GOPOS.ID, GORONTALO – Kehadiran politik identitas bisa merusak demokrasi bangsa, perpecahan antar umat beragama bisa saja terjadi. Inilah yang mendorong Menteri Agama RI, H. Yaqut Cholil Qoumas meminta agar masyarakat tidak memilih pemimpin yang menggunakan agama sebagai kepentingan politik.
Menanggapi ini, Ketua Pimpinan Wilayah Gerakan Pemuda (PW GP) Ansor Gorontalo, Dikson Yasin turut mendukung upaya Gus Men (sapaan akrab Menag Gus Yaqut) agar masyarakat tidak terkotak-kotak pada pesta Demokrasi 2024 mendatang.
Kebinekaan menurut Dikson patut untuk dirawat dan dijaga.
“Jangan sampai hanya karena Pemilu 5 tahun sekali, masyarakat kita akan terpecah dan mudah terprovokasi. Kami tentu mendukung upaya Menag Gus Yaqut agar dalam Pemilu 2024 mendatang tidak ada figur yang membawa-bawa identitas agama untuk pentingan politik calon tertentu,” ucap Dikson.
Dikson menuturkan niat Gus Men sejatinya sangat baik untuk masyarakat Indonesia. Sebab jika agama sudah dibawa ke ranah politi maka akan mudah merusak kehidupan berbagsa dan bernegara serta dapat mencederai persatuan dan kesatuan di negara ini.
Apalagi kandidat calon Presiden maupun wakil presiden yang sudah mendeklarasikan diri adalah putra terbaik bangsa yang memiliki niat memajukan negara.
“Kita tinggalkan identitas yang merusak nilai-nilai politik yang diwujudkan di tahun 2024. Para kandidat calon Presiden dan wakil Presiden kita nanti adalah putra terbaik bangsa, sehingga jangan dikotak-kotakkan di dalam identitas agama,” paparnya.
Bagi GP Ansor Gorontalo dikatakan Dikson sangat tidak baik jika kemudian masuk dan mempolitisasi agama itu sendiri. Sebagai warga negara, tentunya telah mampu menjaga keharmonisan kebinakaan.
“Sebagai badan otonom NU saya sebagai ketua PJ GP Ansor Prov. Gorontalo, sangat tegak lurus dengan pernyataan Menag RI bahwa kita memposisikan agama pada nilai indenpedensi tanpa harus interpensi dengan kepentingan apapun yang notabene hanya kepentingan politik identitas,” tandasnya. (adm-01/gopos)