GOPOS.ID, KWANDANG – Peringatan HUT ke-78 Republik Indonesia (RI) merupakan momentum bersejarah bagi kemerdekaan Indonesia.
Dibalik momen bersejarah itu, terdapat sosok seorang siswa yang patut diberi julukan pahlawan. Adalah Riski Lamato, siswa dari Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 9 Gorontalo Utara.
Siswa kelas 10 yang berdomisili di Desa Hulawa, Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara ini mendadak menjadi topik pembicaraan dan dibanjiri pujian di kalangan masyarakat.
Itu setelah aksi nekatnya memanjat tiang bendera saat proses pengibaran bendera merah putih dalam peringatan HUT ke-78 RI, di Kecamatan Sumalata Timur, Kabupaten Gorontalo Utara, Kamis (17/8/2023).
Anak dari pasangan suami istri Irfan Lamato dan Yusra Laiya, nekat memanjat tiang bendera dengan ketinggi kurang lebih 15 meter, lantaran insiden putusnya tali bendera saat petugas penggerek bendera akan mengibarkan bendera.
Berkat aksi nekatnya, Riski kemudian diundang oleh Dandim 1314 Gorontalo Utara, Letkol Czi Adityo Bangun Pratomo saat kegiatan ramah tamah yang digelar Pemerintah daerah, untuk diberikan hadia atas jiwa pahlawan sang siswa.
“Saya sangat bangga atas dedikasi yang telah diberikan Riski. Tumbuhkan jiwa patriot cinta tanah air seperti adik Riski dan ini sebagai contoh buat siswa yang lain,” kata Dandim.
Dandim mengatakan memang kalau dilihat aksi nekat dari Riski terbilang membahayakan. Namun bagi mereka yang tidak memiliki keahlian khusus memanjat.
Soal memanjat sudah mejadi keahliannya tersendiri bagi Riski. Mengingat aksi nekat tersebut kerap dilakukan Riski ketika membantu orang tua saat memanjat pohon kelapa dan pinang.
“Jadi bagi yang tidak biasa memang membahayakan. Akan tetapi aksi tersebut menggambarkan bahwa Riski mempunyai jiwa patriot yang tinggi,” jelas Dandim.
Adapun hadiah yang diberikan kepada Riski, berupa tas sekolah, buku, topi dan tabungan pendidikan sebesar Rp2 juta. Memang tidak banyak yang diberikan, setidaknya bisa membantu dan meringankan beban dari keluarga Riski.
Riski sendiri merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Dia terlahir dari keluarga yang kurang mampu. Sang Ayah hanya seorang petani, sementara Ibu tercintanya Ibu Rumah Tangga (IRT) dan pedagang kecil. (isno/gopos)