkan dukungan teman-teman anak muda semua,” tandasnya.(***)