GOPOS.ID, GORONTALO – Keberadaan Universitas Negeri Gorontalo (UNG) menjadi pilihan pelajar Gorontalo untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Sehingga tidak heran, jika UNG menjadi pilihan prioritas bagi mahasiswa-mahasiswa yang ada di Indonesia Timur.
Di momen wisuda, Sabtu (27/9/2020), Rektor UNG, Dr. Eduart Wolok menekankan pentingnya kampus UNG sebagai ‘Kampus Kerakyatan’. Sebagai sebuah adagium, kampus kerakyatan merepresentasikan bahwa saat ini komitmen UNG harus berada sangat dekat dengan rakyat.
“Kampus tidak boleh lagi berada di atas awan, kita harus turun di bumi. Kita tidak boleh mengulang citra pelik kampus sebagai bangunan pendidikan yang bercorak elit dengan segudang riset yang hanya berakhir di rak-rak perpustakaan. Riset harus benar-benar dirasakan manfaatnya,” papar Eduart.
Di dalam pidatonya wisuda, rektor menguraikan beberapa pencapaian yang merepresentasikan UNG sebagai ‘Kampus Kerakyatan’ yang di antaranya. Desa Berinovasi yang dilaksanakan untuk memperingati Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-25.
Bersama Kementrian Desa, Pembangnan Daerah Tertinggal dan Trasnmigrasi (Kemendes PDTT), desa berinovasi ini pertama kali dilaunching pada tanggal 10 Agustus 2020 di Dusun Tumba, Desa Tamaila Utara, Kabupaten Gorontalo oleh Wakil Presiden Indonesia, Prof. Dr. (HC) KH. Ma’ruf Amin.
Salah satu alasan mengapa Tumba dijadikan sebagai proyek pertama, adalah karena sebuah daerah yang memiliki potensi alam yang melimpah. Dusun tersebut seakan terisolir.
Selama puluhan tahun, jangankan internet, bahkan listrik dan jaringan telepon pun tidak ada sama sekali. Namun ketika pycohydro, sebuah mesin karya kolaboratif dari anak-anak mahasiswa Teknik Elektro, UNG menyala dan mengalirkan listrik ke masjid dan beberapa rumah warga. Serta jaringan internet yang mulai terpasang, maka warga Dusun Tumba langsung berbahagia.
“Kini, untuk sekadar bertanya harga rempah di pasar, warga Dusun Tumba tidak perlu turun berkilo-kilo lagi. Untuk belajar, anak-anaknya tidak perlu pergi memanjat pohon untuk mendaki tempat yang tinggi karena mereka dapat melakukannya setiap saat dengan cahaya yang terang,” sambung Eduart.
Baca juga:Â Rektor UNG: Wisuda Bukan Hanya Gelar, Tapi Manifestasi Kualitas Diri
Program lainnya yang disinggung Eduart adalah kegiatan Forum Pemuka Masyarakat Cinta Desa (Forpeace) yang dilaksanakan berdasarkan kerja-kerja kolaboratif antara UNG, Kemendes, PDTT, BPIP dan BNPT.
“Ini merupakan program yang diinisasi bersama demi melaksanakan tujuan inti dari poin 16 dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs Desa. Pada intinya berusaha untuk meminimalisir potensi konflik. Menciptakan kerukunan, serta berupaya untuk melahirkan desa tangguh yang dibangun berdasarkan fondasi kearifan lokal untuk menjawab tantangan ekonomi dan sosial budaya,” bebernya.
Di dalam momen perayaan wisuda tersebut, Eduart juga mengingatkan bahwa representasi UNG sebagai kampus kerakyatan inilah yang mesti dimaknai oleh para wisudawan bahwa, keberadaan mereka setelah memperoleh gelar sarjana ini, adalah sepenuhnya untuk terlibat dengan masyarakat agar dapat menyelesaikan problem-problem yang dihadapi mereka. (andi/rls/gopos)