Oleh: Hasanuddin Djadin
Semua orang tahu dan merasa bahwa jabatan wakil adalah “ban serep”, pengganti daripada tak ada, pemain cadangan kalau di sepak bola atau bola kaki. Ya, karena kewenangan dan tugas-pokok-fungsinya ya itu. Begitu itu. Hampir tak ada gunanya.
Banyak orang tak mengenali nama wakil presiden, wakil gubernur, wakil bupati, dan wakil walikota. Jabatan ini waktunya nyaris habis untuk seremoni dan memberi sambutan tertulis sesuai pesan “bos” yang dia wakili.
Berbeda ketika menyebut “wakil rakyat”. Karena wakil rakyat maka rakyat yang merasa sebagai “bos”, tidak sebaliknya. Berbaik-baiklah anggota parlemen dengan konstituennya. Apalagi mendekati Pemilu semacam sekarang ini.
Jadi, wakil itu untuk apa? Ya untuk sekadar menjadi wakil. Mungkin ada saja pemain cadangan yang berharap ada pergantian pemain, dan dialah yang menggantikan. Kenapa dia berharap begitu? Sebab kalau kau berada di bangku cadangan maka kamu tidak punya mainan. Kau punya mainan kalau kau di lapangan.
Menjadi aneh rasanya kalau manusia digiring memikirkan calon wakil yang pada akhirnya tidak ada ngaruhnya. Mending bahas Pileg, partai, caleg, lebih seru!(*)