GOPOS.ID , GORONTALO– Laporan adanya kasus yang menyerupai gejala klinis penyakit antraks di Desa Bakti, Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo.
Membuat tim Gerak Cepat (TGC) Respon KLB Provinsi Gorontalo langsung turun kelokasi untuk melakukan investigasi, Kamis (17/01/2019).
Ditemukan ada tiga warga Pulubala yang diduga terinfeksi antraks dari daging kambing yang mereka konsumsi.
Tercatat ada tiga orang yang menunjukan gejala klinis antraks kulit setelah sepekan mengkonsumsi daging kambing yang diduga terinfeksi bakteri Bacillus Anthracis. Parahnya lagi, daging kambing tersebut juga diberikan kepada 24 warga yang berada di sekitar.
Tim TGC Provinsi bersama petugas Kabupaten Gorontalo, yang telah berkoordinasi dengan pihak puskesmas dan Camat Pulubala untuk melakukan investigasi kasus di lapangan. Sekaligus memberikan sosialisasi tentang bahaya dan bagaimana pencegahan serta penanggulangan penyakit Antraks.
Menurut Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, dr. Irma Cahyani Ranti bahwa dari hasil investigasi diperoleh informasi bahwa kejadian dimulai sejak 4 Januari 2019.
Baca juga : Januari Ini, Fakultas Kedokteran UNG Mulai Jalan
“Lepas seminggu setelah mereka melakukan kontak itu, ada tiga warga yang suspect antraks. Dua sudah diobati di Puskesmas Pulubala. Sementara satu orang dirujuk ke rumah sakit MM Dunda Limboto untuk pemeriksaan lanjut,” kata dr. Irma.
Lantas bagaimana nasib ke 24 warga yang telah mengkonsumsi daging tersebut? Dikatakan dr. Irma bahwa warga yang kontak dengan daging kambing tersebut sudah disampaikan untuk segera ke puskesmas. Jika merasa ada keluhan terkait kesehatannya.
“Tenaga kesehatan Puskesmas sudah turun ke desa, yang makan itu diperiksa. Jika ada warga yang ada keluhan diobati dan yang tidak adakeluhan berarti tidak tertular,” jelasnya.
Lanjut dikatakan dr. Irma bahwa selain kambing yang disembelih tersebut, ada juga seekor kambing yang mati mendadak.
Baca juga : 3 Warga Pulubala Suspect Antraks
“Iya ada satu kambing mati mendadak. Yang mati itu anak kambing yang disembelih pemilik. Ditakutkan kambing yang disembelih tersebut sudah sakit, kemudian disembih. Itu yang masih kami cek lagi,” tambahnya.
Meski kasus ini sudah menunjukan gejala klinis penyakit Antraks. Namun tim perlu melakukan konfirmasi laboratorium untuk memastikan kasus tersebut.
“Apakah penderita ini positif Antraks atau tidak, harus dicek lagi. Untuk itu dilakukan pengambilan specimen pada penderita untuk dikirim ke laboratorium rujukan ke Balai Besar Penelitian Veteriner (BALITVET) Bogor maupun BALITVET Maros,” tandas dr. Irma. (ndi)