Kesuksesan Yudi Efrinaldi membangun usaha Es Gak Beres memberikan banyak pembelajaran penting. Pemuda asal Asahan, Sumatera Utara (Sumut) ini membuktikan tak ada yang tak mungkin dalam berusaha. Keteguhan tekad, optimisme, serta kerja keras dibarengi inovasi, menjadi kata kunci dalam meraih kesuksesan.
Muh. Arif H. Bina, Gopos.id
Kondisi ekonomi yang menurun membuat Yudi Efrinaldi harus memutar otak memenuhi kebutuhan hidup. Pria yang berlatar belakang honorer ini lalu memutuskan membuka usaha di tahun 2019. Awalnya Yudi mencoba peruntungan di dunia usaha dengan berjualan bubur ayam di pinggir jalan. Lalu kemudian pisang goreng krispi secara online pertama di Kisaran.
Namun usaha bubur ayam dan pisang goreng krispi belum membuahkan hasil maksimal. Hal itu membuat Yudi Efrinaldi kembali mencari ide dan gagasan untuk menemukan usaha yang bisa menghasilkan.
Memanfaatkan momen Ramadan, Yudi Efrinaldi lalu mencoba berjualan es. Bahan baku es dibuat dari buah yang diblender. Bermodalkan sebuah gerobak dan meja kecil, Yudi menjajakan es buatannya di pinggir jalan. Selain itu Yudi memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan es buatannya.
“Promosi melalui media sosial ikut menunjang. Minuman es laris. Kita buka pukul 15.00 sebelum magrib atau pukul 18.00 itu sudah habis,” ungkap Yudi Efrinaldi dalam diskusi virtual Good Movement “Inspirasi dari Kisah Sukses”: Membangun Masa Depan Melalui Kewirausahaan Bersama Penerima SATU Indonesia Awards, yang diselenggarakan GNFI Academy, Senin (2/10/2023).
Cita rasa yang enak, serta ditunjang promosi yang tepat, membuat es buatan Yudi menjadi incaran konsumen. Alhasil ada beberapa konsumen terpaksa tak kebagian lantaran es yang dijajakan Yudi sudah habis terjual.
“Ada satu pelanggan itu dia komplen. Dia selalu nggak kebagian karena sudah habis. Maka dia bilang memang es kau ini gak beres,” ungkap Yudi.
Kalimat yang dilontarkan pelanggan tersebut menginspirasi Yudi untuk menjadikan brand minuman es yang dijualnya. Maka lahirlah brand Es Gak Beres. Dengan nama tersebut mengundang rasa penasaran orang. Mereka lalu mencoba dan kemudian tertarik untuk membeli. Apalagi harga yang ditawarkan terbilang cukup terjangkau.
Pasca lebaran Idulfitri, Yudi kembali melanjutkan Es Gak Beres dengan bahan baku serta racikan sama seperti yang dijual saat Ramadan. Tapi berbeda dengan saat Ramadan, pengunjung atau pembeli yang datang lebih sedikit. Alhasil stok jualan yang disimpan dalam tong-tong tak habis terjual.
“Karena tak habis terjual dari pagi sampai sore itu rasanya sudah berubah. Jadi tak enak lagi,” ungkap Yudi Efrinaldi.
Ironinya ada pelanggan yang membeli dan mencicipi. Karena rasa yang sudah berubah tersebut, Es Gak Beres di-bully di media sosial.
“Jujur kita sempat down saat usaha di-bully media sosial,” ujar Yudi.
Yudi berusaha kembali bangkit. Ia lalu menjelajahi Youtube untuk mencari resep minuman kekinian. Lalu secara otodidak, Yudi mempraktekkan resep yang didapat di Youtube. Resep tersebut divariasikan dengan aneka buah. Percobaan dilakukan berkali-kali untuk menemukan resep yang pas.
“Setelah pelanggan mencoba ternyata rasanya enak. Akhirnya viral,” tutur Yudi.
Berkat kegigihannya, kini Yudi telah memiliki hampir 500 mitra cabang Es Gak Beres di berbagai daerah. Jumlah tersebut tersebar di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Aceh, Jambi, Lampung, Kalimantan Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Kini Yudi bisa meraup omzet antara Rp100 hingga Rp150 juta per bulan dari penjualan bahan baku ke mitra cabang. Perkembangan usaha ini juga telah membantu mempekerjakan 40 orang karyawan di bidang produksi bahan baku dan 10 orang untuk pengelolaan Cafe dan Resto.
Menjaga Eksinstensi di Tengah Kompetisi
Lazimnya dalam dunia usaha. Ketika ada sebuah usaha yang sedang naik daun, maka dibarengi dengan persaingan atau kompetisi. Hal itu ikut dialami Yudi Efrinaldi dalam mengembangkan Es Gak Beres. Saat es buatannya viral, maka Yudi pun diperhadapkan pada situasi menjaga eksistensi di tengah kompetisi.
“Karena viral banyak juga yang ikut. Bikin es yang sama,” ungka Yudi.
Menurut Yudi, salah satu kunci keberhasilan tetap eksis di tengah kompetisi adalah menjaga kualitas. Cita rasa yang menjadi ciri khas tetap dijaga.
“Kita pertahankan rasa, kualitas bahan bakunya juga dijaga,” kata Yudi.
Langkah tersebut efektif. Meski banyak yang ikut membuka usaha yang sama, Es Gak Beres terus tumbuh. Hasil pengembangan cabang Es Gak Beres bahkan dapat digunakan untuk membangun sebuah Cafe dan Resto pada Desember 2020 lalu. Cafe ini juga menjadi salah satu upaya Yudi untuk mempertahankan merek agar dapat berkembang dan bertahan lebih lama lagi.
Di sisi lain, Yudi mengaku sempat terdampak saat masa pendemi. Penjualan Es Gak Beres mengalami penurunan. Sejumlah mitra yang sebelumnya aktif berjualan memilih untuk berhenti berjualan. Meski begitu, Yudi tetap optimistis. Ia terus bangkit berusaha dan terus bertahan hingga saat ini.
SATU Indonesia Awards dan Program Sosial
Kesuksesan mengembangkan Es Gak Beres membawa Yudi Efrinaldi menjadi penerima Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Award di bidang Kewirausahaan 2021. Yudi yang dinilai memiliki peran besar dalam mengembangkan kewirausahaan. Usaha itu tak memberi dampak terhadap dirinya, tetapi juga mendatangkan dampak positif bagi masyarakat. Termasuk menciptakan peluang kerja di berbagai daerah.
“Apresiasi ini menjadi sebuah motivasi untuk terus berusaha. Terutama mendorong tumbuhnya para wirausahawan baru di kalangan generasi muda,” terang Yudi.
Menurut Yudi, pengembangan usaha Es Gak Beres tidak hanya pada sisi ekonomi saja. Tetapi juga pada sisi sosial seperti penciptaan lapangan kerja hingga memberikan bantuan ambulans bagi masyarakat.
“Di samping jualan, kita juga punya pelayanan sosial. Seperti ambulans gratis, pembagian sembako, makanan gratis setiap jumat. Kawan-kawan mitra di Sumatera Utara, Aceh dan Riau juga kumpulin donasi. Jadi tidak hanya jualan, tetapi juga ikut memikirkan orang lain,” urai Yudi.(***)