GOPOS.ID, GORONTALO – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Gorontalo terus mendorong agar remaja di Gorontalo untuk dapat meminimalisir nikah dini. Sebab jika banyak remaja yang buru-buru menikah, kemudian tidak mengetahui resiko nikah dini, maka akan menimbulkan berbagai masalahnya. Salah satunya yakni stunting terhadap anak.
Untuk mencegah agar remaja, khususnya perempuan menunda pernikahan hingga diusia yang matang, maka butuh peran-peran dari teman sebaya untuk melakukan edukasi tentang kesehatan reproduksi maupun resiko nikah dini.
Untuk itu, Jumat (25/3/2022), BKKBN Perwakilan Gorontalo melaksanakan Workshop Tentang Kita untuk Genre dan PIK Remaja. Para remaja termasuk yang bergabung dalam genre diajak berkolaborasi dalam mensosialisasikan pentingnya menunda pernikahan dini.
Menurut Kepala Perwakilan BKKBN Gorontalo, Hartati Suleman bahwa peran remaja sangat penting, karena mereka merupakan pendidik dan konselor bagi sebayanya, sehingga pemberdayaan terhadap remaja sangat dibutuhkan.
“Kita semua menyadari bahwa untuk menyasar remaja harus dilakukan dengan kekuatan dan pengaruh teman sebayanya serta dengan cara-cara yang relevan dengan remaja. Berbagai penelitian dan kajian menunjukkan teman sebaya begitu berpengaruh pada seorang remaja. Hasil SDKI Tahun 2017 menunjukkan kelompok sebaya dan orangtua terutama ibu menjadi tempat paling banyak dipilih oleh remaja untuk berdiskusi tentang kesehatan reproduksi yang dialaminya. Sebanyak 62 persen remaja perempuan dan 51 persen remaja laki-laki mengaku berdiskusi kesehatan reproduksi dengan temannya, dan 53 persen remaja perempuan serta 11 persen remaja laki-laki berdiskusi kespro dengan ibunya,”ucap Hartati Suleman.
Karena itu, perlu ada banyak remaja-remaja Indonesia yang tergerak hatinya untuk menjadi pendidik bagi teman sebayanya, yang secara sukarela mau berbagi informasi. Menjadi tempat curhat, menjadi teman ngobrol terkait dengan pergaulan, kehidupan, termasuk tentang kesehatan reproduksi yang dialaminya.
Dan oleh karena itu pula perlu adanya dokumen panduan/rujukan bagi seorang Pendidik Sebaya agar dapat menjalankan perannya sebaik mungkin.
Baca juga: BKKBN Perwakilan Gorontalo Dorong Pencatatan dan Pelaporan Poktan di Kabupaten/Kota Akurat dan Akuntabel
“Saya juga menyambut baik karena dalam setiap tahapan proses pengembangan Kurikulum dan Modul “Tentang Kita” ini sudah melibatkan representasi remaja dari berbagai segmentasi usia. Dengan demikian, semua yang tertuang dalam Kurikulum dan Modul “Tentang Kita” sudah terkonfirmasi oleh remaja sebagai calon pengguna dan calon penerima manfaat,” sambungnya.
Di tingkat nasional dilakukan Workshop/Training Pool of Trainer menghasilkan 23 trainer/fasilitator nasional, dan Workshop Nasional kepada 221 trainer/fasilitator provinsi.
Selanjutnya ada workshop tingkat provinsi yang melibatkan OPD KB Kab/Kota, dan ada dukungan OPD KB Kab/Kota setidaknya untuk melakukan orientasi kepada PIK Remaja lokus Pro PN di wilayahnya. Baru kemudian masing-masing PIK Remaja dapat menyampaikan substansi Modul Tentang Kita kepada remaja-remaja sasarannya.
“Saya minta kepada OPD DALDUK Kab/Kota dan PLKB untuk mengoptimalkan pelaksanaan Workshop Provinsi ini. Bagaimana kelompok PIK Remaja lokus Pro PN lainnya di Kab/Kota tersebut akan tahu /terpapar Modul Tentang Kita dari siapa? Bagaimana mereka akan menyampaikan substansi Modul Tentang Kita kalo mereka tidak mengetahui/tidak terpapar. Sedangkan indikator keberhasilan pelaksanaan Pro PN adalah PIK Remaja lokus Pro PN melakukan edukasi kespro dan perencanaan masa depan yang ada dalam Modul Tentang Kita. Saya mohon agar mereka didampingi, di bina dalam pelaksanaan kegiatanya dan yang penting juga agar laporan kegiatan dilaporkan setiap bulanya di aplikasi SIGA,” tandas Hartati. (andi/gopos)